Rintik hanya berleha-leha di atas tempat tidurnya hingga Jeha datang dengan tas belanja yang berisi jajanan kesukaannya. Gadis itu meminta maaf karena baru sempat menjenguk Rintik, membuat gadis itu segera menggeleng dan memberitahu gadis itu untuk menghilangkan rasa tidak enaknya. Rintik juga bergumam jika Jeha menjenguknya kemarin-kemarin, ia pasti mengusir gadis itu karena suasana hatinya sangat berantakan.
"Mau lo usir seribu kali juga, gue nggak akan pergi begitu aja, kan?" ucap Jeha, membuat Rintik terkekeh. Benar juga. Jeha sangat gigih.
Jeha merebahkan dirinya di atas kasur Rintik. Ah, rasanya sudah lama saja ia tidak tidur di sini. Pasalnya, beberapa hari ini, Jeha tidak bisa tidur di rumah Rintik karena harus menemani ibunya yang masih sibuk dengan perceraiannya. Karena masalah waktu itu, ibu Jeha memutuskan mengambil cuti dan akan berada di rumah untuk waktu yang bisa dibilang lama.
"Gue mau nginap di sini hari ini." gumam Jeha sembari menatap langit-langit kamar Rintik yang kosong, pemandangannya hanya serba putih.
Rintik ikut-ikutan menatap langit-langit kamarnya. "Urusannya udah beres?"
Jeha menggeleng. "Ternyata, butuh waktu juga."
"Ibuku hari ini ke Bogor, ke rumah nenek. Gue diajak, tapi males."
"Gue juga males kalau di suruh ke rumah nenek," sahut Rintik. "Ada sepupu gue yang nyebelin, sih di sana."
Jeha terkekeh mendengarnya. "Gue memang nggak pernah dekat sama nenek, nenek dari orang tua gue, keduanya."
"Ibu memang nggak pernah cerita, tapi gue rasa, pernikahan orang tua gue terjadi karena gue ada di dunia ini," ucap Jeha yang tersenyum kecut. "Siapa yang menyukai seseorang yang hadir karena kesalahan?"
Pengakuan Jeha barusan, mengejutkan Rintik. Namun, gadis itu berusaha untuk tidak terlalu tertarik dengan ucapan gadis itu. Mengatakannya saja pasti sangat memberatkan Jeha. Rintik tidak ingin Jeha salah paham dengan reaksinya.
"Nggak ada yang lahir karena kesalahan, Je," gumam Rintik sembari menatap Jeha lamat-lamat. "Apa jadinya dunia tanpa Jeha Octariani? Apa jadinya hidup Rintik Hujan tanpa sahabat seperti Jeha Octariani?"
Jeha menyunggingkan senyumnya. "Gue nggak terlalu pikirin hal itu, sih. Gue cuman perlu banyak-banyak bersyukur."
Rintik mengangguk, membenarkan.
Lalu, gadis itu menyenggol lengannya ke lengan Rintik, membuat gadis itu menoleh.
"Lo masih ngambek sama Kak Senja?" tanya Jeha dengan tatapan jahil.
Rintik memajukan bibirnya. "Jangan sebut dia, deh!"
Jeha tertawa mendengarnya. "Bukan Rintik dan Senja kalau nggak berantem sehari aja."
"Memang takdir. Dia nyebelin, gue ngambekan. Ya udah, kelar."
Rintik menghela napasnya dengan berat. Rintik memilih menghindari Senja, seperti biasanya ketika ia marah dengan pria itu. Entah kenapa, melihat Senja membuat Rintik merasa bersalah. Akan tetapi, ia tidak bisa pergi ke kamar Senja dan mengucapkan kalimat yang mungkin bisa membuat hubungan mereka membaik kembali karena Senja tidak akan menolaknya. Namun, Rintik tidak seperti itu. Ia benar-benar tidak bisa.
"Tapi, yang lucu itu, Kak Senja nggak bisa ngapa-ngapain kalau lo marah."
Rintik memanggut-manggut. "Dia memang bodoh."
![](https://img.wattpad.com/cover/178376659-288-k123674.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik dan Senja
Fiksi RemajaRintik menyukai Senja dalam segi apapun. Rintik selalu bahagia ketika Senja berada di sisinya, walau hanya sekedar mengganggu. Cita-cita Rintik sejak dulu adalah menikahi Senja. Tetapi, takdir telah menciptakan garis di antara mereka. Baik Rintik ma...