D O U Z E

114 33 1
                                    

"Lo gak lihat?! Di mana mata Lo?!" ketus Laura.

Gadis yang dibentak hanya bisa menunduk malu untuk menatap sekitarnya, dia lebih memilih memejamkan matanya dan menulikan pendengaran nya.

"Jawab, bangsat!" Laura mendorong tubuh gadis itu hingga terjatuh.

Gadis itu merintih kesakitan, tulang ekornya serasa patah karena dorongan itu. Air mata sudah mengalir, Laura senang melihat ada air mata yang menetes.

Laura memijak kaki gadis itu, hingga dia berteriak kesakitan. Belum ada yang bergerak untuk membantu ataupun melaporkan kejadian ini pada guru ataupun kepala sekolah.

"Kenapa sih rame-rame." ujar Lyra.

Liza yang ada di sampingnya pun mencari dari mana sumber suara dari bentakan itu, di lorong yang mereka lewati sekumpulan kerumunan ada disana.

"Itu bukannya Laura, ya?" tanya Liza.

"Lo kenapa pada gak nungguin kita, sih?!" hardik Dini.

"Ayo kita lihat." ajak Lyra.

"Gak perlu, Ly. Udah ayo ke kelas." ajak Liza.

"Dimana rasa kemanusiaan Lo? Kalau gak mau biar gue aja." ujar Lyra yang setengah berlari.

Masih dengan memijak kaki gadis itu, gadis itu meraung kesakitan. Laura terus saja melontarkan makian untuk gadis itu.

"Bodoh! Bisa-bisanya Lo numpahin es teh seribuan gini ke baju gue, heh?!" sarkas Laura.

"M-maaf kak ... " lirih gadis itu sangat pelan.

Laura ingin melayangkan tamparan untuk gadis itu namun, dengan cepat tangannya di cekal oleh seseorang. Mata mereka saling pandang memancarkan api kemarahan, hanya pada mata Laura.

Laura menghempaskan tangan itu dan berhenti memijak kaki gadis itu.

"Otak Lo dimana? Ini sekolah, bukan ring tinju yang bisa seenaknya baku hantam." ujarnya.

"Lyra, mau jadi pahlawan kesiangan ternyata."

Lyra, dia membantu gadis yang ber-name tag, Adinda Cempaka anak kelas sebelas. Adin menatap Lyra penuh hangat, dia beruntung bisa diselamatkan oleh Lyra walaupun mereka tak mengenal satu sama lain.

"M-makasih, kak." ucapnya.

"Sama-sama, ayo ke UKS. Aku antar." tawar Lyra.

Lyra membawa Adin menuju UKS namun, rambut panjangnya ditarik oleh Laura hingga dia hampir hilang keseimbangan. Teman-teman pada berteriak dan ada yang ingin menonjok dirinya namun, Liza bilang 'biarin, Lyra hebat!'.

Lyra menatap tajam iris mata Laura, mereka sama-sama diselimuti oleh rasa amarah. Venus baru saja datang hendak memisahkan keduanya, lagi-lagi Yupiter menarik tangan Venus supaya jangan mendekat.

"Lepas sebelum gue tonjok muka Lo?!" ancam Lyra.

Masih dengan jambakannya, Laura tak menghiraukan perkataan Lyra. Emosi Lyra telah memuncak, di tendangnya perut Laura hingga dia terhuyung kebelakang. Lalu, kedua tangan Laura di lipatkan ke arah belakang oleh Lyra.

"Lepas Lyra!" pekik Laura.

"Tangan gue sakit, anjing!" hardik Laura.

"LYRA GUE BILANG LEPAS!" teriak Laura.

"Jangan teriak! Sebelum tangan Lo patah gue gak bakal ubris perkataan Lo, bangsat!" sarkas Lyra memiting tangan Laura hingga sang empu kesakitan.

Venus tak bisa diam, harus ada salah satu diantar mereka yang dipisahkan. Mereka sama-sama mempunyai ego yang sangat tinggi, Venus berada di sela-sela keduanya.

ANTARA VENUS DAN YUPITER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang