Ep24

9 0 0
                                    

              Rintik keluar dari kamar mandi dengan kepala yang dibalut handuk kecil dan piyama bermotif bintang. Ia merebahkan dirinya di kasur, melepaskan tiap penat yang ia hasilkan hari ini. Ia baru saja menyelesaikan tugas matematika yang jumlah soalnya sedikit, tetapi beanak-anak, membuat kepala gadis itu harus berpikir lebih keras. Akhirnya, berkat beberapa platform belajar online yang ia gunakan, Rintik dapat menyelesaikan soal-soal yang akan dikumpul besok.

              Tiba-tiba ingatan Rintik kembali ke sore tadi, ketika ia berada di rumah Dirga. Tentang ucapan Dirga yang membuatnya mati rasa, tidak tahu harus membuat respon apa untuk menanggapinya. Ia meletakkan tangan kanannya di dada kiri, lalu memejamkan mata dan merasakan ritme jantungnya yang selalu berdetak lebih cepat bila ia tengah mengingat ucapan Dirga. Entah kenapa, Rintik merasa sedikit gugup. Bukan, bukan sedikit. Teramat sangat.

              Rintik bisa saja menganggap bahwa ucapan Dirga tadi hanyalah sebuah guyonan belaka, tipikal seorang Dirgantara. Namun, dengan situasi dan kondisi seperti itu, ia tidak yakin laki-laki itu hanya bercanda. Pria itu menatap sepasang matanya, yang sudah membuatnya membeku, dan menyatakan perasaannya seperti itu. Rintik tidak tahu harus berbuat apa, selain keluar dari kamar Dirga, menenangkan diri, kemudian pamit untuk pulang karena sudah sore. Tentu saja situasi menjadi canggung.

              Dirga menyukainya. Hal itu membuat Rintik berdebar. Akan tetapi, gadis itu tahu hatinya telah memilih seseorang untuk mengisinya. Senja. Pria itu adalah satu-satunya alasan Rintik selalu jatuh hati. Pria itu yang dapat membuat ritme jantung Rintik tidak karuan. Namun, saat ini, Dirga melakukan hal yang sama.

              Rintik tidak tahu.

              "Meong..."

              Suara Kucing membuat Rintik menoleh ke arah pintu dan mendapati Kucing yang duduk di luar dengan pintu yang sedikit terbuka. Gadis itu bangkit dari posisinya dan menggendong Kucing untuk masuk ke kamarnya. Hari ini, ia sama sekali tidak melihat Kucing dan beberapa hari yang lalu, ia pun tidak bertemu Kucing karena liburan di luar kota. Mungkin karena itu, Rintik sangat merindukan sahabatnya itu. Gadis itu mengelusnya dengan hangat dan sedikit bermain-main dengan Kucing. Melihat dari reaksi Kucing yang menggeliat di dekat Rintik, membuat gadis itu berspekulasi bahwa sahabatnya itupun juga merindukannya.

              Melihat Kucing, membuatnya teringat dengan kata-kata Dirga tadi. Rintik mengangkat kucing hingga sejajar dengan wajahnya, membuat mereka beradu tatap. Kucing yang mau tidak mau pun bertukar pandang dengan Rintik.

              "Dirga ngomong apa aja, sih sama kamu, Cing?" gumam Rintik, "Anything, right?"

              Rintik tersenyum melihat reaksi Kucing yang mengeong, minta diturunkan. Gadis itu melepaskan Kucing dan Kucing segera berlari ke luar karena mendengar Ibu yang memanggilnya untuk memberinya cemilan malam.

              "Dari mana aja, sih?" tiba-tiba Senja menampakkan diri dengan rambut yang berantakkan, tipikal bahwa ia sedang berpikir keras karena pria itu harus belajar untuk UAS dan UN yang hanya berjarak beberapa hari lagi.

              "Jalan-jalan sendiri." balas Rintik.

              "Kemana?"

              "Idih, kepo bener."

              Senja melipat kedua tangannya di depan dada dengan tatapan menyelidik. "Lo punya pacar, ya?"

              Rintik berdecih, lalu memainkan ponselnya. "Percuma juga ngomong sama kanebo kering."

              "Beneran punya?"

              "Sebelum punya juga, pasti udah ketahuan sama lo."

              "Benar juga."

              Dasar Senja.

              "Oh iya, btw, habis UN ada prom night." ucap Senja sembari duduk di sisi Rintik.

              Ucapan Senja berhasil mengambil alih perhatian Rintik. Ah, prom night. Acara tahunan dimana semua orang datang ke pesta dengan berpasang-pasangan. Tahun lalu, Rintik tidak bisa ikut karena diare yang tidak kunjung reda. Alhasil, Senja pun tidak ikut juga.

              Tetapi, kali ini, Rintik sangat ingin untuk hadir di prom night.

              "Senja pergi?"

              Senja memutar matanya, berpikir sejenak. "Tergantung."

              "Mau pergi sama gue?" ajak Rintik yang berpura-pura menatap layar ponselnya, padahal ia sangat berdebar untuk mendengar jawaban Senja.

              "Oke."

              Rintik melempar ponsel, saking semangatnya. Ia menatap Senja dengan mata yang berbinar-binar, membuat pria itu terkekeh dan mengacak-acak rambut gadis itu.

              "Memangnya selain gue, siapa yang mau jadi pasangan prom night lo? Ntar kasihan adek gue nge-jomlo."

              Rintik memukul bahu Senja pelan, menunjukkan rasa kesalnya walau di dalam hatinya ada bunga-bunga yang bermekaran. Walaupun Senja tidak peka sama sekali, setidaknya ia menangkap apa kemauan Rintik kali ini dan itu membuat Rintik bersyukur. Sebab prom night tahun ini adalah prom night terakhir Senja di SMA dan Rintik tidak akan memiliki kesempatan lain waktu untuk menjadi pasangan Senja, walau hanya dalam satu malam.

*****

Rintik dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang