Q U A R A N T E

72 24 7
                                    

Happy readingJangan lupa vote sista___________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading
Jangan lupa vote sista
___________________________

"Hai, Lyra!"

Mereka berdua serentak menoleh, mengapa jadi ramai seperti ini, pikir Yupiter. Lyra tersenyum kikuk saat mendapati Bianca, Laura, dan Aruna disini. Di tambah lagi Adinda ikut serta di sana, membawakan beberapa parsel buah dan semacamnya.

Mereka berjalan mendekat, Bianca yang masih duduk di kursi roda pun mendejat di dorong oleh Venus. Dengan rasa ragu, malu, dan takut mereka menatap Lyra dengan bergantian.

"Keadaan Lo gimana?" tanya Bianca.

Lyra tersenyum "gue sehat, setelah Lo ngomong sama gue."

Hati Bianca seakan tersayat sedikit melihat senyum itu, Laura dan Aruna menatap Lyra dengan sendu.

"Kak Lyra?" panggil Aruna.

"Kenapa, Aruna?"

"Aruna minta maaf ya sama kakak, gak seharusnya Aruna bersikap gak sopan dan gak wajar sama kakak," ujarnya dengan sendu.

"Ini bukan sandiwara lagi 'kan?" setelah mengatakan itu Lyra terkekeh sendiri.

"Gue udah maafin Lo, semua itu cuma salah paham. Yah, pesan gue cuma satu. Sebelum tau kebenaran jangan menghakimi dahulu, ya Bianca?" sindir Lyra.

"I-iya," jawabnya gugup.

Kini atensi Lyra beralih pada Adinda yang menatap dalam Yupiter, sedangkan lelaki itu sibuk dengan ponselnya dan duduk selonjoran di sofa.

"Adin?"

"Eh- iya kak?"

"Lo suka sama Yupiter," celetuk Lyra.

"E-enggak, kak." elaknya.

"Tatapan Lo ke Yupiter terlalu dalam banget tau, Lo suka 'kan?" tanya Lyra lagi, Adin semakin gugup tatkala Yupiter berjalan mendekati dirinya.

Lelaki ini dengan santai memasukan ponselnya ke saku celana, berjalan ke arah Adin tanpa melihat kondisi gadis ini yang sudah bercucuran keringat karena gugup melihat Yupiter.

Yupiter sedikit membungkuk melihat Adin dari samping, karena tinggi Adin hanya sampai di dada bidang milik Yupiter. Adin menutup matanya, tangannya bergetar hebat sambil menggenggam erat parsel yang ada di tangannya.

"Lo suka sama gue?"

"B-bukan kak, serius Adin gak suka sama kakak," jawabnya terbata.

"K-kakak mirip m-mantan, Adin. Sekarang dia udah jadi orang gila karena depresi, ibunya meninggal gantung diri."

Perkataan Adin membuat Yupiter meringis, apa katanya? Mantannya? Gila dan depresi? Pantaslah Adin selalu mau dekat dengan dirinya, namun, yang membuat Yupiter meringis adalah kata 'gila'.

"Tapi gue gak gila kok Din,"

"Gue masih waras, tanya aja sama sayang ku." kata Yupiter menunjukan Lyra dengan bibirnya.

"S-sayang ku?" tanya Lyra.

"Lyra Alula Carina, mau kah kau menjadi majikan ku?" Yupiter beralih menggenggam kedua tangan Lyra.

"Majikan?"

"Karena ketika wanita bertemu dengan lelaki yang tepat akan di jadikan ratu-"

"Dan lakinya jadi babu!" potong Bumi yang baru saja datang, dengan santainya dia duduk di sofa dan mulai bermain di game online.

_____________________________

Kamar rawat Langit sepi, entah mengapa mereka tak ingin menjenguknya. Dia melirik ke arah jendela yang menampilkan jalanan Jakarta, dia menatap jalanan itu tanpa mengedip.

"Langit!"

Langit menoleh, melihat gadis sepantarannya berjalan ke arah dirinya. Dengan senyuman mengembang dan di papah oleh satu orang lelaki, diikuti beberapa orang di belakangnya.

"Seblak untuk Lo," ujarnya. Senyumannya tak pernah lepas dari sana.

Langit masih berdiam, ada rasa malu yang ada di dalam dirinya. Dia menunduk dan berjalan menuju tempat tidurnya.

"Ngapain Lo semua kesini?" tanya Langit dengan nada yang tak sedap di dengar.

"Mau jenguk, Abang."

Deg.

Dia menatap gadis ini tak berkedip, matanya sudah berkaca-kaca melihat gadis kurus mendekat ke arahnya. Memeluknya tanpa aba-aba dan langsung mengecup keningnya, membuat tanda tangan di jidatnya dengan spidol yang bisa dihapus nanti.

"Artinya, Lyra udah pernah cium Angit di jidat. Udah ada tanda bukti oke?"

"Apaan sih, Ly!" ketus Langit.

"Abang Angit, Angit punya Lyra!" pekik Lyra di telinga Langit.

"Etdah bocah, sakit kuping gue!"

"Angit, Lyra udah maafin kamu atas hal ini. Angit jangan jadi jahat lagi ya? Yupiter gak bakal Lyra ambil," ujar Lyra memakai bahasa Aku-Kamu.

"Tapi gue gak ada minta maaf sama Lo," ujar Langit dengan santai.

"Angit bohong, Yupiter ngasih rekaman suara Angit sama aku. Angit nangis dan nyesel udah ngelakuin hal itu sama Lyra, Angit pengen Lyra panggil Abang 'kan?" jelas Lyra sambil bertanya.

"Sekarang pas Lyra udah panggil Abang, Angit malah ketus. Angit gengsi juga orangnya," kesal Lyra.

Lyra memundurkan langkahnya, sedikit rasa kecewa ketika mendapat perlakuan tak sedap dari Langit. Dengan selang infus yang masih di pegang Yupiter, lelaki ini mengikuti atas langkah kemana gadisnya akan pergi.

Dengan cepat Langit menarik tangan Lyra, untungnya Yupiter bisa mengikuti dengan cepat kalau tidak mungkin tangan Lyra yang di infus akan berdarah.

"Lo kalau narik kasih aba-aba napa! Kalau tangan Lyra berdarah tadi kaya mana?!" sarkas Yupiter.

"Gak ngotak Lo,"

"Udah Yupi, Angit gak sengaja kok. Yakan?" tanya Lyra di dalam dekapan Langit.

"Iya, Lyra." Langit mengelus rambutnya dengan hangat.

Langit tak pernah memeluk Lyra sebelumnya apalagi menghirup bau asam yang ada di tubuhnya, Langit sedikit mengendus karena bau badan Lyra.

"Lyra Lo belom mandi 'kan? Bau banget badan Lo," ujar Langit.

"Body shaming ya Lo?!" tuding Yupiter.

"Lo udah nyakitin hati Lyra lagi, minta maaf cepat!" timpal Bumi.

"Ayo minta maaf, sekalian kasih mobil baru kek untuk Lyra. Maaf aja gak cukup, huh." sambung Liza dengan senyuman mengejek.

"Lyra, Angit minta maaf. Nanti Angit beliin seblak deh," bujuknya.

"Lyra gak mau seblak, Lyra boleh tinggal sama Angit gak?"

Langit terdiam, dia tampak menimbang. Memikirkan nya matang-matang, ini membuat Lyra mengangguk sendiri dan paham apa yang akan di katakan Langit.

"Lyra gak maksa, kalau Angit gak ngasih izin gak apa-apa."

"Lo adik gue, masa gak boleh sih. Tapi jangan tidur bareng ya, gak boleh."

"Yakali sampe tidur bareng, gue gorok leher Lo!" ketus Yupiter.

"Yupiter ngapa sensi bat dah?" tanya Bumi.

"Makannya jangan main game mulu tadi, Yupiter sama Lyra udah pacaran kali. Yupiter 'kan gapernah pacaran tuh, jadinya kaya bocil baru netas," ujar Liza.

"Seriusan?"

"Wah, PJ dong!"

"PJ dong, om unch."

"BANGKE LO LIZA!"

Note: Update satu part dulu ya sayang, lagi banyak tugasss hihi:-)

ANTARA VENUS DAN YUPITER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang