"Woi!!" Aku mengejutkan sosok laki-laki yang sedang menunduk di balik konter coffee itu. Aku berusaha jinjit untuk mengintip ke arah orang yang sedang menunduk sibuk di kolong meja kerjanya.
"Bang Jay sibuk banget!" seruku ngeledek tapi tidak digubris sama sekali oleh orang itu. Aku sudah tertawa sendiri cekikikan.
"Woi!" seruku memencet bel meja bar kopi. "Bang Jay sombong banget nggak nyahutin aku! Jangan sok rajin deh Bang, kalo kecapekan dan sakit terus nanti Bang Jay ... mati." Aku mengerutkan kening ketika orang itu akhirnya berdiri di depanku. Aku menganga melihat rupa wujud sosok itu. Mengapa Bang Jay berubah menjadi sangat ganteng?
Hening.
Hening.
Hening.
Kami berdua saling melempar senyuman kikuk. Pria itu tersenyum membuat pipinya membuat lekukan yang dalam. Sedangkan aku mau mati berdiri di tempat saking malunya salah ngeledekin orang. Siapa dia? Apa dia sungguhan Bang Jay yang sudah berubah menjadi rupawan super kinclong? Anjir, aku salah orang.
"Sori Mbak, ada yang bisa dibantu?" tanya pria ganteng itu dengan senyuman kecil.
"Ah, aku habis salah orang deh. HEHEHE. Maaf ya, Bang. Si Bang Jay ke mana ya?" tanyaku sambil panik celingukan bin malu.
"Oh, Bang Jay lagi ke toilet. Soalnya sepi jadi nggak siap nungguin di konter Floor Checking," tutur pria itu.
"Kamu anak baru? Gantiin Bang Jay?" tanyaku penasaran, biar suasana canggung tadi mencair.
Pria itu mengangguk. "Iya Mbak, udah sering langganan ke sini?"
"Iya udah dari dulu tempatnya di Kuningan udah langganan, kenal Bang Kelvin kan? Aku ini adiknya loh—"
Aku belum selesai bicara rambut belakangku sudah ditarik oleh seseorang, pelan sih tapi kan aku jadi terkejut. "Hey, udah aku duga nih! Kamu pasti bakalan godain si Jeff. Oi bro Jeff, jangan ngomong sama Cabe ini. Dia suka mepet sana-sini." Bang Jay menatap dengan sorot curiga.
"Siapa sih, resek! Bang Jay!" Aku mengelus kepala yang sakit akibat tarikan sosok itu. Bang Jay yang melakukannya, pria berkaus hitam itu menggelengkan kepalanya.
"Bener dah, cewek nggak bisa liat yang bening dikit."
"Apaan sih orang aku habis salah orang, ngobrol dikit sama Abang ini, biar kenalan," sahutku melirik pria bernama Jeff yang sedang tersenyum kecil itu.
Bang Jay memandangiku lelah sambil geleng kepala sekali lagi. "Alasan aja kamu. Untung Jeff datengnya sekarang, bukan dulu waktu kamu broken heart. Eh ya, kenalin ini Jeff, penggantiku buat jadi barista. Soalnya Jonny bakal cabut mulai Minggu depan buat training kerja di Bandung. Akhirnya tuh anak dapet kerjaan juga di salah satu BUMN penempatan Bandung. Aku jadi FC sekarang soalnya itu kerjaan sebenarnya nggak susah amat jadi daripada nyari orang baru buat posisi si Jonny, jadi aku aja deh sekalian latihan jadi Manager."
Aku menganggukkan kepala, sedangkan si pria bernama Jeff itu memperkenalkan dirinya dengan mengulurkan tangan. "Saya Jeff."
"Aku Andah, sebelumnya sibuk apa, Bang?"
"Heh, mau ngapain nanya-nanya?" Bang Jay melotot padaku. "Modusnya kejauhan!"
"Biar akrab, Bang, soalnya Bang Jeff kayak masih segar, muda, dan ganteng. Suka ngaduk kopi ya, Bang?" Berkat ucapanku Bang Jay langsung menganga, sedangkan Jeff terkekeh pelan.
"Saya baru lulus S1, saya suka bikin kopi. Saya juga kenal sama Jonny satu kampus dulunya."
"Lulusan Filsafat juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terang
RomanceRated 18+ Saat dia mengatakan, "Kamu sakit hati di kisahmu. Ya memangnya aku enggak?" Saat itulah sebenarnya aku tidak tahu apa-apa dan larut dalam prasangka bahwa dia sudah dan selalu bahagia. Copyright©2021