Chapter 18

12 3 0
                                    

Kami bertiga kembali ke pangkalan dan membawa banyak makanan dan minuman, seperti akan mengadakan pesta yang sangat besar. Sejujurnya, ini makanan untuk Detektif Halim sendiri.

Setelah sampai, Detektif Halim menuju ke kantor Sektor 9 yang mengurus soal hacker dan kejahatan di dunia digital. Mereka juga membantu investigasi tempat kejadian.

Detektif Halim menemui Direktur Yamada dengan membawa 2 dus pizza yang besar dan 2 botol soda.

“Direktur Yamada, saya membawa sesuatu untuk Anda.” Detektif Halim memberikan hasil NX dalam bentuk Flash Drive.

“Apa itu?”

“Investigasi hari ini. Kalian bisa pecahkan scriptor dari Baju Magnet, bukan? Kalau Direktur Yamada bisa, saya akan memberikan Limited Edition Action Figure anime yang Anda incar.” Detektif Halim memberikan senyum kepada Direktur Yamada.

Direktur Yamada hanya menatap Detektif Halim. Dia meyakinkan dirinya bahwa Detektif Halim sangat serius dengan kata-katanya barusan. Direktur Yamada langsung berkata, “Anda serius bisa mencari Limited Edition Action Figure Catwoman yang sangat langka dan dibuat pada tahun 2025?”

“Ya. Saya bisa mencarikannya untuk Anda.” Detektif Halim mulai tersenyum lagi.

“Baiklah, saya akan membantu Anda.”

Detektif Halim keluar dari kantor Sektor 9 dan aku mulai ingin memberikan sebuah petanyaan untuknya.

“Kenapa Detektif Halim ingin memecahkan sciptor dari NX tadi?”

“Saya tidak percaya mesin. Mereka cuma memberikan informasi 75%. Mereka bisa menambah kemampuan NX dengan membuka informasi 89%. Hanya ingin menghilangkan keganjalan dalam pikiran saya juga.”

Detektif Halim juga akan menuju Virgil, itu yang dia katakan sebelumnya.

Dia memerhatikan semua monitor dan mulai menghitung dan memainkan jarinya seperti sedang mengetik sesuatu. Gerakan matanya sangat cepat, tidak seperti gerakan mata manusia normal. Ia tidak berkedip sama sekali.

Setelah selesai, Detektif Halim mulai tersenyum. Sepertinya dia telah menemukan sesuatu.

“Detektif Halim, Anda sudah menemukan sesuatu?” Aku bertanya setelah melihat dia tersenyum.

“Tidak.” Detektif Halim tersenyum dengan tatapan kosong. Dia seperti telah dikalahkan oleh pelaku kejahatan itu. Tapi, aku rasa semangatnya tidak pernah turun untuk menemukan tersangka.

Detektif Halim menghampiri salah satu staff yang bekerja di Virgil. “Kamu bisa mengirim file rekaman kamera pengawas 10 hari yang lalu? Kirim ke komputer saya di kantor atau di server. Saya akan membuka langsung di sana.”

“Baik, Detektif Halim,” orang itu langsung menjawab.

Detektif Halim suka memakai ponselnya untuk bekerja. Ponselnya itu seperti senjata penting. Tanpa itu, dia akan kehilangan arah. Aku melihatnya seperti Sherlock Holmes dengan kaca pembesarnya.

Detektif Halim pernah kehilangan ponselnya. Kejadian itu tidak pernah terlupakan olehku. Ketika ponselnya hilang, dia marah-marah dan tidak satu orang pun dapat menghentikannya. Dia akan menghina orang tersebut dan membuat atmosfer kantor polisi mulai tidak nyaman hingga membuat salah satu pelaku kejahatan menangis, bahkan seorang polisi juga menangis. Semua tidak akan mendekati dia kalau mood-nya sedang jelek seperti itu. Itu sebabnya ponselnya yang sekarang dipasangi alat pelacak oleh Direktur Yamada supaya ponselnya itu dapat dicari dengan mudah. Penjahat yang telah mencuri ponselnya adalah seorang pencuci kecil. Seperti kata pepatah, “Jangan mengambil barang dari orang gila.” Pencuri itu telah ditemukan dan dimasukkan ke dalam kantor polisi. Ponselnya pun telah dikembalikan. Tapi, masalah itu tidak selesai begitu saja. Detektif Halim tetap memiliki dendam. Dia tidak menyukai orang yang telah menyentuh ponselnya.

Apa yang dia lakukan kepada si pencuri itu seperti setan yang telah menemukan mangsanya. Dia menyebarkan semua berita dalam dunia digital tentang orang itu. Dia mencari tahu latar belakang orang itu dengan ponselnya (yah, itu memang senjatanya). Dia membocorkan ke orang tuanya dan membocorkan ke pacarnya. Dia juga membocorkan panggilan memalukannya saat SD dan membuka semua informasi yang memalukan ke teman-teman si pencuri itu. Dia juga membocorkancatatan kriminalnya ke dunia maya. Akun sosial medianya juga telah di-hack oleh Detektif Halim (sebenernya itu Direktur Yamada) dan dia menulis informasi yang memalukan ke dalam akun media sosial orang itu. Setelah orang itu dipermalukan di depan umum, ia berusaha mengganti namanya. Namun, Detektif Halim tetap membocorkan nama barunya itu di depan umum. Dia dikejar oleh lintah darat dan para penagih utang.

Pada akhirnya, orang itu menghampirinya dengan membawa senjata dan berniat membunuh Detektif Halim. Ia memohon kepada Detektif Halim untuk menghentikan semuanya itu. Dia cuma berkata kepada orang itu, “Anda ingin saya menghentikan itu semuanya. Itu mudah sekali. Anda minta maaf dan memohon kepada saya dan berlutut kepada saya. Anda juga harus berhenti menjadi pencuri ponsel. Saya akan menghentikan itu semua dengan sekali klik melalui ponsel saya.” Orang itu memiliki harga diri yang tinggi, namun ia terpaksa melakukannya. Dia tidak tahu apa lagi yang bisa dia lakukan. Dia berlutut dan memohon, berjanji seperti apa yang dikatakan Detektif Halim. Aku cuma berkata sekali lagi, “Jangan mengambil ponsel Detektif Halim. Itu akan menjadi petaka untuk dirimu sendiri.” Dan benar saja, setelah orang itu berlutut, semua informasi yang ada di Net hilang seketika. Detektif Halim tersenyum sekali lagi, tapi itu bukan senyum malaikat, melainkan senyum setan yang sangat manis. Setelah kejadian itu, dia diskros dan itulah salah satu alasan mengapa dia masuk dalam pengawasanku sekarang ini. Dia menjadi tanggung jawabku juga.

Detektif Halim masuk ke kantornya dan membuka komputernya. Ia mulai menyibukkan dirinya. Dia memeriksa semua detail dengan jelas. Dia mulai sibuk dengan komputer dan ponselnya. Dia terlihat seperti binatang yang sedang terkurung dan sibuk di dalam kandangnya.

Setelah berjam-jam lamanya, dia keluar dari kantornya. Aku juga sibuk memeriksa laporan dan menulis laporan yang harus diberikan kepada atasan kami yang selalu marah-marah kalau laporan untuknya terlambat.

“Mari kita pergi.” Detektif Halim berkata kepada saya.

“Mau kemana, Detektif Halim?”

“Kita pergi ke Pink Lolita.”

“Ehhhhh……” aku mulai bingung sebab orang-orang di sana membenci kami, membenciku.

“Ya, kita akan ke sana. Saya mau mencari film di sana.”

Saya mulai prihatin. Dia mulai tertarik dengan film porno. Mungkin itu karena dia selama ini sendirian karena istrinya meninggalkannya. Dia sudah pasti ingin menikmati seks. Di pikiranku mulai muncul tanda tanya besar.

“Film, Detektif Halim?”

“Iya. Sebaiknya kita ke sana.”

Aku cuma mengikutinya dan tidak berkata apa-apa. Aku cuma menunggu hasil darinya.

Kancil dalam BonekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang