U N E

301 51 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

.
Makan ceri buah Pete.
Jangan lupa vote cerita ane.
___________________________

"Aku mau putus!"

Malam yang hening setelah perkataan itu. Sinar bulan menerangi bukit di sebelah taman kota, bintang-bintang pun ambil alih untuk memperindah langit malam ini.

Di sini, dua sejoli anak SMP tengah memutuskan hubungan cinta monyet yang mereka buat. Lelaki jangkung dengan netra coklat menatap gadis berkepang dua dengan kacamata bulat bertengger di hidung mancungnya.

"Yaudah." jawab gadis itu cuek.

Lelaki ini menatap gadis dengan mata yang mendelik.

"K-kamu gak mau minta penjelasan, gitu?" tanya lelaki tersebut.

"Tidak semua perkataan harus memerlukan penjelasan, bukan? Apalagi cuma cinta monyet gini, aku pasti cepat melupakan kamu!" pekik gadis itu.

"Dih, cantik Lo?"

Kedua sejoli itu menoleh ke arah suara, gadis sepantaran mereka sedang berjalan ke arahnya.

Rambut panjang yang menjuntai bergelombang, netra biru yang menghiasi matanya dan kulitnya yang putih.

"Emang gue cantik! Kalo Lo bilang gue jelek, berarti Lo nantangin pencipta, gue!" ketus gadis itu.

"Ayo, Laura. Kita pergi!" ajak lelaki itu.

"Venus Anantara Sergio, gue bakal inget semua ini. Sok-sokan mau putus padahal udah punya yang baru!" pekik gadis itu lagi.

Lelaki yang dipanggil Venus tersebut berhenti dan menatap gadis itu.

"Emang gue udah punya yang baru, iri Lo?!"

"Dih, kayak diskonan ramayanti Lo!"

"Ganteng enggak, kek monyet iya!" lanjut gadis tersebut.

Dia terduduk di rerumputan memandangi langit yang telah menghitam, di temani oleh bintang dan bulan. Dia membuka kepang rambutnya dan membuang kacamatanya ke sembarang arah.

Dia tertunduk lesu, memeluk lututnya dan menangis disana. Angin malam yang menusuk kulit terdalam membuatnya sedikit menggigil, berharap orang yang tadinya pergi akan kembali.

Namun, inilah nyatanya. Dia harus merelakan karena, level tertinggi mencintai adalah mengikhlaskan. Tak semua harapan harus berakhir bahagia, begitu sebaliknya.

Dia beranjak dari duduknya, dan berjalan gontai menuruni bukit sambil tertunduk lesu.

Baru permulaan, masih pendek. Ayo lanjutin bacanya, jangan lupa pencet bintang di sebelah kiri bawah yaaaa.

Terimakasih telah membaca.

ANTARA VENUS DAN YUPITER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang