“Dorrrr! Abang Jay!!!” Aku menyapa lelaki berkemeja hitam itu yang lagi sibuk di balik mejanya. Aku sudah tersenyum lebar entah mengapa hari ini yang cerah terasa sangat menyenangkan untuk beraktivitas dan senang-senang.
Pria itu mengangkat wajahnya lalu memberikan peringatan dengan telunjuk di ujung bibirnya.
Aku menjadi serius sambil celingukan. “Ada apaan?” Aku mengira di sudut kafe sedang digunakan untuk syuting atau sedang ada Vlogger yang berkunjung untuk shoot video. Tapi aku tak mendapati apa-apa di sekitar.
“Enggak ada sih. Cie, tumben cakep banget!” seru Bang Jay memperhatikanku yang hari ini pakai baju baru dan berbeda.
Sepertinya pria itu menyadari bahwa aku menggunakan baju baru. Orang kayak aku gini paling kelihatan kalau punya baju baru. Jadi miris, orang-orang sadar kalau aku punya baju baru. Mendadak jadi malu. Mungkin baju baru ini warnanya berbeda dari biasanya, warna gelap-gelap dan model kasual. Kini aku sedang pakai dress selutut warna ungu dan sepatu putih. Tidak lupa menggunakan make up tipis mencoba lipstik warna baru dan eyeshadow glitter berkilauan warna perak di sekitar mata. Hari ini aku puas sekali berani berbeda.
Sebelumnya waktu baru beli baju itu dan mencobanya, Rafel dengan reseknya menggoda. "Akhirnya Kak Andah punya rok."
“Kok kaget gitu emang selama ini nggak cakep? Pada ke mana sih, Bang?” Aku melirik ke Garden D tetapi tidak mendapati orang-orang itu.
“Kelvin tadi ada lagi di pojok Garden D lagi dekorasi, terus si Rifando kayaknya lagi keluar nyari rokok kali apa beli hiasan yang kurang ya? Kalo Jonny tadi lagi ngurusin speaker.”
Aku tak tahu bahwa akan ada acara di pojokan Garden D lagi. “Mereka bakal tampil nyanyi lagi?”
Bang Jay mengaduk sambil melihat-lihat layar monitor di meja. “Iya sih, kamu nggak diajak tampil? Suaramu bagus loh waktu itu.”
Aku menggeleng lemah. “Enggak tuh.” Sambil berpikir, mereka bakal mengadakan acara apa sampai ada acara dekor ruangan segala.
“Ohh, mereka dadakan kali ya?” Bang Jay membulatkan mulutnya.
“Emang mau ada acara apa sih, Bang?”
Bang Jay tidak tahu hanya mengangkat bahunya. Pria itu kemudian menyuruhku agar mengecek sendiri ke Garden D.
Sampai di halaman samping, aku menganga melihat di sana sudah ada hiasan yang membuatku sedikit terkejut. Sama seperti dulu saat mau ada acara yang membuatku syok bukan main. Di belakang Garden D sudah ditambahkan kain putih, serta Kelvin sedang ngedekor menempelkan balon-balon pink, putih dan biru ke dinding berlapiskan kain tersebut. Aku agak traumatis dengan suasana ala party begini.
Melihat kedatanganku Kelvin melongo. “Eh, kok udah dateng?” tanya Kelvin.
Membuat Jonny yang ternyata lagi di kolong mengurus kabel sampai terjedot kursi kayu saat melihat kemunculanku. Dia meringis mengusap kepalanya.
“Kalian ngapain sih?” Aku masih bertanya-tanya saking penasaran dan kakunya tak tertawa melihat Jonny kejedot kursi bar yang tinggi terbuat dari kayu di sekitar situ.
“Lagi dekor nih buat nanti malam, mau bantuin?” tanya Jonny.
Aku datang ke mereka dan melihat-lihat beberapa balon yang masih kempes. Aku mengambil balon berwarna pink. Sungguh aku sedikit trauma dengan segala bentuk hal yang mengingatkanku pada momen orang menyatakan cinta itu. “Mau ada acara apa sih, Bang?” tanyaku sambil niup balon usai melepaskan tas menaruhnya di kursi kayu.
“Ada yang mau nembak cewek.”
“Siapa? Kok ada tulisan Happy Birthday?” Aku melihat sebuah mini slogan berbentuk tulisan berupa Happy Birthday dan bergambar Lilin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Terang
RomanceRated 18+ Saat dia mengatakan, "Kamu sakit hati di kisahmu. Ya memangnya aku enggak?" Saat itulah sebenarnya aku tidak tahu apa-apa dan larut dalam prasangka bahwa dia sudah dan selalu bahagia. Copyright©2021