Chapter 32

25 3 0
                                    

Saya telah menunggu orang-orang dari kepolisian dan para penjinak ranjau datang. Ranjau telah dijinakkan. Itu ranjau yang cukup kuno dan masih bisa digunakan.

Saya menunggu cukup lama ketika orang-orang dari kepolisian memeriksa semuanya. Mereka terlihat sangat sibuk. Mereka sudah memasang NX dan menggunakan Bugger, robot kecil yang digunakan untuk memeriksa sidik jari dan barang-barang bukti yang hampir tidak bisa dilihat dengan mata. Contohnya, sehelai rambut yang jatuh di lantai atau karpet. Cairan kimia yang ada di lantai atau juga darah manusia yang telah dibersihkan. Biasanya, Bugger hanya mengumpulkan data dan orang-orang di Tim Forensik-lah yang mengatur semua data yang diterima agar langsung masuk ke komputer atau tablet mereka. Celibrox juga digunakan oleh orang-orang investigasi. Kegunaannya adalah mengunakan kemampuan lensa mata agar dapat melihat barang yang sangat kecil, seperti sedang menggunakan kamera lensa micro. Celibrox juga digunakan untuk memeriksa data-data yang disimpan di dalam NET kepolisian, contohnya DNA pelaku kriminal yang telah masuk daftar kejahatan di dalam file kepolisian.

Saya langsung berkata ke salah satu anggota Tim Forensik, "Permisi, Anda sudah memeriksa sampel DNA mayat yang ada di lemari pendingin?"

"Iya. Saya sudah mendapat sampelnya. Saya sedang mengirim file-nya ke dalam NET."

"Bisakah Anda juga mengirim informasi DNA tersebut ke Directur Yamada, Nyonya Eleanor, dan saya? Saya ingin membicarakans sesuatu kepada mereka."

"Segera, Detektif Halim."

Saya berbalik arah. Terasa seakan ada seseorang yang mengikuti saya di belakang. Saya memerhatikan rumah orang itu lagi. Saya melihat wujud anak perempuan berambut pirang sedang menatap saya.

Kejarlah kancil, kamu akan menemukan kebenaran.

 

Saya merasa seseorang sedang berbicara kepada saya di dalam pikiran saya. Saya akhirnya kembali lagi ke rumah itu, berusaha mencari dari mana suara itu berasal. Saya langsung memerhatikan pintu utama rumah itu yang telah terbuka. Saya melihat sebuah lubang hitam yang sedang memanggil saya, memanggil nama saya. Dari mana dia tahu nama saya? Lubang hitam gelap itu memanggil saya untuk masuk ke dalam sana.

"Detektif Halim..." Saya mendengar suara yang familier. Itu suara Elizabeth. Saya terkejut dan saya langsung berbalik.

Perasaan yang menakutkan itu hilang dalam sekejap setelah saya melihat sesuatu yang sangat terang. Saya melihat padang rumput yang dipenuhi bunga Lavender, bunga kesukaan Elizabeth, anakku.

Saya melihat putriku dengan rambut hitam kecoklatan yang terurai. Dia tidak sendirian. Dia bersama seekor anjing albino German Sherpard. Ia Elizabeth, rekan kerjaku.

"Elizabeth?" Saya cuma bertanya-tanya dalam situasi ini dan tidak bisa berkata banyak.

Elizabeth, putriku, menunjuk saya. Ah, bukan. Dia menunjuk belakang saya. Saya membalik perlahahan. Saya melihat kancil itu lagi.

Kejarlah kancil, kamu akan menemukan kebeneran.

Kata-kata itu terulang lagi dan itu sebuah kunci dari teka-teki yang memusingkan ini.

"Mereka yang kamu banggakan. Mereka tidak akan bersamamu lagi di sini." Saya mendengar suara laki-laki dewasa di belakang saya.

Saya membalikkan badan, lalu saya melihat gadis kecil berambut pirang itu telah berjalan sangat jauh. Sangan jauh hingga sulit dijangkau.

Saya sadar bahwa saya telah berada di dalam dunia mimpi. Itu salah satu teori yang disebut Lucid Dream. Saya bisa mengendalikan apa yang ada di dalam mimpi saya ini. Saya tahu bahwa saya tidak bisa berlari di dalam dunia mimpi. Saya membawa wujud tersebut dekat dengan saya.

Kancil dalam BonekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang