Kami bertiga sampai di tujuan, Pecinan. Saya merasa tidak nyaman. Saya bukan tipe orang yang senang mencari masalah. Dan memang di sana tidak terlihat nyaman. Banyak sekali orang-orang berkeliaran dan berbicara dengan bahasa masing-masing. Meskipun saya juga orang Asia, saya lebih menyukai kehidupan Barat daripada kehidupan Asia. Orang Asia biasanya mengutamakan putranya sebagai anak emas. Mereka dilambangkan sebagai penerus keluarga. Keluarga besar saya mengharuskan saya menikah dengan perempuan Chinese- Indonesia. Ternyata, keluarga saya sendiri tidak menyutujui tradisi bodoh itu. Mereka berpikir logis, mereka menginginkan anak-anaknya bisa memilih jodoh mereka masing-masing. Itu sebabnya istriku adalah perempuan Belanda yang sangat cantik. Orang tuaku sangat menyukai istriku yang lembut dan keibuan.
Yang tidak saya sukai dari pecinan adalah jalannya yang kadang becek dan sangat bau. Pecinan memiliki pasar yang sangat ramai bahkan ketika malam hari. Kadang-kadang, preman-preman kecil datang berkeliaran dan menagih uang perlindungan pada malam hari. Kadang juga terjadi pertengkaran hanya karena masalah yang sangat sepele, seperti orang yang tidak sengaja menabrak seorang lainnya. Itu bisa menyebabkan pertengkaran antargeng.
Saya masuk ke daerah Japanese Little Town. Tempat itu lumayan bersih. Meskipun mereka Yakuza, mereka suka menjaga kebersihan. Pada dasarnya, saya menyukai masakan Jepang. Karena itulah saya sering ke daerah itu.
Setelah kami sampai di rumah bermain mahyong, saya hanya menyuruh Elizabeth menunggu di luar. Dia tetap menuruti perintah saya dan dia juga siap sedia mendengar panggilan saya. Ketika kami masuk ke rumah bermain mahyong, Detektif Delacroix langsung ditatap oleh banyak orang di sana. Mereka seketika berdiri dan bersiap-siap untuk berperang dengannya. Mereka dalam posisi siap melepaskan sarung Wakizashi. Mahyong adalah permainan yang disukai oleh orang Asia. Biasanya tempat ini dikunjungi oleh orang Jepang, China, dan Korea. Saya kurang menyukai tempat itu. Rumah mahyong memang sangat berisik karena benturan blok plastik mahyong yang selalu berbunyi “tak tak tak”. Tempat itu juga penuh dengan perokok. Suara bising yang terdengar bukan hanya berasal dari biji mahyong, melainkan juga dari suara orang-orang yang bercakap-cakap. Orang Kanton bisa senang berteriak kalau mereka bermain mahyong.
“Wah Detektif Delacroix sangat terkenal, hingga siap-siap disambut oleh mereka,” saya cuma berkata pelan kepada Detektif Delacroix.
“Ini baru bersalaman tangan. Sebentar lagi akan beramah-tamah dengan teh dan kopi.”
“Benarkah?” Saya sudah mulai khawatir. “Tunggu, kamu ada surat penangkapan atau surat pemeriksaan?”
“Tidak perlu. Mereka mengizinkan kita memeriksa, kok.”
“Nanda yo temera?!” Salah satu seorang di antara mereka mulai berteriak dalam bahasa Jepang.
Salah satunya lagi menghampiri Detektif Delacroix, memegang pundaknya, dan menyuruhnya pergi dari situ.
Detektif Delacroix berpikir dengan instingnya. Dia langsung memiting dan memukul Yakuza itu sampai terpental kemudian berkata, “Sawaruna kono yakuza me (jangan sentuh gua, Yakuza rendahan)!”
Semua orang di situ langsung membuka sarung Wakizashi dan menyerang bersama-sama. Mereka tidak peduli akan mati atau tidak.
Memang benar Detektif Delacroix disukai oleh mereka. Detektif Delacroix kini sedang bersalaman dengan para Gokudo dengan cara memukuli mereka semua.
Meskipun diserang bersamaan, Detektif Delacroix dapat menghindar dan membalas mereka.
Setelah beberapa detik kemudian, mereka semua diam. Seseorang berteriak, “Matte Onayaro! (Tunggu bajingan semuanya)!!”
“Taicho?” Ternyata salah seorang dari mereka mengenali suara bos Yakuza.
“Temera nanda yo (Elu orang mau apa)?” Bos Yakuza itu langsung melihat mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kancil dalam Boneka
Ficção CientíficaYraquela merupakan sebuah kota yang sangat maju. Kota itu bisa disebut kota utopia masa depan pada abad ke-26. Kota dengan teknologi yang sangat maju ini dibangun oleh sebuah perusahaan terkenal, yaitu VOX Corps. Meskipun begitu, di kota yang tenang...