Ep20

12 2 0
                                    

              Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perjalanan kurang lebih tiga setengah jam, mereka sampai di resort milik Ibu Biru. Resort tersebut sangat indah, berhadapan langsung dengan birunya laut. Sesampai di sana, seorang pria yang umurnya telah melewati setengah abad, menunggu mereka. Ia sedikit berbincang dengan supir yang mengantar kami ke sini, supir utusan Ibu Biru kembali ke Jakarta. Lalu, pria itu mempersilahkan mereka masuk.

              Rintik hampir tidak mengedipkan matanya begitu memasuki bangunan tersebut. Interiornya sangat minimalis, tetapi tidak mengurangi mewahnya. Ruang tengahnya sangat luas dan tersedia sofa dan televisi berukuran 42 inchi. Terdiri dari dua kamar, masing-masing berisi dua king bed dan kamar mandi dengan bath tub. Benar-benar sangat mewah, membuat Rintik dan Jeha terperangah.

              "Nggak nyangka, teman gue sultan." gumam Dirga, yang disambut anggukan setuju dari Jeha.

              Setelah beristirahat sebentar dan berganti pakaian, mereka memutuskan untuk ke pantai karena matahari sudah tidak menyengat seperti tadi. Satu jam lagi matahari akan tenggelam, jadi mereka ingin bermain-main di pantai dulu sebelum melihat matahari terbenam.

              Jeha sangat antusias begitu sampai di pinggir pantai. Dengan sengaja, ia membasahi sepasang kakinya dengan ombak laut yang menyapu pasir, lalu tertawa kegirangan. Tadi malam, Jeha bilang, terakhir pergi ke pantai ketika berumur lima tahun. Kala itu, pertama kalinya ia pergi ke pantai dan kiranya pun terakhir kali, sebelum Biru mengajak mereka liburan ke sini. Gadis itu kurang tidur beberapa hari ini karena terlalu bersemangat untuk pergi liburan. Sementara Biru dan Dirga langsung melompatkan tubuhnya ke dalam air dan sontak merasa segar. Lalu, mereka saling memercikkan air, balas-membalas.

              Rintik, gadis itu hanya menyaksikan semuanya tanpa berniat ikut bergabung. Sebenarnya, berbanding terbalik dengan Jeha, gadis itu tidak bersemangat sama sekali. Awalnya, ia sangat ingin liburan dengan teman-temannya. Namun, tadi malam, Senja merusak rasa itu dengan ucapannya.

              "Gue nggak bisa ikut. Mau UAS."

              "Tapi, kan UASnya masih minggu depan?" protes Rintik, tidak puas dengan alasan Senja untuk tidak ikut.

              "Ya, kan belajarnya harus mulai dari sekarang, Rin."

              Rintik tidak mau kalah, ia kembali mempertanyakan alasan Senja yang sangat lemah dan Senja pun terus-menerus memberikan gadis itu pengertian bahwa dirinya tidak bisa ikut liburan. Perdebatan itu diakhiri dengan Rintik yang merajuk, mengunci diri di kamarnya. Bahkan, ketika pergi tadi, ia tidak berniat sama sekali menatap Senja.

              Rintik kesal!

              Tentu saja, Rintik tidak bisa bilang tidak ikut karena melihat perasaan Jeha yang sungguh bahagia beberapa hari belakangan. Kalau Rintik tidak ikut, pasti Jeha juga demikian, lalu semua rencana akan batal. Kasihan juga Biru.

              Jadi, Rintik tiba di sini dengan perasaan-perasaan itu.

              "Rin, ayo!" teriak Jeha dari kejauhan, mengajak gadis itu untuk bergabung dengan dirinya.

              Rintik melihat Biru, Jeha, dan Dirga yang menatap ke arahnya sembari melambai-lambaikan tangannya, lalu tersenyum dan memutuskan untuk bergabung. Mereka bertiga pun saling menyirami air laut dan tertawa terbahak-bahak. Lalu, mereka duduk di atas pasir, menyaksikan pergantian siang dan malam. Langit jingga, mentari yang terbenam, dan semilir angin yang menerbangkan anak-anak langit, membuat siapapun akan merasa damai.

              Rintik tersenyum, walau terasa hampa.

*****

              Waktu telah menunjukkan pukul satu malam. Jeha tertidur pulas sedari tiga jam yang lalu karena kelelahan. Setelah menyaksikan matahari terbenam, mereka makan malam, lalu menyalakan api unggun. Mereka bercerita, bermacam-macam. Dari pertama kalinya mereka bertemu, kejadian lucu di sekolah, hingga hal-hal pribadi yang membuat perut sakit karena tertawa terlalu keras. Sangat menyenangkan.

Rintik dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang