Ayah baru saja tiba di rumah setelah seminggu berada di luar kota. Oleh karena itu, Ibu memasak banyak makanan untuk makan malam, hitung-hitung pesta penyambutan katanya, membuat Rintik tidak habis pikir. Bukan hanya kali ini Ayah ke luar kota, tetapi Ibu selalu membuat hal-hal seperti ini untuk menyambut kepulangannya. Rintik pernah ngomel ke Senja, tetapi pria itu bilang, Rintik akan merngetahui alasannya nanti setelah menikah.
Biru, Jeha, dan Dirga yang telah menginap di rumahnya berhari-hari, makan dengan lahap masakan Ibu, seperti tidak pernah dikasih makan. Ayah melirik Rintik dan bertanya tentang Dirga melalui tatapannya, yang hanya dianggap Rintik anggukan. Melihat kode-kode itu, Ibu mendekati Ayah dan berbisik. "Teman mereka juga, anak baru. Namanya Dirga."
Ayah memanggut-manggut paham, lalu menoleh ke Dirga. Tadi pria itu menyalaminya ketika ia datang dan beliau tidak sempat mengobrol dengannya karena Ibu segera mengajaknya makan malam. "Dirga, ya?"
Dirga tersenyum. "Iya, om."
"Kayak pernah liat, deh? Familiar, soalnya." ujar Ayah.
"Orang ganteng, mah memang familiar, om." balas Dirga membuat Ayah dan Ibu tertawa, sementara yang lainnya menatap Dirga dengan sinis karena masih belum terbiasa dengan tingkat kepercayaan diri seorang Dirgantara.
"Ya udah, lanjutin makannya."
Biru yang sedaritadi ingin mengatakan sesuatu, cepat-cepat menelan makanannya.
"Lusa kita libur tiga hari, kan?" ucap Biru yang menarik perhatian semua orang.
"Kalau iya, memangnya kenapa?" tanya Rintik tanpa melepas sendok dari tangannya.
"Gimana kalau kita liburan?"
Jeha mengangguk, menyetujuinya. "Ke Dufan aja."
"Bukan," sahut Biru lagi, "Ke Lampung, Pantai Laguna."
Semua pasang mata menatap Biru dan menghentikan aktivitas mereka masing-masing karena terkejut dengan pernyataan pria itu, tidak terkecuali Rintik. Mereka tidak pernah liburan ke luar kota karena selain masih menjadi pelajar dan tidak mendapat izin orang tua, mereka lebih nyaman menghabiskan waktu libur di rumah walau hanya sekedar bermain game online. Jadi, perkataan Biru tadi benar-benar mengejutkan mereka yang memiliki jiwa rumahan.
"Bukannya nggak boleh, tapi gimana, ya?" ucap Ibu pelan, "Kalian masih anak sekolah, terus walau kalian akrab banget, kita nggak pernah tau, kan? Terus, di sana kalian sama siapa? Nginap di mana? Kami juga nggak pernah ke sana."
Biru menggaruk tengkuknya karena sudah menduga respon yang akan ia dapat. "Sebenarnya, Nyokap tiri Biru yang nawarin. Di sana ada villa milik dia, jadi, gitu, Bu."
Mendengar hal itu, membuat mereka sedikit tidak nyaman. Biru jarang sekali menyinggung ibu tirinya sejak perkelahian mengenai rumah lama yang hendak dijual ayahnya. Biru pernah cerita, tetapi tidak sedetail itu. Rintik pun tidak tahu, sebenarnya ibu tiri Biru adalah orang yang baik atau tidak. Di sisi lain, Biru tidak pernah menjelek-jelekkan ibu tirinya, namun tidak juga memujinya. Akan tetapi, manik mata Biru tidak bisa berbohong. Pria itu hanya berusaha bersikap baik-baik saja.
"Gimana, Yah?" tanya Ibu.
Semuanya menatap Ayah yang sedang berpikir.
"Kalau ada yang jaga di sana, ya udah, nggak apa-apa, tapi inget, ya kalian harus pandai-pandai jaga diri dan saling menjaga aja."
Biru, Rintik, Jeha, dan Dirga bersorak ria, antusias karena liburan pertama mereka ke luar kota, apalagi ke pantai. Sudah lama Rintik tidak ke pantai. Gadis itu mulai memikirkan outfit-outfit liburannya untuk pekan depan.
Sementara ada seseorang yang tidak menunjukkan ekspresi apapun dan tetap melahap makanan dihadapannya.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik dan Senja
Fiksi RemajaRintik menyukai Senja dalam segi apapun. Rintik selalu bahagia ketika Senja berada di sisinya, walau hanya sekedar mengganggu. Cita-cita Rintik sejak dulu adalah menikahi Senja. Tetapi, takdir telah menciptakan garis di antara mereka. Baik Rintik ma...