Ep27

5 1 0
                                        

              Sesuai dengan rencana, begitu bel pulang sekolah berbunyi, Rintik bergegas memesan jasa transportasi online untuk pergi ke rumah Dirga. Ia sudah mengirim pesan ke Senja untuk pulang terlebih dahulu karena ia ada urusan. Tiba-tiba Senja menelepon dan bertanya urusan apa yang akan Rintik lakukan.

              "Kepo banget, sih. Ada pokoknya." jawab Rintik di atas motor, dibonceng driver transportasi online.

              "Yee, wajar dong gue nanya. Entar pulangnya malem, terus aneh-aneh."

              "Idih, pikiran lo bisa-bisanya. Bentar doang, gue pulangnya nggak malem. Sebelum maghrib udah pulang."

              "Awas aja kalau nggak. Gue jemput terus gue seret lo."

              "Bawel banget. Bye!"

              Rintik memutuskan panggilan sebelum Senja semakin cerewet. Motor yang ia naiki melesat dengan cepat, membelah lautan kendaraan yang selalu memadati jalanan Jakarta. Beberapa saat kemudian, motor yang ia naiki mulai memasuki lorong-lorong yang pernah Rintik lihat sebelumnya hingga berhenti di rumah yang Rintik kenal, menandakan gadis itu telah sampai di tujuannya. Setelah membayar jasa transportasi tersebut, Rintik mendorong pagar rumah Dirga yang tidak terkunci dan mengetuk pintu rumah pria itu. Sekali, dua kali. Tidak ada sahutan. Rintik menekan knop pintu dengan sedikit takut akan kejadian yang sebelumnya terulang kembali. Namun, tidak seperti yang sebelumnya, kali ini pintu rumah itu terkunci. Rintik berusaha mengintip di jendela yang tirainya sedikit terbuka, memastikan bahwa rumah itu kosong atau tidak. Ah, sayangnya Rintik tidak bisa memastikannya.

              "Nyari Dirga, Dik?"

              Rintik tersentak dan refleks berbalik, lalu mendapati seorang pria paruh baya berbadan ramping yang ada dihadapannya. "E-eh, iya, Pak."

              "Dirga-nya lagi pergi, Dik." ujar pria itu.

              "Pergi ke mana, Pak?"

              "Ke luar kota."

              Rintik memanggut-manggut paham. Sebenarnya, ia ingin bertanya lagi, sebab Dirga pergi ke luar kota, namun urung karena ia tidak ingin terlihat sebagai seseorang yang mengurusi urusan orang lain.

              "Saya kenalannya Dirga, Pak Jeka," ucap pria itu, Pak Jeka. "Beberapa hari ini ke depan, Dirga nggak akan bisa dihubungi. Tetapi, jangan khawatir. Dirga baik-baik saja."

              Mendengar ucapan Pak Jeka, membuat Rintik merasa lega. Ah, setidaknya ia tahu bahwa Dirga baik-baik saja. Kemudian, mereka sedikit berbincang di depan rumah. Pak Jeka bilang, ia ingin mengambilkan beberapa baju Dirga yang tidak sempat pria itu bawa, makanya ia pergi ke rumah Dirga. Rintik bergumam dengan jelas, betapa cerobohnya pria itu yang tidak membawa barang-barang penting untuk bepergian, seperti pakaian sehari-hari. Pak Jeka tertawa mendengar gumaman tersebut, membuat Rintik menggaruk kepalanya yang tidak gatal, malu.

              "Adik siapa-nya Dirga, ya? Teman sekolahnya?"

              Rintik mengangguk. "Iya, Pak. Nama saya Rintik."

              "Ah, syukurlah kalau Dirga memiliki teman sekarang."

              Ucapan Pak Jeka mengundang kerutan di dahi Rintik. Kata-kata itu terdengar seperti Dirga yang tidak memiliki teman sebelumnya. Seseorang yang jahil dan banyak bacot seperti Dirga tidak memiliki teman? Rasanya mustahil.

              "Dulu Dirga itu anaknya jahil banget kalau sama Kakaknya. Tapi, sekarang pendiam banget."

              Rintik menatap Pak Jeka dengan penuh tanda tanya. Dirga yang ia tahu adalah pria yang konyol dan menyebalkan, juga hiperaktif. Apakah kepribadian Dirga berbeda-beda?

              "Dirga ingin kembali seperti dulu, seperti ketika Ken masih ada."

              Lalu Pak Jeka tidak melanjutkan ucapannya, yang kemudian tersisa hening di antara mereka. Rintik menghela napas, berusaha tidak mencaritahu tentang pria itu. Biar saja pria itu yang menceritakannya sendiri, tanpa paksaan dari siapapun. Kalau dulu Dirga tidak ada seseorang yang menjadi tempat pria itu untuk bersandar, kini pria itu memiliki dirinya, Biru, Jeha, dan Senja. Rintik harap, pria itu dapat menjadi dirinya sendiri bila bersama dengan mereka.

              Rintik harap, Dirga akan selalu seperti itu. Selalu menjadi seseorang yang jahil dan menyebalkan yang terkadang membuat Rintik darah tinggi.

*****

Rintik dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang