D E U X

267 35 8
                                    

Makan ceri buah Pete

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
Makan ceri buah Pete.
Jangan lupa vote cerita ane.
-------------------------------------------

Tiga tahun kemudian.

Gadis dengan seragam sekolahnya tengah menatap dirinya di cermin besar yang berada di kamarnya. Dia mengambil sepatu serta kaus kaki yang akan dia kenakan, tidak lupa dengan kacamata hitam yang akan menambah kesan pesonanya.

"Mah, Lyra pergi ke sekolah dulu."

Wanita paruh baya dengan celemek di perutnya menghampiri anak gadisnya sambil membawa kotak bekal bewarna merah muda.

"Ih ... Ly gak suka bekal!" pekik gadis itu.

Sambil menghela nafas, wanita paruh baya tersebut menatap tajam netra hijau milik putrinya.

"Gak usah drama, biasanya juga bekal temen di makan!"

"Mam, bisa gak jangan bikin Ly malu di cerita ini ... " pinta Lyra.

"Ly, memang kamu rakus. Sangking rakusnya, series coklat kamu makan, padahal itu tai cicak." celetuk Mona, ibu Lyra.

"Astaghfirullah, MAMAH!" teriak Lyra.

Lyra Alula Carina, gadis yang ceria. Gadis yang memiliki sifat tak mau kalah, apapun yang ia mau harus di dapat. Dia tidak ingin lagi kehilangan apapun seperti tiga tahun lalu.

"Ha-ha-ha ... Cepat pergi atau kamu di tinggal Papah, lagi." ujar Mona.

Lyra mengangguk dan mencium punggung tangan Mona, dengan riang dia melangkah keluar dari rumahnya dan memasuki mobil putih milik Papahnya, Anto.

Meski di dalam mobil, Anto sangat sibuk dengan berkas-berkas di tangannya yang tak pernah lepas. Lyra memandangi Anto cukup lama, agar Papahnya itu bisa peka terhadap nya.

"Kenapa, Ly?"

"Akhirnya ... " gumam Lyra.

"Hamil 17 tahun berbahaya gak sih, Pah?" tanya Lyra.

Anto meletakkan berkas itu di sampingnya dan menatap netra hijau milik Lyra.

"Berbahaya sekali, hamil yang normal itu 9 bulan. Kalau sampai 17 tahun harus di periksakan!" jawab Anto.

Lyra mendelik mendengar jawaban dari Anto, ternyata selera humor Anto ada juga. Yang Lyra lihat selama ini hanya kanebo kering yang selalu memegang berkas.

"Pak Man, berenti sebentar." pinta Lyra pada supirnya.

"Loh, kenapa berhenti?" tanya Anto.

"Untuk menuntaskan rasa emosi ku yang ingin memukul rahang mu!" jawab Lyra menatap mata Anto.

"Heh! Sembarang. Saya ini Papah kamu." sergah Anto.

"Canda, rahang."

"Maaf, Pah. Ly benar-benar bercanda, mana mungkin Ly mukul rahang, Papah." lanjut Lyra.

_____________________________

Ly sudah berada di koridor sekolah, sekarang pukul tujuh pas. Dia memasuki kelas dua belas IPS lima.

Ly mendudukkan bokongnya di kursi depan dekat dinding, meletakkan tasnya di atas meja dan menelungkup kan kepalanya di dalam tas.

Dia menghidupkan alunan melodi di telinganya mengunakan earphone,alunan yang membuatnya teringat akan seseorang. Seseorang yang benar-benar dia cinta, yang meninggalkannya demi yang lain.

S'gala yang kau ucap bohong
Kau lakukan omong kosong
Tak perlu lagi percaya
Kau hanya pura-pura
Kita di ujung perpisahan
Namun selalu kurindukan
Kau luka yang kurindu.

"Aku janji, walaupun ada yang lebih lebih lebih dari kamu. Aku gak akan berpaling."

"Kamu cantik, gak ada yang bisa ngalahin kecantikan kamu."

"Cuma kamu, gak ada yang lain."

"Kamu, cuma kamu."

Sepenggal kata yang masih terus terngiang di telinga Lyra, dia tak tahan. Venus adalah cinta pertamanya, cinta pertama yang tumbuh di masa SMP. Cinta pertama yang ditandai dengan 'cinta monyet', namun, Lyra benar-benar mencintai Venus.

"AAAA ..."

"Apaan sih, terngiang-ngiang terus!"

Kepala Lyra keluar dari dalam tas, dia menatap sekitar kelasnya yang kini tengah menatapnya juga.

Bu Siska? T-tungu ... Apakah sudah bel masuk? Mampus.

"Lyra, KELUAR!" tegas Bu Siska.

"Bu, L-lyra bisa jelasin." ujar Lyra terbata.

"Gak ada waktu, beib." jawab Bu Siska dengan centil.

"KELUAR!"

"T-tapi, Bu---"

"Satu ... Dua ... Tig---"

"OKE, SAYA LARI SEKARANG BU!"

_____________________________

Pagi yang di awali dengan lari di lapangan. Lapangan yang masih sepi karena, ini memang jam pelajaran pertama. Lyra melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, pantas saja. Ternyata dia tertidur dengan mendengarkan alunan melodi tadi.

"LYRA!" pekik lelaki yang ada di sebrang.

Lyra berhenti berlari dan mencari sumber suara,di lantai atas ada seorang lelaki bertubuh tinggi dan sedikit otot di lengannya.

"Apaan?" tanya Lyra dengan malas.

"Ngapain Lo disitu?" tanya lelaki tersebut.

"Ngitung kebodohan, Lo!" ketus Lyra.

Lelaki di atas sana terkekeh, matanya sipit ketika tertawa. Tapi, Lyra tak menyukainya. Karena, lelaki itu juga tidak suka pada Lyra, 'kan gak mungkin mencintai tanpa dicintai.

"Di kasih mata gunanya untuk melihat,malah digunain buat maksiat!" ketus Lyra.

"Maksiat 'kan ngeliat juga, ya, gak?" tanya lelaki tu.

"Heh! Yupiter. Gue eneg liat muka Lo, pergi atau gue tendang!" ancam Lyra.

"Pergi atau gue cium, dong Ly." pinta lelaki yang bernama Yupiter tersebut.

"Dih, muka Lo gak ada bagus-bagusnya buat di cium!" cibir Lyra.

"Heh, gak ada romantis nya." ucap Yupiter.

"Emang Lo siapa? Pacar gue?" tanya Lyra.

"Lo yang gak mau jadi pacar gue, udah berkali-kali di tembak gak mau juga." jawab Yupiter.

Lyra terdiam, ya. Yupiter memang pernah menyatakan perasaannya pada Lyra, tapi Lyra selalu menolaknya mentah-mentah. Entah apa alasan dibalik ini semua.

"Lagian kenapa Lo nembak gue di pinggir jalan! Deket kuburan pula."

"Y-ya karna ban gue kempes waktu itu."

"Kepala Lo kempes!"

Setelah mengatakan itu, Lyra kembali melanjutkan hukuman dari Bu Siska dan Yupiter yang masih disana melihat Lyra menyelesaikan hukuman itu.

ANTARA VENUS DAN YUPITER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang