Sinar matahari menembus tirai tipis yang ada di resort dan tepat mengenai kelopak mata Rintik, membuat gadis itu mengerang karena terganggu. Terpaksa, ia membuka sepasang matanya dan melihat kamarnya yang sudah diterangi oleh cahaya matahari yang terik. Ia melirik jam yang tergantung di dinding. Waktu telah menunjukkan pukul 10.30, membuat gadis itu sontak terbangun dari tidurnya. Ah, ia sangat kesiangan untuk bangun ketika liburan. Padahal mereka telah berjanji untuk melihat sunrise pagi ini.
"Udah bangun, tuan putri?" ujar Jeha yang masuk ke kamar dengan rambut sedikit basah. Sepertinya, gadis itu baru saja mandi.
"Kenapa nggak bangunin?" tanya Rintik sembari meregangkan otot-ototnya.
"Kata Kak Senja tadi, biarin aja." ucap Jeha, lalu mengambil sisir. "Lagian besok juga bisa lihat sunrise. Kita juga kesiangan tadi."
Perkataan Jeha barusan membuat Rintik sedikit lega. Setidaknya, ia tidak perlu merasa bersalah karena menjadi penyebab gagalnya rencana mereka hari ini.
"Senja mana?"
"Masih tidur. Tadi dia gendong lo pagi-pagi dari tepi pantai," jawab Jeha sembari menyisir rambutnya. "Jadi kalian semalaman di luar? Nggak masuk angin?"
Rintik menggeleng. "Nggak dingin-dingin banget juga."
"Ya, iyalah karena ada Kak Senja."
Rintik melempar bantalnya ke Jeha yang membuat gadis itu hampir tersungkur. "Jangan ngadi-ngadi, deh!"
"Kan, benar!"
"Tapi, memang nggak dingin!"
Jeha terkekeh karena melihat Rintik yang salah tingkah karena perkataannya. "Lagian, pake disusul segala. Khawatir banget, tuh, Rin."
Rintik hendak melempar guling ke sahabatnya yang menyebalkan itu, tetapi Jeha telah berlindung di balik pintu, menjadikannya perisai.
"Cinta memang penuh kehangatan, Rin."
"AH, JEHA!"
Walau marah-marah dalam beberapa menit setelah ia memulai hari yang baru, tidak bisa dipungkiri bahwa tersirat seulas senyum gadis itu dengan mengingat kejadian tadi malam. Ketika Senja datang sebagai kejutan dan menatap laut bersama-sama. Tidak bisa digambarkan dengan detail bagaimana perasaan Rintik saat ini.
Jika Senja berada di sisinya, apapun yang terjadi, Rintik akan bahagia.
*****
Jika ke pantai, berjemur adalah sesuatu yang tidak bisa dilewatkan. Oleh karena itu, Rintik berjemur di atas kursi pantai dengan kacamata hitam dan topi miliknya. Sebenarnya, niat Rintik hanya ingin bermalas-malasan saja di atas kursi ini karena ia tidak memiliki kegiatan apapun sekarang. Biru dan Jeha sedang berbelanja untuk barbeque-an malam nanti. Senja masih tidur di resort dan Dirga asyik mengobrol dengan penjaga pantai. Rintik bahkan tidak tahu mengapa Dirga dan penjaga pantai itu bisa akrab karena mereka berada di sini baru dua hari. Tetapi, menurut cerita Biru, Dirga yang duluan mengajak penjaga pantai itu mengobrol, mengenai pantai ini dan sebagainya. Tidak mengherankan untuk Dirga yang senang berbaur.
"Asik bener sama mentari."
Panjang umur, Dirga datang dan duduk di kursi pantai lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik dan Senja
Teen FictionRintik menyukai Senja dalam segi apapun. Rintik selalu bahagia ketika Senja berada di sisinya, walau hanya sekedar mengganggu. Cita-cita Rintik sejak dulu adalah menikahi Senja. Tetapi, takdir telah menciptakan garis di antara mereka. Baik Rintik ma...