Chapter 20

17 3 0
                                    

Saya memerhatikan kotaku yang sangat megah dan indah ini. Saya ingin kota ini tetap damai, seperti perdamaian yang saya ciptakan sekarang.

Saya tetap melihat mereka seperti semut dan saya seperti raksasa yang mampu menginjak semut dengan mudah.

Setelah kematian keluarga saya, saya terus berusaha menciptakan tempat yang damai. Tidak ada imigrasi yang akan mengotori Yraquela yang megah ini. Tidak akan ada kedengkian di dalam kota ini.

Saya tetap bermimpi terus mengenai kejadian itu. Pemerintah tidak peduli akan kematian keluarga saya dan tidak peduli apa yang dilakukan oleh rakyat. Mereka cuma berpikir tentang uang yang masuk ke dalam kantong mereka.

Setelah mereka dituduh dan tertangkap basah terlibat kasus korupsi, pembunuhan, penyuapan, dan lain-lainnya, mereka tetap menyangkal dengan bukti nyata di depan mereka. Mereka bilang itu hanya rekayasa yang dibuat. Media hanya menulis itu sebagai sebuah skandal.

Mereka menyatakan bahwa fakta adalah sebuah kebohongan dan kebohongan adalah kebohongan yang besar. Kebohongan yang baik adalah kebenaran yang sebenarnya. Itu sebabnya saya menciptakan rekayasa yang sangat besar. Salah satunya, saya memasang kamera di setiap sudut ruangan dan membeberkan kasus penyuapan dan penggelapan uang di depan umum dan di depan rakyat. Saya menciptakan negatif buatan yang biasanya digunakan oleh kamera kuno. Itu susah diciptakan imitasinya. Tapi, saya bisa menciptakannya.

Meskipun dia telah dibeberkan ke depan umum, dia tetap menyangkal dan bersikeras bahwa semua itu adalah rekayasa. Rakyat menjadi muak akan tindakan pejabat itu dan kebohongan besarnya dan janji-janjinya yang palsu. Saya cuma memiliki sebuah ide yang telah lama saya tanamkan. Saya menangkap atau menculik dia dan melempar dia tengah-tengah rakyat yang membenci dia. Saya memotong nadinya hingga dia tidak bergerak dan tidak bisa kabur dari orang banyak. Saya juga memotong lidahnya supaya dia tidak berteriak atau berbicara sedikit pun. Akhirnya, dia mati mengenaskan karena dibunuh oleh petani-petani miskin yang telah kehilangan keluarganya. Saya menyaksikan kejadian itu. Saya ingin memberi sebuah contoh jenis manusia terendah di muka bumi ini.

Setelah pemerintah Indonesia mendapat utang yang sangat besar, akhirnya pemimpin mereka menjual negara mereka sendiri dan berlutut di depan umum dan memohon kepada saya untuk mengembalikan negara mereka.

Saya senang melihat mereka menderita dan tidak berbuat apa-apa. Saya cuma menghela napas panjang dan berkata kepada presidennya, “Bunuh semua koruptor itu di depan umum. Supaya rakyat senang dan saya akan mengembalikan negara Anda lagi.”

Presiden tetap mengatakan bahwa dia tidak tahu siapa pejabat yang korupsi. Saya tahu dia akan mengelak dari permintaan saya. Itu sebabnya saya memberikan semua daftar pejabat-pejabat yang korupsi dan bukti-bukti kuat yang memberatkan pejabat-pejabat korupsi itu.

Saya yakin pemerintah Indonesia bekerja sangat lama, mereka terlalu lama hidup dalam keserakahan. Mereka bekerja dengan uang. Saya menggerakkan mereka dengan ketakutan. Saya nyatakan bahwa mata uang Indonesia tidak belaku lagi. Jadi, meskipun rakyat disuapi dengan rupiah, itu sama saja memberi kertas tak berharga. Saya nyatakan bahwa saya akan memberikan hadiah kalau menangkap dan membawa para pejabat-pejabat di dalam daftar itu.

Setelah dikumpulan di depan umum, para pejabat itu juga dikumpulkan bersama keluarganya, seperti anak, mertua, dan cucu. Mereka diikat, memohon ampun dan belas kasihan. Saya cuma berpikir bukankah itu sudah terlambat, rakyat sudah berkata berkali-kali, memohon kepada mereka, dan sekarang mereka memohon. Saya selalu mendengarkan kata-kata ayah saya tentang negara yang pernah melakukan korupsi, seperti Perancis dan China. Para pejabat dan pemimpin mereka dipenggal di depan umum untuk memberikan pelajaran sekaligus pertunjukan menarik bagi rakyatnya.

Saya memberi isyarat untuk mengeksekusi para pejabat-pejabat korup itu beserta keluarganya. Saya melihat ada senyum yang tersembunyi, seperti setan yang sedang tesenyum. Rakyat tidak lebih baik dari para pejabat itu. Mereka juga manusia yang penuh dengan kedengkian. Setelah melihat mereka, saya juga melihat diri saya sendiri yang sebenarnya. Saya bertanya, siapa yang salah? Ternyata kita semua juga salah.

Setelah berjalannya waktu, saya cuma melihat progresnya. Indonesia kembali stabil dan tidak terjadi kekacauan seperti dulu lagi. Mereka sudah mengizinkan untuk mendirikan kota Yraquela di tengah lautan.

Saya melepaskan mereka, saya ingin menciptakan sebuah tempat yang sempurna. Itu sebabnya Yraquela merupakan bukti nyata, bahwa saya telah menjadi memimpin yang sempurna.

Suara dering telepon memanggil saya. Saya tahu bahwa dia telah datang dan ingin bertemu dengan saya.

“Bagaimana? Kamu sudah makan?”

“Saya sudah makan. Anda sendiri?”

“Saya sudah makan. Cuma hari ini saya sangat lelah. Kamu sudah bereskan yang saya suruh?”

“Saya sudah bereskan yang Anda mau.”

“Oh, begitu. Terima kasih.”

Saya tidak pernah memberi dia nama. Saya bertemu dengannya setelah dia tahu tubuhnya telah hancur. Saya pikir beberapa organ bisa disimpan untuk donor dan uang donor itu bisa diberikan kepadanya. Dia berkata kepada saya, “Jangan. Saya ingin menyimpan tubuh saya ini.” Saya tidak ingin tahu apa yang dia pikirkan dan akan dia lakukan. Bagi saya, itu tidak penting. Yang paling penting, dia berbakti kepada saya. Saya menyuruhnya untuk melakukan perbuatan kotor, dia tetap melakukannya. Saya tidak tahu apa yang ada di dalam pikirannya. Pikirannya pasti telah kacau dan dia cuma membutuhkan majikan yang sangat setia. Saya tidak merasa seperti sedang memeliharanya, tapi dia yang ingin saya memeliharanya seperti anjing penjaga.

Saya pikir itu cuma bercanda setelah dia berkata, “Sebutkan orang yang Anda tidak suka, saya akan membawa kepalanya kepada Anda.” Saya cuma berpikir kepala preman di jalan pecinan suka membuat rusuh. Saya cuma ingin menebak dia, apa bisa dia membawa kepala preman itu? Dan kata-katanya bukanlah gurauan. Dia membawa sebuah kepala manusia kepada saya. Saya bertanya kepadanya, “Sebaiknya kamu hilangkan buktinya.”

Memang dia sangat berbahaya. Rasanya dia membutuhkan saya dan saya membutuhkan dia. Itu sebabnya dia tidak mudah menyerang saya atau membunuh saya. Saya selalu membalasnya dengan sopan.

Saya cuma berkata kepada diri saya, saya telah berbuat dosa yang sangat besar untuk seseorang yang saya kasihi. Utopia ini harus saya jaga meskipun dia tetap mengganggu saya.

Kancil dalam BonekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang