25. Ada apa?

1.6K 256 37
                                    

"Andah, bangun! Kita udah sampe!" pekikan keras itu disertai dengan goyangan di bahuku.

Mata dan tubuhku bergerak merespon gangguan dari seseorang. Saat menoleh ada sosok Sasa di sebelahku juga sudah menguap lebar dan mengerjapkan matanya. Kini kami sedang berada di dalam sebuah mobil Fortuner yang membawa ke luar kota. Jam di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul 1 siang.

Perjalanan kali ini aku menemani Sasa mampir ke rumah Bibinya di Bandung. Cewek itu diminta datang ke rumah Bibinya untuk membantu acara khinatan keponakannya. Aku dibawa olehnya untuk menemani, Mama Sasa tidak bisa hadir dan mengutus anaknya. Tahu sendiri kan Sasa anaknya gimana, bakalan mati gaya kalau pergi sendirian. Cewek itu mengajakku ikut ke rumah saudaranya agar tidak merasa garing dan malas. Ditemani oleh supir pribadi, Pak Rohman, kami sudah tiba di sebuah halaman rumah nan asri milik keluarganya Sasa.

"Welcome!" seru Sasa girang. Cewek berambut panjang itu lalu mengeluarkan barang bawaan dari kursi belakang yang berupa makanan ringan titipan dari Mamanya, untuk tas kami ditaruh di bagasi belakang. Aku yang masih mengantuk dan lesu diam saja berdiri sambil berusaha tetap sadar.

Saat tasku diturunkan oleh Pak Rohman, dengan sigap aku mengambilnya untuk menggendong. Sasa mengajakku untuk masuk ke dalam rumah Bibinya, di teras rumahnya sudah disambut oleh seorang perempuan cantik dengan berhijab selengan, dan gamis berwarna merah jambu.

"Tante Aya!" seru Sasa memeluk dan mengecup pipi Bibinya.

"Alhamdulillah udah dateng, Tante masih nggak percaya kamu mau ke sini tanpa Mama," sahut Tantenya.

"Aku ditemenin sama teman kuliahku, namanya Andah," kata Sasa memperkenalkanku padanya.

Aku menyalami tangan dan menerima pelukan hangat darinya. Kami berdua dipersilakan masuk ke dalam rumah untuk istirahat sejenak. Pengajian untuk acara anak Tante Aya akan dilakukan nanti malam dan acara khitanannya akan dilaksanakan besok pagi.

"Makan siang dulu ya, kalian pasti udah laper deh," kata Tante Aya.

"Iya nih, aku emang laper berat." Sasa cekikikan tanpa jaim. Sengklek, 'kan?

Aku hanya menahan senyum-senyum mengiyakan, walau tidak sefrontal Sasa. Raut wajah dan gelagatku sudah mewakilinya kalau aku memang juga sudah lapar dan butuh sesuatu yang bisa dimakan mengenyangkan. Bukan sekadar cemilan ciki milik Sasa di mobil tadi.
Sasa yang sangat lelah mengajakku istirahat di salah satu kamar tamu.

Katanya, untuk sementara kita istirahat dulu, untuk membantu Bibinya nanti sore saja agar tidak kecapekan banget. Di salah satu kamar itu aku tidur dalam satu ranjang bersama dengan Sasa. Entah mengapa rasanya aku lelah sekali padahal perjalanan juga tidur dan memang sih cukup lama sampai 6 jam di jalanan. Hebatnya tidurku bisa membuat semakin lelah.

🌻🌻🌻

Jam sudah menunjukkan pukul 19:30 WIB. Aku bersama Sasa sudah berkumpul bersama dengan Tante Aya di lantai bawah untuk menyambut menyalami para tamu yang datang dan juga bantu-bantu hal kecil acara pengajian.

Sesekali aku mengantarkan kue-kue kecil ke depan para tamu yang sudah memenuhi duduk di ruang tengah lantai bawah. Para tamu yang berupa ibu-ibu sudah duduk saling berhadapan menyisakan tempat di tengah- tengah. Sudah banyak tamu yang datang nyaris sampai tidak muat di teras dan menambah tikar di depan garasi mobil. Semoga hujan tidak turun karena akan mengenai para tamu yang berada di luar rumah.

Acara pengajian dimulai oleh seorang Ustadzah yang dipercaya membawakan. Aku bersama Sasa sedang menunggu duduk di salah satu anak tangga. Kami diam saja sibuk sendiri masing-masing, itu cewek kelihatan sedang balasin pesan di ponselnya. Aku mendengarkan lantunan ayat suci pengajian dengan tenang. Sasa sibuk dan emosi sendirian dengan benda ajaib itu.

TerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang