Q U A R A N T E T R O I S

58 18 0
                                    

Happy reading sistaPencet 🌟 di pojok kiri bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading sista
Pencet 🌟 di pojok kiri bawah.

___________________________

Langit sudah pergi, Lyra menanyakan pada Liza dan Dini kapan pesawat Venus akan berangkat dan mereka jawab dua menit lagi di bandara yang sama.

Lyra meninggalkan semuanya yang meneriaki namanya, berlari mencari Venus yang akan terbang juga ke London. Pergi dan mungkin tak akan kembali, Lyra terus berlari sesekali dia memangil nama Venus. Yupiter yang dari tadi mengikuti Lyra juga kewalahan mengejar langkah kecil namun cepat.

"VENUS!"

"Venus! Jawab gue,"

"Venus!!!"

Lyra menjadi pusat perhatian sekarang, dia belum menemukan dimana sosok Venus sekarang berada. Dia mengatur nafasnya untuk kembali berlari, namun, disaat dia ingin berlari lagi. Tangan besar mencekal lengan nya.

Lyra menoleh ke belakang, lelaki berpawakan tinggi dengan bola mata coklat hazelnut itu menatap manik mata Lyra. Tanpa aba-aba, Lyra menerjang tubuh lelaki itu. Memeluknya erat-erat sampai tas yang disampirkan di pundak kiri terjatuh.

"Kenapa Lo gak bilang mau pergi?" lirihnya.

"Untuk apa gue bilang sama Lo, Ly. Bahkan disaat gue ingin menjelaskan hasrat gue bahwa gue masih cinta sama Lo, gadis cengeng ini gak ngasih waktu sama gue."

"Biar gue pergi Ly, Lo udah jumpa sama cowok yang tepat sekarang. Untuk gue, Lo cuma seberkas cerita yang akan gue tutup kembali." tambah Venus.

Lyra ingin menangis sekarang, dia melepaskan pelukannya. Menggenggam tangan Langit dan menaruhnya di pipi sebelah kiri, waktu seakan berhenti. Venus tersihir dengan senyum sekaligus air mata yang turun dari mata indah milik Lyra.

"Jangan nangis Ly," ujar Venus menghapus air matanya dengan ibu jari.

"Gue gak akan pergi untuk selamanya, kita masih bisa bertemu."

"Lo, Menjadi sebuah saksi bisu perpisahan. Menjadi cerita dalam luka, dibungkus rapi dalam duka." tambah Venus.

Air mata Lyra semakin luruh, Yupiter yang menyadari ini pun masih terdiam melihat semuanya.

"Jadiin ini perpisahan yang manis ya, Ly."

"Semanis apapun perpisahan, yang namanya berpisah itu gak ada yang indah Venus!" pekik Lyra.

"Maka dari itu, gue bakal jadiin ini yang terindah?" tanya Venus.

"No, Every goodbye has many meanings. However, I don't want the name to be goodbye!"  ujar Lyra.

"Yupiter udah nunggu Lo, pesawat gue mau berangkat. Laura juga udah nunggu di ujung sana, gue berangkat ya." izin Venus.

"L-lo sama Laura?" tanya Lyra.

"Ya, gue sama dia bakal balik lagi ke London. Menghapus cerita di Indonesia dan ... Melupakan Lo,"

"Gue gak bisa ngelarang diri Lo, okay. Sampai jumpa Venus." Lyra membalikkan badannya, menutup mulutnya dan menangis.

Venus menatap bahu Lyra yang bergetar, dirinya tahu Lyra pasti menangis karena ini. Dia mengembuskan nafasnya gusar, menatap koper dan Laura yang melambaikan tangannya.

"Gue pergi, Ly." lirihnya yang tak mungkin di dengar oleh Lyra.

Lyra dan Venus melangkah bersama, namun tak sama. Tujuan berbeda, satu langkah Lyra dan satu langkah Venus. Lyra masih menangis dengan jalan yang menunduk, sedangkan Venus menatap berat jalan yang akan di tempuhnya.

Yupiter menghela nafas, apakah dia harus melepas Lyra? Di benak Yupiter dia berpikir, apakah gadisnya masih menyimpan perasaan pada Venus?

___________________________

"Hai, Ly?"

Lyra duduk di salah satu bangku besi di taman depan rumahnya, Yupiter sengaja datang kesini untuk menjumpai Lyra.

"Boleh gue duduk?" tanya Yupiter.

"Boleh, duduk aja."

"You okay?"

"Gue baik Yup, kenapa sih kok nanya gitu."

Yupiter menatap manik mata Lyra, menggenggam tangannya dan tersenyum.

"Kita putus ya, Ly."

Lyra terdiam, mencari kebohongan disana. Bahan bercandaan apa lagi yang ada di benak Yupiter saat ini, dia mendelik kala melihat Yupiter ingin beranjak dari duduknya.

"Ngomong apa sih, Yup!"

"Iya Ly, percuma Lo sama gue tapi hati Lo untuk Venus yang udah pergi ke London. Lo terpaksa sama gue?" tanya Yupiter.

"Gue gak terpaksa, gue nerima diri Lo dari hati gue. Masalah Venus, g-gue--"

"Dan ya, Lo masih suka sama Venus. Udah gue bilang 'kan Ly jangan jadikan seseorang untuk melupakan masa lalu, Lo tau hati gue sakit ngeliat Lo nangis karena Venus mau pergi. Lo meluk dia, Lo takut kehilangan dia." jelas Yupiter.

"Gak jelas Lo, Yup!"

"Oke Ly, sekarang kita gak ada hubungan apa-apa lagi. Gue permisi," pamit Yupiter.

"Yupi tunggu!" pekik Lyra.

"Maaf Ly, jangan gunakan hati lain untuk melupakan hati yang lalu."

Setelah itu Yupiter pergi, meninggalkan perkarangan rumah Lyra. Sedangkan Lyra masih berdiam di tempat duduknya, menatap langit yang perlahan mengelap.

Lyra menundukkan kepalanya, menatap nanar rumput di bawahnya. Menatap motor Yupiter yang tak ada lagi disana, mengapa dia seperti orang linglung begini. Mengapa hatinya seakan tak rela melihat Venus pergi dan Yupiter pergi?

Dengan langkah yang gontai, Lyra beranjak dari duduknya dan melenggang pergi dari sana.

ANTARA VENUS DAN YUPITER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang