Chapter 28

11 1 0
                                    

Saya meminta tolong kepada orang-orang di sana dan langsung menghubungi nomor darurat untuk menolong kami. Detektif Delacroix berusaha menghentikan pendarahan Elizabeth. Saya tidak bisa menggunakan ponsel saya karena program Black Out tadi juga membuat ponsel saya tidak berfungsi lagi.

Elizabeth langsung dibawa ke rumah sakit secepatnya dan bersamaan dengan Detektif Delacroix yang telah mengalami luka-luka ringan. Orang itu juga dibawa langsung kepolisian Yraquela untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Saya tidak tahu apakah orang itu masih hidup atau sudah mati. Sebab saya tidak tahu untuk memeriksa Droid yang mati atau hidup.

Saya ikut bersama Detektif Delacroix dan Elizabeth. Saya ingin bersama dengan Elizabeth. Saya penuh dengan perasaan bersalah yang sangat besar.

Elizabeth langsung diberikan perawatan paling berat, para suster membantu memberikan balutan dan para dokter berusaha menghentikan pendarahan. Elizabeth memiliki stamina yang sangat kuat, meskipun dia adalah anjing paling tua. Saya rasa dia terus bertarung antara hidup dan matinya dia. Saya melihat Elizabeth di kaca yang penuh dengan kabel dan selang.

Setelah beberapa jam kemudian, saya langsung menjenguk Elizabeth. Dia berada di bagian Rumah Sakit Hewan di kepolisan yang mengurus K9X. Rumah sakit itu sangat bersih dan sangat steril. Aku mencium bau obat-obatan di sana. Seperti biasanya, rumah sakit selalu dicat warna putih. Saya seperti masuk pintu surga. Anjing-anjing yang dirawat diberikan akomodasi yang sangat nyaman. Mereka dapat makanan yang enak dan sehat. Mereka memiliki tempat bermain dan tempat untuk menonton acara kesukaan mereka. Setiap ruangan disediakan tempat duduk anjing yang sangat empuk dan nyaman, meskipun semuanya berwarna putih. Di setiap kamar ada pasien anjing yang mengalami luka yang cukup parah. Meskipun tempatnya indah, saya tetap tidak menyukai rumah sakit apa pun. Saya tetap memikirkan putri saya yang dulu juga dirawat rumah sakit.

Saya melihat Elizabeth dibalut dengan kain putih. Saya melihat dia bernapas sangat cepat. Saya juga menyesal telah mengaktifkan Black Out demi melindungi rekan kerja saya. Saya tidak sadar akan akibat pengaktifan itu hingga menyebabkan Elizabeth dalam keadaan sekarang ini. Saya tidak bisa mengaktifkan Luna Nera Elizabeth sebab Black Out adalah jenis virus yang sangat berbahaya untuk melawan penjahat menggunakan teknologi.

Di kepolisian Yraquela disediakan rumah sakit untuk kepolisian. Rumah sakit kepolisian ada 2 bagian, yaitu K9 dan manusia. Detektif Delacroix dimasukkan ke dalam rumah sakit bersamaan dengan Droid tersebut.

Saya menemui dokter yang mengurus K9X. Saya prihatin akan kesehatan Elizabeth. Gara-gara saya juga, dia terluka dan ikut membuat saya sangat gugup akan keadaan tubuhnya sebab dia sudah sangat tua dan susah disuntik lagi dengan serum Vectrix. Saya hanya melontarkan pertanyaan kepada dokter, "Apa dia akan baik-baik saja?"

"Rasanya dalam umurnya ini, dia akan susah bertahan hidup lebih lama lagi. Saya menyarankan untuk menyuntik mati dirinya, apalagi karena Luna Nera di dalam tubuhnya juga sudah tidak ada lagi. Itu akan mempermudah kami dan dia untuk menghilangkan penderitaan dia sekarang."

Saya melihat ekspresi wajah yang dipancarkan Elizabeth. Dia sedang kesakitan dan sangat sedih. Kelihatannya dia tidak ingin meninggalkan saya.

"Bagaimana, Elizabeth? Apa kamu masih mau bertahan?"

"Aku mau saja apa yang dikatakan oleh dokter, tapi Detektif Halim sendiri yang tidak mau kehilangan aku. Maaf, kalau kali ini aku tidak bisa membantu Anda untuk mengambil sebuah keputusan." Itu kata-kata yang dilontarkan oleh Elizabeth sendiri. Dia tahu bahwa saya tidak bisa meninggalkan masa lalu dan selalu dihantui masa lalu. Saya tetap memikirkan mendiang putri saya.

"Kematian itu pemberian Tuhan. Manfaatkan semasa kamu hidup." Elizabeth bicara lagi dan kata-kata tersebut membuat saya sangat sedih. Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi, hanya bisa mengucurkan air mata.

Saya keluar dan tidak mengatakan sebuah ucapan perpisahan sedikit pun untuknya. Saya tidak kuat menghadapi ini lagi, meskipun saya telah mengalami ini dulu. Saya tetap tidak kuat kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi saya.

Saya hanya memberikan tatapan sedih kepada Elizabeth. Dia tahu dia tidak akan bersama saya lagi. Dia tahu saya bersedih. Dia berusaha untuk bertahan hidup untuk saya.

Saya keluar dari rumah sakit dan mengambil Rokok Sisha Elektrik untuk menenangkan pikiran saya. Saya tetap tidak tenang. Saya bingung apa yang harus saya lakukan. Saya melihat sebuah bar, saya pikir saya membutuhkan minuman untuk membuat saya berpikir dengan jelas.

Saya menghampiri bar yang ada di dekat sana. Itu bar yang sangat sederhana yang dilayani oleh Droid dan pemilikinya. Droid biasanya yang memberikan minuman kepada pelanggan yang datang. Pemiliknya hanya mengurus tugas kasir di sana. Pemiliknya seorang wanita kulit putih yang saya perkirakan seumuran dengan saya, tapi dia masih terlihat sangat cantik.

"Saya minta Blue Bloom satu." Saya meminta minuman beralkohol yang berwarna biru muda yang sangat manis dan wangi seperti bunga.

Saya berusaha menenangkan pikiran sambil mengisap Rokok Sisha Elektrik saya. Saya berusaha memikirkan langkah selanjutnya, apa yang harus saya lakukan?

Setelah minuman datang, pemilik bar melayani saya, "Ini Blue Bloom. Ada lagi yang bisa saya bantu?" dia bicara sambil membersihkan gelas-gelas yang masih basah.

"Tidak ada lagi."

"Baiklah." Dia kembali melayani pelanggan lainnya yang sedang memesan minuman.

Saya ingin sekali berbicara dengan seseorang. Saya biasanya berbicara dengan pendeta atau berbicara dengan siapa saja. Saya hanya mau meninggalkan rumah sakit itu dan saya juga tidak menyukai rumah sakit itu.

Pemilik bar datang menghampiri saya lagi dan saya langsung mengucapkan sepatah kata, "Permisi."

"Ya, Pak? Kelihatannya Anda sedang kebingungan." Dia sepertinya mengetahui kalau saya sedang dalam masalah.

"Ya, bisa dibilang begitu."

"Oke. Saya bisa menjadi pendengar yang baik, kalau Anda tidak keberatan untuk menceritakan kepada saya. Saya sering melihat orang-orang yang datang ke rumah sakit dengan wajah murung dan tidak tenang."

"Baiklah. Kamu pernah kehilangan orang yang kamu kasihi dan sampai sekarang kamu tidak bisa lepaskan pikiran itu?"

"Saya berada dalam masalah itu. Ayah saya. Sebelum dia meninggal 3 tahun lalu, dia selalu membawa pulang saya saat sedang mabuk dan dia tetap memaafkan saya."

"Apakah kamu masih ada perasaan bersalah?"

"Pasti ada perasaan bersalah dan tidak bisa dilupakan. Yah, itu bisa hilang seiring waktu dan kamu harus berusaha untuk tetap tegar akan segala segala sesuatu." Dia berhenti sebentar dan mulai bertanya. "Bolehkah saya tahu apa yang terjadi?"

"Setelah putri saya meninggal, saya tetap tidak bisa melupakan dia. Itu sesuatu yang sulit dan saya menunjukkan ekspresi tertutup. Istri saya meninggalkan saya. Selama ini, saya mempunyai anjing dan menggantikan dia sebagai putri saya yang terdahulu. Sekarang dia berada di rumah sakit dan berkata sama dengan putri saya, 'Kematian itu pemberian dari Tuhan. Manfaatkan semasa kamu hidup.' Kata-kata itu terus ada di dalam pikiranku dan itu memberikan saya sebuah perasaan bersalah yang sangat besar."

"Saya pikir itu hidup yang berat. Kamu harus hadapi yang terjadi. Luka kamu itu bukan luka biasa, tapi luka batin yang cuma bisa disembuhkan oleh pikiran kamu sendiri. Saya permisi dulu. Saya mau melayani tamu yang lainnya."

"Baiklah."

Pemilik bar tersebut meninggalkan saya sendirian. Saya hanya duduk sendirian dan merenungkan apa yang dikatakan oleh pemilik bar tadi. Kini, saya hanya berharap sebuah panggilan dari Tuhan.

Kancil dalam BonekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang