T R E I Z E

127 32 0
                                    

Beralih ke ruangan UKS, Adin sudah keluar dari sana. Tersisa Laura dan Venus, tak ada luka parah di tubuh Laura. Hanya saja Laura yang sangat lebay, dengan setia Venus duduk di tepi ranjang Laura mengusap rambutnya perlahan.

"Gue gak mau tau, pokoknya Lo harus kasih pelajaran sama Lyra!" ujar Laura.

"Lau, masalahnya udah kelar gak perlu di perpanjang lagi." jawab Venus lembut.

"Ven, gue gak mau tau! Atau gue bilang sama Papah gue untuk cabut semua tanam modal di perusahan orang tua Lo?" ancam Laura.

"Biar bangkrut aja sekalian." tambahnya.

Venus beranjak dari duduknya, dia keluar dari UKS dan menuju kelasnya. Di perjalanan dia merasa bersalah pada Lyra dan merasa jadi boneka untuk Laura.

Venus bimbang, ia menendang apa saja yang ada di depannya. Dia menendang tong sampah yang tak bersalah sampai tong sampah itu penyok.

Dia sudah sampai di ambang pintu kelasnya, dia ingin melangkah namun, wajah Lyra yang tertidur membuatnya merasa bersalah.

Drerttt ...

Ponsel Lyra berdering, tidur yang tadinya nyenyak kini menjadi tidak karena dering telpon sialan.

"Halo."

" ... "

"Rumah sakit Pelita?"

" ... "

"Iya benar."

" ... "

"APA?! GAK MUNGKIN."

Setelah itu ponsel Lyra jatuh dari genggamannya, cairan bening sudah mengalir di pipinya. Di raih ponsel itu dan dia mengambil tas yang berada di atas meja, dia segera pergi meninggalkan kelas dengan tergesa-gesa.

"Lyra! Mau kemana?" tanya Bianca.

"Ayo Ly masuk, Bu Rena udah jalan kesini." timpal Liza.

Lyra tak menggubris, dia seperti linglung sekarang. Dia lebih memilih melanjutkan langkahnya dengan tergesa dan tak menghiraukan panggilan teman-temannya, Venus yang berada di ambang pintu tadipun tak di lihat olehnya.

"Lyra kenapa?" tanya Liza.

"Gue gak tau, ada urusan penting mungkin." jawab Dini.

"Kok dia nangis, kita ikut aja yuk." usul Bianca.

"Gue khawatir." lanjutnya.

"Jadi kita bolos?" tanya Liza dan Dini bersamaan.

"Bolos untuk kebaikan."

Mereka pun ikut menyusul Lyra yang kini berebat dengan Pak Mumun satpam sekolah yang menghalanginya, Lyra tak menyerah dia mendorong tubuh Pak Mumun dan langsung keluar mencari taxi.

_____________________________

"Suster, saya mau nanya. Korban kecelakaan tadi ini, kecelakaan tunggal." ujar Lyra pada salah satu suster.

Suster itu tampak berfikir.

"Oh kecelakaan di Jalan Cendana, yang menyebabkan satu orang meninggal dengan luka yang cukup serius di kepala 'kan? Dia di ruang jenazah." jelas suster itu.

Lyra segera berlari sekuat tenaga untuk sampai di ruang jenazah, setelah sampai dia berhenti sejenak di ambang pintu. Seseorang yang baru saja di tutup dengan kain putih, salah satu dokter menyadari akan kehadiran gadis berseragam SMA.

"Kamu kelurga pasien?" tanya Dokter tersebut.

Lyra mengangguk lemah dengan berjalan gontai menuju mayat tersebut, di bukanya kain putih yang menutupi tubuh mayat itu. Betapa terkejutnya dia melihat orang yang mencintainya kini terbujur kaku dengan kulit yang pucat.

ANTARA VENUS DAN YUPITER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang