Ep26

7 2 0
                                    

              Hari ini suasana hati Rintik sangat baik karena kemarin ia bertamasya dengan teman-temannya dan juga Senja. Mereka bisa bersenang-senang di tengah kesibukan sekolah, terutama Senja yang dua hari lagi akan melaksanakan ujian nasional. Rintik bisa melihat wajah Senja yang lebih berseri dibanding sebelumnya. Gadis itu senang jika Senja pun demikian.

              Hari ini Rintik tidak pergi ke sekolah dengan Senja karena pria itu telah pergi ke sekolah sejam yang lalu karena khusus murid kelas 12 mendapat les tambahan terlebih dahulu sebelum memulai jam pelajaran biasanya. Maka dari itu, hari ini Rintik ke sekolah diantar oleh Ayah. Sesampainya di sekolah, ia berpapasan dengan Jeha yang baru turun dari motor Biru. Jeha yang nebeng Biru adalah hal yang biasa untuk dilihat.

              "Tumben banget Biru datang jam segini." ledek Rintik.

              "Jeha rese, sih. Nelponin mulu." keluh Biru sembari merapikan rambutnya yang lumayan panjang.

              "Yee, kan lo janji mau anterin gue sekolah hari ini," balas Jeha tidak mau kalah. "Makanya, jangan janji-janji doang kalau maunya dilanggar aja."

              "Iye Bu, iye. Kalah, dah gue."

              Rintik terkekeh melihat peradubacotan Jeha dan Biru yang sudah menjadi makanan sehari-hari di antara mereka. Ketika memasuki gedung sekolah, Rintik dan Jeha harus berpisah dengan Biru karena mereka berbeda kelas, Biru harus belok kanan dan mereka berdua belok kiri. Jeha merangkul Rintik sembari bercerita mengenai tamasya kemarin. Gadis itu pun bilang ia telah berpuluh-puluh kali melihat foto-foto mereka yang diambil di Dufan kemarin. Rintik pun ikut senang mendengarnya.

              Bel masuk berbunyi begitu Rintik dan Jeha memasuki kelas. Mereka duduk di bangku masing-masing. Pak Anwar masuk dengan buku-bukunya dan ketua kelas mempersiapkan anggota kelas lainnya untuk belajar, seperti biasa berdoa sebelum belajar dan mengucapkan salam kepada yang mengajar.

              "Seperti yang kita tahu, Senin hingga Kamis depan murid-murid kelas 12 akan melakukan UN, jadi murid-murid lainnya diliburkan," ujar Pak Anwar, yang sontak mendapat sahutan dari murid-murid, "Juga, karena ada pemilihan walikota, hari Jum'at diliburkan. Jadi, kita akan bertemu kembali di Senin depannya lagi."

              Rintik tidak bisa menyembunyikan wajah senangnya. Ah, libur seminggu membuatnya sontak membayangkan kenikmatan hakiki, menonton acara televisi Korea Selatan yang menampilkan boyband favoritenya, EXO. Sudah lama ia tidak menonton hal-hal yang berbau boyband tersebut karena ia begitu sibuk. Tetapi, untuk minggu depan, ia akan mengejar semua ketertinggalannya.

              Ah, juga malam minggu setelah UN akan ada prom-night. Lagi-lagi Rintik tidak bia menyembunyikan senyum lebarnya begitu membayangkan bahwa pasangannya di prom-night nanti adalah Senja. Impiannya sedari dulu, bergandengan tangan dengan Senja layaknya kekasih.

              "Eh, nanti prom-night lo sama siapa, Je?" tanya Rintik tiba-tiba.

              "Tiba-tiba nanya?" ujar Jeha bingung. "Kayaknya Biru, biasalah. Lagi jomlo dia."

              "Lah, tahun ini Biru lagi?"

              "Ya, mau bagaimana?"

              Kalau diingat-ingat lagi, Jeha dan Biru selalu berpasangan di tiap prom-night. Entah kebetulan atau apa, Biru selalu jomlo bila prom-night tiba dan meminta Jeha menjadi pasangannya karena pria itu tidak ingin datang seorang diri. Jeha yang orangnya setuju-setuju aja, menjadi pasangan pria itu untuk acara itu.

              Tiba-tiba pandangan Rintik jatuh pada bangku kosong yang ada di depannya. Rintik terperangah. Ia baru menyadari sesuatu yang hilang di kelas ini. Pria yang selalu duduk dihadapannya itu, Dirga. Pria itu tidak masuk hari ini. Rintik menyenggol Jeha dengan sikunya pelan, lalu berbisik. "Dirga nggak masuk? Kenapa?"

              "Eh, iya ya? Kirain gue telat."

              "Mungkin telat, ya." gumam Rintik, lalu diam-diam mengambil ponselnya yang ada di saku dan mengirim pesan ke Dirga, bertanya apakah pria itu telat atau tidak masuk dan gara-gara apa. Rintik menunggu selama setengah jam, tetapi Dirga tidak kunjung membalasnya. Kemudian Rintik menelepon Dirga ketika Pak Anwar duduk di kursinya, membiarkan murid-murid mengerjakan tugas darinya. Tetapi, hanya ada suara operator yang bilang kalau nomor tersebut berada di luar jangkauan. Rintik menggigit bibir bawahnya begitu mengetahui ponsel Dirga mati.

              Kenapa perasaan gue nggak enak, ya? batin Rintik.

              "Gimana Dirga?" bisik Jeha.

              Rintik menggeleng. "Hp-nya mati. Nanti, deh gue ke rumah dia."

              "Tapi, gue nggak bisa ke sana nanti, Rin. Mau bantu nyokap gue ngurus berkas."

              "Nggak apa-apa, Je. Gue aja, nanti gue kabarin."

              Jeha mengangguk, mengerti, lalu melanjutkan aktivitas menulisnya. Sementara Rintik, ia khawatir dengan Dirga yang tidak bisa dihubungi sejak ia menemui pria itu yang tidak sadarkan diri di rumahnya. Bagaimana jika Dirga sedang tidak sehat dan tidak sadarkan diri seperti saat itu? Apakah Dirga sedang kesakitan? Atau Dirga...

              Rintik berusaha mengeluarkan pikiran-pikiran negatif itu dan menenangkan dirinya, lalu menunggu jam pulang sekolah agar ia bisa memastikan keadaan Dirga.

              Semoga Dirga baik-baik saja.

*****

Rintik dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang