Hari ini Rifando pulang ke Jakarta lagi. Aku sudah menantikan agar dia tiba dengan selamat. Di salah satu meja di kedai kopi bernama Minutes, aku sedang bersama dengan Sasa duduk saling bersebelahan dan membaca catatan dari lembar diktat kuliah dari dosen. Sekarang masih jam 10, jam selanjutnya akan dimulai pukul 10:30 sampai jam 12 siang.
Kami sibuk masing-masing karena kecepatan membaca kami lumayan berbeda. Aku lumayan cepat membaca, sedangkan Sasa lebih sering meraba-raba tiap kata sambil membayangkan maknanya. Artian kata, aku lebih cepat dalam memahami. Padahal jika ada yang sulit aku pahami, aku langsung abaikan. Banyaknya paragraf isi materi membuat kita tak perlu lama-lama fokus pada hal yang sulit dimengerti. Aku akan menandai terlebih dahulu untuk materi yang susah aku pahami. Setelah selesai membaca aku akan memahami kalimat itu kembali.
Saat asyik membaca dengan catatan masing-masing meja kami disambangi oleh dua orang perempuan berdandan super cetar ala cewek gaul masa kini. Mereka adalah Bianca dan Zetta.
"Hey, Andah, udah lama nggak ketemu!" sapa Bianca. Omong-omong mereka adalah temannya Rifando. Kakak tingkat. Yang pernah menjadi mak comblang atau jasa penyalur cewek-cewek yang dikenalkan ke Rifando. Intinya mereka akrab.
Mereka berdua duduk sambil membawa minuman pesanan masing-masing.
Aku menanggapi keduanya dengan senyuman simpul. "Hey, kalian, udah lama ya nggak ketemu!"
Terakhir bertemu seingatku saat aku main ke Fikom, dan di sana Bianca dan Zetta menceritakan hubungan Rifando-Nilla yang tak aku ketahui. Rifando yang malu-malu pedekate ke Nilla dan curhat ke Bianca. Masih ingat sekali dulu Rifando lebih percaya bercerita ke teman-teman ini, dibanding aku. Mungkin aku kurang bisa diandalkan dalam hal pedekate. Rifando tak akan mendapatkan tips cinta dariku.
"Andah, beneran lo sekarang jadi ceweknya Rifando?" tanya Zetta penasaran duduk di kursi depan kami. "Kalian pacaran?"
Sasa menjadi terperanjat, bukan karena dia baru tahu. Bukan. Tepatnya dia sedikit terkejut karena ada orang yang tertarik pada hubungan asmara orang yang tak terlalu dekat amat. Mungkin mereka dekat sama Rifando, namun ingin memancing obrolan denganku dengan cara seperti itu. Namun, kalau aku menjadi orang lain juga akan syok saat kehidupan cinta kita ditanyakan oleh orang yang tak akrab banget.
"Sejak kapan kalian pacaran?" Bianca ikutan bertanya.
Aku melirik Sasa yang terlihat tak tertarik menjawab apa-apa, dia menatap kami sambil tersenyum. Padahal aku berharap cewek itu yang menyela menjawab. Aku tak mau menjawab malu banget kalo digodain.
Mungkin Sasa hanya ingin bersikap ramah tanpa memotong obrolan atau bicara hal yang bukan tugasnya. Entah mengapa Sasa sekarang rada dewasa menjadi lebih baik dalam komunikasinya. Dulu dia kan berisik banget.
Melihat raut wajah dua cewek super antusias itu, aku ingin segera menjawab. "Mungkin baru beberapa hari, belum seminggu. Kok kalian bisa tahu?"
"Dari Rifando." Itu jawaban Zetta.
"Dari Nilla." Itu jawaban Bianca.
"Ohh begitu."
Tidak heran Nilla mengetahui hubunganku dengan Rifando, mungkin mereka masih saling mengikuti di sosial media. Atau bisa jadi mereka masih saling berkomunikasi.
"Bukannya kalian sahabatan kok pacaran?" tanya Zetta membuyarkan lamunanku.
"Lo nggak takut? Gosipnya Fando nggak jadi nikahin Nilla. Ternyata malah jadian pacaran sama lo? Hati-hati aja ya, Ndah, ntar kena janji palsu cowok buaya kayak begitu."
"Memangnya kenapa kalo akhirnya Fando jadi sayangnya ke Andah?" sela Sasa yang jago dalam julid.
"Yah, aneh aja, masa mutusin cewek dan gosipnya sampe nggak jadi nikah. Terus ternyata jadian sama cewek lain? Lo bisa dicap jelek sama orang-orang, Ndah. Gue kira Fando mau taaruf sama Nilla sampe menikah makanya alasannya putus."
![](https://img.wattpad.com/cover/262295986-288-k779535.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Terang
عاطفيةRated 18+ Saat dia mengatakan, "Kamu sakit hati di kisahmu. Ya memangnya aku enggak?" Saat itulah sebenarnya aku tidak tahu apa-apa dan larut dalam prasangka bahwa dia sudah dan selalu bahagia. Copyright©2021