T R E N T E - H U I T

68 21 11
                                    

Happy reading sistaVote dung Kaka😚___________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading sista
Vote dung Kaka😚
___________________________

"Alhamdulillah, udah banyak yang mau mendonorkan darah untuk Lyra," ujar Liza.

Mereka menggunakan media sosial untuk mencari donor darah golongan AB negatif, banyak yang berpartisipasi dalam hal ini. Tinggal dua kantung darah lagi, Lyra akan di operasi.

Langit sudah sadar dari sejam yang lalu, dia juga sudah di pindahkan kamar rawat. Sedangkan Lyra masih diruangan itu, ketika keluar Langit tak berani menatap siapapun apalagi ibunya.

Di kamar rawatnya dia hanya bisa melamun memikirkan apa yang ia lakukan, sampai pintu kamarnya terbuka dan dia menutup matanya cepat-cepat.

"Lang," panggil Yupiter.

"Gue tau Lo pura-pura tidur, buka mata Lo Langit!" titah Yupiter.

"Lebih baik Lo pergi dari sini, kenapa gue gak mati aja sih! Gue udah terlalu malu untuk melanjutkan hidup, gue gak normal." racaunya, Langit membuang pandangannya kearah lain.

"Langit, rasa suka terhadap seseorang itu memang ada dan itu maklum. Tapi menurut gue, Lo gak suka sama gue. Lo terlalu obsesi untuk miliki gue, secara gue 'kan ganteng ya?" tanya Yupiter dengan percaya diri yang tinggi.

"Tapi semua ini salah, ini semua belum terlambat. Berubahlah sedikit demi sedikit, Lang. Gue yakin Lo bisa, Lo sahabat gue dari ingusan dulu." Yupiter mulai memelankan suaranya, dia tak tega melihat keadaan Langit yang kacau seperti ini.

"Dan gak lucu jugak kalau kita pacaran Lang,"

"YUPITER PLEASE GUE JUGA MASIH PUNYA MALU, LEBIH BAIK LO PERGI!" teriak Langit.

"Tapi sebelumnya, adik Lo, Lyra. Dia butuh dua kantung darah lagi, berhubung darah Lo sama Lyra sama jadi ... gue mau Lo sedikit nebus kesalahan yang Lo perbuat," ujar Yupiter.

"Tapi gue gak maksa, dia akan di operasi karena ulah konyol Lo yang gila itu. Gue permisi ya Lang, cepat sembuh brader."

Langit tampak berpikir, dia menatap jendela yang cukup besar di kamar rawatnya secara ini adalah kamar VIP.

_____________________________

"Kamu yakin Langit?" tanya Dokter Randi.

"Luka saya tidak terlalu parah, saya ingin mendonorkan darah saya dok."

"Baiklah, hanya dua kantung darah lagi."

Dokter Randi pasrah, dia membawa Langit ke ruangan khusus. Setelah siap, dia mengantarnya kembali keruangan nya.

"Semoga dengan cara ini gue bisa nebus kesalahan gue, Ly." gumamnya.

Kini semua beralih pada Lyra, gadis itu akan di pindahkan ke ruangan operasi. Sekarang pukul sepuluh malam, lampu ruangan itu telah menyala yang artinya operasi akan segera di laksanakan.

Mereka semua merapalkan doa terutama Yupiter, dia selalu berharap netra hijau itu kembali membuka matanya, menatapnya dan memeluk dirinya.

Lampu ruang operasi padam, mereka serentak melihat ke atas. Jantung mereka tak karuan saat berdetak, mereka benar-benar menunggu kabar baik dari para dokter.

"Alhamdulillah, operasi berjalan lancar."

Yupiter orang yang pertama kali menghembuskan nafasnya dengan enteng tanpa beban, dia memeluk Bumi menyalurkan rasa senangnya. Mereka semua tersenyum dan tak sabar menunggu Lyra untuk bangun.

"Namun, Lyra masih dalam keadaan koma. Berdoa supaya dua sampai tiga hari dia akan bangun," ujar Dokter Toni.

"K-koma?" tanya Yupiter.

"Hanya pengaruh obat saja, berdoalah supaya Lyra akan segera pulih."

"Lagi-lagi gue harus nunggu diri Lo, Lyra." gumam Yupiter.

"Setelah ini jangan biarkan Lyra lepas lagi ya makhluk aneh, sikat terus!" ucap Bumi sambil berbisik.

"Pasti!" jawabnya dengan mata yang berbinar.

_____________________________

Yupiter masuk ke kamar rawat Lyra, berjalan perlahan dan duduk di kursi yang di sediakan. Dia menatap dalam wajah cantik yang teridur itu, entah sampai kapan ia akan bangun. Sedangkan sehari lagi adalah ujian nasional untuk mereka lulus SMA.

Dia meraih tangan Lyra, mengecupnya dan menaruhnya di pipi. Dia menatap setiap ukiran wajah Lyra tak lepas dari apapun, bibir ranum nya kini sudah tidak pucat lagi, Yupiter rindu pada gadisnya.

"Cepat bangun Ly," ujarnya.

"Gue mau ngomong sesuatu sama Lo." Yupiter mengelus puncak kepala Lyra.

"Gue gak tau nantinya bakal gimana kalau Lo gak bangun, gue harap Lo cepat bangun."

"Yupiter,"

"Langit, Lo kok di sini?"

"Pengen liat Lyra," jawabnya sambil tersenyum.

Yupiter menatap Langit dengan tatapan menyidik, Langit yang menyadari itu langsung membuang nafasnya jengah.

"Gue tau Lo masih berpikiran jelek tentang gue, tapi serius deh gue gak akan nyakitin Lyra lagi." sela Langit.

"Janji ya Lo?"

"Oke." Langit menyinggungkan senyumannya lagi.

Kini tersisa Langit dan Lyra, seperti yang dilakukan Yupiter tadi Langit menatap lekat wajah Lyra yang masih tertidur dengan nafas teratur. Dia mengecek dahulu apakah infus ditangan Lyra masih berjalan, ketika selesai dia kembali duduk.

"Ly,"

"Lo gadis baik, maafin gue yang terlalu jahat banget sama diri Lo. Gue tarlalu ambisi untuk hal yang seharusnya gak boleh gue miliki, Lyra gue mohon bangun." ucapnya, kini tatapan Langit sendu mengingat bagaimana jahat dirinya membuat Lyra menjadi bulan-bulanan disekolah.

"G-gue nyesel ngelakuin ini semua, gue udah punya dosa besar sama Lo. Rasa suka yang gak wajar gue sama Yupiter gak seharusnya ada, gue malu sama diri gue sendiri Ly."

"Ly, gue mau Lo bangun dan peluk gue. Jangan peluk Yupiter karena Abang Lo itu gue bukan Yupiter, Ly gue udah anggap Lo jadi adik gue." lirihnya, dia mengusap air matanya.

"Dulu gue selalu minta sama Mamah untuk kasih gue adik perempuan, dan Tuhan mengabulkan itu. Tapi bodohnya gue malah nolak hadiah yang selalu gue nantikan, Lyra gue mohon bangun. Maafin Abang Lo yang konyol ini," ujar Langit.

"Kalau Lo bangun, terus Lo meluk gue dan panggil gue Abang kayaknya lucu Ly. Gue pengen banget meluk Lo, tapi Lo belum bangun dari masa-masa sulit ini."

"Gue harap secepatnya Lo bangun ya, gue sayang sama Lo. Maaf gue terlambat akan semua ini," setelah mengatakan itu Langit mengecup kening Lyra, air matanya menetes lagi di pipi Lyra.

"Avv, manis banget sih."

"Babang Langit unchhhh,"

"Langit manis banget sih kaya biawak, ih pen peluk deh jadinya."

Entah sejak kapan mereka disini, yang pasti kini pipi Langit memerah karena menangis di hadapan teman-temannya. Liza, Dini, Bumi, dan Yupiter melihat Langit dengan tatapan yang penuh arti, lalu mereka memeluk satu sama lain.

"Kesalahan pasti ada dan pasti bisa diperbaiki, jangan bosan jadi orang baik." celetuk Bumi.

"Temen Lo gak ada nyambung-nyambung nya ya, tolol banget." timpal Liza.

"Abwang gue itu, gue tabok Lo ye!" cibir Dini.

ANTARA VENUS DAN YUPITER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang