Orang sering berkata, menjadi orang baik itu susah. Apakah memang sangat susah? Setelah ayahku meninggal, apakah hidupku akan susah? Sayangnya, itu tidak terjadi padaku. Aku tidak merasa hidupku susah. Aku merasa aku diberi kesempatan untuk menolong ibuku sekali lagi. Ibuku tetap berusaha mencari kerja dan ibu selalu berpesan,”Ne vous inquiétez pas pour moi, s'il vous plaît pensez étudier en premier (jangan pedulikan aku, kamu pikirkan sekolah dulu).”
Aku ingin sekali berhenti sekolah dan bekerja demi membuat hidup ibuku lebih nyaman. Aku berusaha keras untuk belajar dan mendapat beasiswa masuk sekolah kepolisian. Dalam keadaan begitu, aku tetap dapat kerja sampingan sebagai montir bengkel. Aku tidak terlalu pintar dalam pelajaran, tapi aku berusaha mengikuti teknologi. Setiap tahun, teknologi terus bertambah canggih dan aku juga tetap menggunakannya untuk membantu pekerjaanku. Aku juga mengambil jam tambahan untuk mempelajari software dan aplikasi yang simple. Karena di kepolisian butuh ahli bela diri, aku mengambil ekstrakurikuler bela diri dari China, Bajingquan, yang dikenal sebagai bela diri khusus bodyguard. Itu ekstrakurikuler yang ada di sekolahku, School of Batavia yang di Neo-Angels. School of Batavia memakai kurikulum internasional dan fasilitas yang sangat mewah. Tapi, sekolah itu juga memberi beasiswa sebagai sumbangan kepada orang yang tidak mampu. Aku salah satu bocah yang dipilih sekolah itu. Aku ingin membuktikan kepada ibu bahwa aku bisa, meskipun hasil tesku hanya pas-pasan. Tapi, nilai olahragaku telah membuat sekolah puas. Aku mengikuti perlomban olahraga apa pun dan selalu menjadi juara. Alhasil, sekarang aku menjadi babysitter untuk sebuah relic kuno yang bekerja sangat lambat.
Detektif Halim perlahan-lahan berjalan bersama Elizabeth. Elizabeth senang bersama dengan Detektif Halim bukan karena Detektif Halim memiliki kudapan untuk Elizabeth. Aku merasa Elizabeth bisa merasakan atau mencium bau laki-laki yang baik. Dia merasakan sesuatu yang mencurigakan. Dia selalu bisa mencium sesuatu yang aneh di semua tempat, terutama bau mayat atau bau darah busuk yang tetap menempel di musuh, bahkan sampai bau bubuk mesiu.
Ke mana pun kami pergi, kadang kami membutuhkan Elizabeth. Ketika kami berkunjung ke rumah siapa pun, Elizabeth selalu mencium sesuatu yang berbeda. Ada kasus tentang penculikan anak laki-laki kecil yang diketahui hilang disekitar kompleks perumahan. Penculik itu meminta uang tebusan sebesar 300 juta Euro. Setelah orang tua anak itu memberikan tebusan, tebusan tersebut tidak diambil. Sesuatu yang mencurigakan muncul di dalam kasus itu. Dua bulan kemudian, Elizabeth datang bersama Detektif Halim dan ingin menyelesaikan kasus yang membusuk itu. Dia mengunjungi tempat kejadian. Elizabeth menemukan anak kecil, tapi tidak dalam keadaan utuh. Kepala dan badannya ditemukan terpisah. Detektif Halim juga menyelesaikan kasus itu dengan cepat dan menemukan pembunuhnya. Ternyata, motifnya adalah balas dendam dengan bapak dari anak itu. Pembunuh itu ingin bapak dari anak itu merasakan sesuatu yang berharga dalam hidupnya hilang. Itulah sebabnya Elizabeth tetap diizinkan masuk ke TKP untuk merasakan atmosfer sekitar rumah itu.
Kami mengunjungi rumah orang tua Bianca. Kami ingin mengetahui tentang kehidupan dia dan orang tuanya. Kami juga sekaligus ingin menyampaikan berita duka ini untuk Sang Ibu.
Aku mengetuk pintu dan memanggil, “Bonjour, Madame LaNoir”. Aku berbicara dalam bahasa Perancis untuk menjaga kesopanan karena Madame LaNoir. Aku tentu harus praktis menggunakan bahasa Perancis-ku.
“Qui est-ce (Siapa itu)?”
“Bonjour, C'est la police, Madame LaNoir(Halo! Ini polisi, Madame LaNoir).”
Madame LaNoir membuka pintunya. Dia tidak terlihat sangat cantik seperti anaknya. Memang dia memiliki kulit coklat, tapi dia terlihat pendek. Dia 10 cm lebih pendek dariku. Dia memang memiliki keriput, tapi dia terlihat sangat tua. Badannya tidak membungkuk, tapi pakaian yang dipakainya terlihat sangat tua dan sederhana, penuh pola bunga-bunga aster dan memakai sweter wol berwarna merah. Kemungkinan sweter itu hasil rajutan tangannya. Dia memakai kaus kaki tebal berwarna putih yang menutup betisnya. Meskipun udara sangat dingin, dia kelihatannya cukup kuat berthaan dengan pakaiannya itu.
“Qu'est-ce qui ce passe (Ada apa, ya)?”
“Il est au sujet de votre fille, Madame (Ini mengenai anak Ibu).”
“Ce qui se passe à Bianca (Apa yang terjadi dengan Bianca)?” Madame LaNoir menunjukkan ekspresi campuran antara khawatir dan takut. Dia pasti sangat berharap tidak terjadi apa-apa.
“Pouvons-nous entrer (Bisa kami masuk)?”
Kami sudah siap beranjak ke dalam ketika Detektif Halim membuat pernyataan untuk menenangkannya. “Nous allons raconter l'histoire à l'intérieur, (Kita akan mencerita di dalam).”
“Oui, Entrer.. entrer. (Tentu saja, Masuk..masuk).”
Setelah kami duduk dengan tenang dan Madame LaNoir telah menyiapkan teh untuk kami, aku mulai bercerita tentang apa yang terjadi. Ini berita buruk, tentu ia amat merasa terpukul.
Mata Detektif Halim berkeliling melihat sekitar ruang utama kemudian terpaku ke foto-foto yang ada di sana. Elizabeth tetap diizinkan masuk ke dalam rumah untuk merasakan sesuautu yang aneh atau sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk.
Selagi aku mendengarkan cerita Madame LaNoir, Detektif Halim melihat wujud sebenarnya Bianca yang ternyata tidak begitu cantik. Dulu ia memiliki gigi tonggos dan struktur gusi yang tidak menarik. Wajahnya kurus dan matanya yang mengantuk juga terlihat agak juling. Bianca yang dulu terlihat agak seram. Sorot matanya tidak menujukan kegembiraan. Matanya seakan menunjukkan kesedihan. Matanya seperti berkata, “Kenapa aku jelek, Bu? Aku ingin sekali cantik. Aku sangat sedih. Teman-teman bilang aku ini aneh dan seram.”
“Saat aku hamil, aku pikir aku mendapat sebuah kebahagian. Aku egois karena cuma ingin hidup dan berkeluarga biasa saja. Aku hidup di keluarga yang tidak terlalu kaya. Setelah aku menikah, aku pikir kami berdua akan bahagia. Tapi, ketika aku melihat raut muka suamiku, ia terlihat tidak begitu senang. Aku cuma memikirkan anakku. Setelah Bianca lahir, aku cukup gembira. Aku merasa dia terlihat sangat cantik. Dulu saat Bianca berusaha untuk memiliki teman, aku cuma memberikan dorongan untuk tetap berpikir positif. Aku tetap menyuruhnya sekolah, tapi dia tetap tidak ingin masuk sekolah. Rasa percaya dirinya hilang sejak papanya pergi meninggalkan kami. Papanya cuma meninggalkan surat cerai yang telah ditandatangani dan pergi tanpa sebab. Setelah aku tinggal di kota ini, aku pikir aku mendapat kesempatan sekali lagi untuk dapat membuat Bianca senang,” ia meneguk tehnya lalu melanjutkan ceritanya.
“Aku pikir bisa memberinya sesuatu yang bemanfaat. Aku kadang sedikit memanjakannya dan memberikan dia kebebasan. Setelah dia dewasa, dia mengambil perkerjaan di tempat itu. Aku tidak menyukai tempatnya. Mereka terlihat menjual diri mereka. Tapi, dia kelihatannya senang karena perusahaan itu memberinya wujud baru, wajah baru. Dia kini senang melihat dirinya. Aku tidak bisa bicara apa-apa, meskipun dalam lubuk hatiku aku tidak begitu suka ia mengganti wajahnya,” sorot matanya terlihat lebih sendu.
“Dan sekarang dia tidak ada lagi. Terakhir kali dia keluar dari rumah, dia hanya berkata selamat tinggal. Itu saja.”
“Puis-je voir dans sa chambre (Boleh saya lihat kamarnya)?” Detektif Halim ingin tahu lebih banyak lagi setelah mendengar cerita Madame LaNoir.
“Oui, Il est sur le coin á gauche (Iya, kamarnya di sudut sebelah kiri).”
Detektif Halim bersamaku dan juga Elizabeth melihat sesuatu yang bisa menjadi kunci untuk kasus ini.
Ada banyak lukisan di kamar Bianca. Ternyata Bianca sangat menyukai lukisan. Salah satu inspirasinya adalah pelukis abad 19, Pierre-Auguste Renoir. Dia ingin cantik seperti gadis di salah satu lukisannya.
“Setelah dia mengoperasi wajahnya, ia berkata, ‘Ibu, ini wajahku yang baru.’ Tapi, yang tidak kumengerti, aku melihat seseorang anak kecil muncul bersamanya.”
“Anak kecil?” Detektif Halim terkejut.
“Pelacur itu memakai mukaku..”
“Sebagai Icon Sex” Detektif Halim melanjutkan kata-kata Madame LeNoir.
Aku sangat terkejut ada apa yang terjadi. Bagaimana bisa detektif Halim mengetahui kata-kata itu. Itu merupakan sebuah tanda tanya besar.
“Aku sendiri bingung Samuel. Apakah komputer AI bisa menghantui kita?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Kancil dalam Boneka
Science FictionYraquela merupakan sebuah kota yang sangat maju. Kota itu bisa disebut kota utopia masa depan pada abad ke-26. Kota dengan teknologi yang sangat maju ini dibangun oleh sebuah perusahaan terkenal, yaitu VOX Corps. Meskipun begitu, di kota yang tenang...