Ep02

112 7 0
                                    

Rintik membuka lembaran baru buku yang ia baca, Hujan, judulnya. Salah satu karya dari penulis fenomenal ini, Tere Liye, membuat Rintik sangat fokus membaca dan menghayatinya. Kata perkata yang ia tulis mengandung banyak makna, membuat Rintik dapat menangkap makna yang ingin disampaikan. Rintik menutup bukunya ketika suara Ibu memenuhi rumah, mengajak semuanya makan malam.

Rintik keluar dari kamar dan menuju meja makan. Di sana telah ada Ibu, Senja, dan Biru, yang tidak tahu kapan tiba. Tetapi, Rintik tidak terkejut karena pria itu 'hampir' setiap hari keluar-masuk rumahnya. Rintik duduk dihadapan Ibu, lantas bertanya. "Ayah belum pulang?"

"Lembur akhir bulan." jawab Ibu, membuat Rintik mengangguk, paham.

Tiba-tiba terdengar bunyi pintu yang diketuk, membuat Rintik spontan bangkit. Tetapi, Biru mendahuluinya dan membuka pintu, menampilkan Jeha dengan kaos putih dan celana training.

"Jeha datang!" seru Jeha kegirangan.

Ibu yang melihat Jeha yang ceria seperti biasanya hanya terkekeh. "Ayo makan malam."

Jeha segera duduk di sebelah Rintik dan mengambil piringnya. Malam ini ibu memasak ikan goreng dan sayur bayam. Masakan Ibu tidak pernah diragukan, lezat semua. Sembari melahap makanan, Ibu menanyakan tentang yang terjadi hari ini pada mereka berempat tanpa terkecuali.

"Biru ganti cewek lagi, Bu." kadu Jeha, membuat Biru mengeluh.

Ibu menoleh ke Biru. "Biru, Biru. Hubungan yang tidak serius itu tidak akan pernah berhasil. Mau seberapa seringpun kamu pacaran, kalau kamu tidak pernah menganggapnya serius, kisah-kisah cintamu itu akan gagal. Percaya, deh sama Ibu."

"Tuh, Bi, jangan cuman didengerin! Diresapin sampai ke akar-akar hati biar setan playboy lo kebakar." celetuk Senja.

"Iya, Bu," balas Biru, lalu berbisik ke Senja. "Anjir, jangan ikut-ikutan, sih."

Senja beralih ke Rintik. "Lo tadi nggak ke kantin, Rin? Kakakmu yang tampan ini tidak melihat batang hidungmu, tuh? Atau hidungmu sudah semakin tenggelam?"

Sontak Rintik menginjak jari-jari senja, membuat pria itu mengaduh kesakitan.

"Bilang apa lo barusan?" seru Rintik galak.

"Hidung lo semakin tenggelam, Rin." celetuk Biru semangat.

"Nggak, nggak!"

"Sekali lagi lo nyinggung hal itu, gue pelintir usus lo!"

"Sudah, sudah!" tengah Ibu, menyudahi pertengkaran harian itu. "Senja, ada paket untukmu di ruang keluarga. Dari Caca."

Mendengar nama itu, sepasang mata yang bergetar tadi berubah menjadi berbinar. "Beneran?"

Pria itu beranjak dari kursi dan berjalan dengan perasaan berbunga-bunga untuk mengambil paket. Sedangkan Rintik, moodnya menjadi turun drastis mendengar nama mak lampir itu.

"Bu, bisa, nggak kita pindah rumah?" ujar Rintik, blak-blakkan. "Ngapain, sih, dia kirim barang terus ke Senja? Memangnya dia punya online shop?"

Senja berteriak dari ruang keluarga. "Makanya jangan jomblo, dong!"

"Daripada lo, bucin abis!"

"Cie, kurang kasih sayang, ya, Dek?"

"Ngelawak ya lo? Kok garing abis, sih?"

Rintik dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang