Q U A T R E

163 34 1
                                    

Makan ceri buah PeteJangan lupa vote cerita ane-----------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
Makan ceri buah Pete
Jangan lupa vote cerita ane
-----------------------------------------

Lyra tengah serius mendengarkan materi dari Pak Reno, ralat. Terlalu serius memikirkan Laura yang akan pindah kesini, tubuh Lyra ada namun raganya mengawang-awang sampai jauh.

Gadis ini menopang dagunya sambil memainkan pulpen yang diketuk-ketuk di atas meja, Liza yang duduk di sebelah Lyra merasa terganggu konsentrasinya.

"Jangan berisik, Ly. Gue gak fokus!" bisik Liza.

"Jangan terlalu fokus Liz, nanti copot loh matanya." ucap Lyra.

"Sekali lagi Lo berisik, gue tampol!"

Lyra mengangguk dan membuang nafasnya gusar, dia melihat ke luar jendela. Seperti ada asap yang berasal di pos satpam depan gerbang.

Asap semakin menghitam dan menebal, suara riuh pun mulai terdengar. Siswa siswi High School JB berlarian keluar membawa barangnya masing-masing.

"PAK!" seru Lyra.

"Ada apa?" tanya Pak Reno.

"Kebakaran, Pak!"

Hening. Perkataan yang di lontarkan Lyra membiat seisi kelas masih mencerna,dan.

"LARI ... CEPAT LARI KELUAR KELAS!" teriak Pak Reno.

Seisi kelas lari, lari keluar dari kelas menuju lapangan tempat di mana kebakaran itu terjadi.Lyra, Bianca, Liza dan Dini pun ikut serta disana.

Mereka semua telah sampai di lapangan dekat pos satpam, yang mereka lihat sangat tak terduga. Pak Mumun, satpam sekolah tengah memakan sate Madura.

Mereka semua melongo termasuk guru-guru, apakah asap ini yang dilihat Lyra tadi? Sepertinya bukan, tidak mungkin asapnya menebal sampai seperti tadi.

"Apa ini, Pak Mumun?!" tegas Pak Dedi.

"A-anu Pak, s-saya---"

"TOLONG ... ADA KECELAKAAN DISANA!!!" teriak salah seorang warga.

High school JB adalah sekolah yang dekat dengan jalan besar, jalan yang ramai dan padat penduduk. Tapi, High School JB adalah termasuk sekolah elit di Jakarta.

Lyra lah orang pertama yang keluar gerbang, motor sport hitam yang sudah terbakar di sana. Dan, seorang lelaki yang masih memakai helm tergelak tak berdaya disana.

Lyra berlari di ikuti temannya dibelakang, dia melihat apa yang sebenarnya terjadi.

"Itu gak di tolongin, Pak?" tanya Lyra pada lelaki paruh baya.

"Gak dek, kami orang tak berani. Biar polisi saja yang urus nanti."

"Gak bisa gitu Pak, jalanan Jakarta sekarang lagi macet-macet nya. Orang itu udah banyak mengeluarkan darah!" pekik Lyra.

Entah mana yang berdarah, tapi aspal kini memperlihatkan cairan kental bewarna merah. Lyra berlari untuk membawa lelaki itu ke rumah sakit tanpa menunggu Polisi.

"Halo, Pak Man ke sekolah sekarang!"

" ... "

Setelah itu, Lyra memasukan kembali ponselnya ke saku. Dia membuka helm lelaki itu, dan lagi-lagi dia di buat terkejut.

Wajah itu, wajah yang selalu Lyra rindukan. Wajah yang selalu Lyra impikan untuk kembali padanya. Lyra menyingkirkan helm itu dan membawanya ke mobil, yang kebetulan Pak Man, supirnya sudah datang.

"Venus, bertahanlah!"

Ya, Venus lah orangnya. Lyra membawa Venus ke mobilnya dan segera menuju rumah sakit terdekat.

"Lyra mana?" tanya Yupiter pada Bianca.

Bianca tak terhenyak, dia menatap wajah tampan Yupiter dari dekat. Huh, baru kali ini dia melihat wajah yang selalu di dambakan kaum hawa termasuk dirinya.

"Heh! Malah bengong."

Bianca tersentak, "ish, apaan sih!" setelah mengatakan itu Bianca masuk kembali ke perkarangan sekolah.

"Lah, aneh!" cibir Yupiter.
_____________________________

Lyra kini berada di ruang inap Venus, tak ada yang luka parah hanya saja tulang tangannya yang sedikit terkilir. Lyra ingin menghubungi orang tua Venus namun, ia lupa nomor telponnya.

Lyra merogoh ke saku celana jeans Venus, dia mencari ponselnya. Wah, iPhone 12 pro Max. Lyra membolak-balik ponsel Venus, ah begini rupanya ponsel iPhone 12, batin Lyra.

Dia membuka ponsel milik Venus dan syukurnya tak di kunci, dia mencari nomor seseorang disana. Hanya ada tiga nomor, Bunda Vanya, Ayah Bima, dan Laura.

Lyra tersenyum miris, Lyra memakluminya. Dia menelpon Bunda Vanya untuk menyuruhnya ke rumah sakit segera, lalu memasukan kembali ponsel Venus ke sakunya.

"Pulang deh." gumam Lyra.

"Ra."

Deg.

Langkah Lyra terhenti, jantungnya berdegup kencang. Suara itu, rasanya Lyra ingin memeluk tubuh Venus erat menyalurkan kerinduan selama tiga tahun yang ia pendam.

"Laura."

Rasa yang ingin berbalik tadi, ia urungkan. Ternyata Laura, Laura lah yang selama ini ia ingat. Lagi-lagi Lyra tersenyum getir, dia melanjutkan langkahnya untuk keluar dari ruangan Venus.

_____________________________

"Woi!"

"Yupi!" pekik Lyra.

"Yupi, peluk." pinta Lyra.

Kini Lyra berada di halte bus depan rumah sakit Pelita, setelah keluar dari ruangan Venus dia memilih pulang dengan perasaan campur aduk.

Yupiter yang kebetulan lewat disana, melihat siluet gadis yang ia kenali. Yupiter membuka helm dan mematikan motornya lalu duduk di sebelah Lyra.

Yupiter langsung memberikan pelukan jangan untuk Lyra, membiarkan Lyra menyalurkan apa yang ia rasakan.

"Kenapa Lo?" tanya Yupiter.

"Gapapa, pengen peluk aja."

"Ly, jangan jadiin gue seakan-akan rumah, bisa?"

Pertanyaan Yupiter membuat Lyra melepas pelukannya, dia menatap netra hitam lekat itu dalam. Perasaan suka masih ada disana, namun, apalah daya seorang Lyra. Dia belum bisa melupakan Venus, mantan pacarnya.

"Maksudnya?" tanya Lyra heran.

"Jika Lo punya hati, jangan memberi harapan palsu sama orang yang bener-bener mencintai Lo!" tegas Yupiter.

Sudah cukup, Yupiter dibuat lemah oleh cinta yang ia buat sendiri. Dua tahun ia menunggu Lyra, dua tahun juga ia menjadi sandarannya.

"Ly, gue tahu di mata dan hati Lo masih ada Venus! Venus Anantra Sergio, dia cinta pertama Lo 'kan?"

"Lo tau? Berjuang sendiri itu melelahkan!"

Setelah mengatakan hal tersebut, dengan buru-buru Yupiter memakai helm dan melakukan motornya dengan kecepatan tinggi.

"YUPITER! CINTA GAK BISA DI PAKSAKAN, SETIAP HAL YANG DI PAKSAKAN AKAN BERAKHIR SENGSARA!" teriak Lyra, walaupun dia tahu Yupiter tak akan mendengarnya.

"Maka dari itu, gue gak pernah mau membangun hubungan untuk melupakan masa lalu. Karena, itu semua sama aja sebuah kebohongan." lanjutnya dengan lirih.

ANTARA VENUS DAN YUPITER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang