Chapter 11

24 3 0
                                    

Saya bangun pagi dan melakukan aktifitas saya seperti biasa, membuat sarapan untuk kami semua. Saya mengajak jalan-jalan Elizabeth untuk berolahraga saja. Kata orang-orang, semakin sering berjalan akan semakin sehat, meskipun saya perokok berat. Kematian itu pemberian dari Tuhan. Kita harus gunakan dengan baik.

Sebenarnya, dulu saat anakku masih kecil, dia ingin sekali memilihara seekor binatang. Pilihannya sangat unik. Dia lebih menyukai reptil. Istriku tidak menyukai reptil, dia lebih suka memelihara anjing. Anakku, Elizabeth, adalah anak yang sangat kreatif dan unik. Dia memiliki kepintaran dari saya dan kecantikan dari ibunya. Sebenarnya, dengan alasan mau memelihara reptil, dia ingin ibunya berkata, “Sebaiknya kamu pelihara anjing daripada reptil semacam ular”. Tapi, akhirnya Elizabeth mencapai tujuannya mendapatkan sahabat untuk dirinya.

Anjing jenis Golden Ritfer itu diberi nama Butch. Ia anjing yang sangat penurut dan selalu mendengarkan perintah Elizabeth. Butch meninggal saat Elizabeth di SMA. Dia meninggal karena kecelakaan. Saya pikir Elizabeth harus mengerti arti kematian dan dia dapat belajar tentang sistem alam.

Saya berharap Elizabeth dapat mengerti nasihat saya. Sayangnya, sejak kematian Butch, Elizabeth justru mulai menyalahkan saya. Dia mulai mengunci dirinya dan terus belajar. Selama di sekolah, dia tidak memiliki masalah. Dia cuma dikenal sebagai murid nomor satu. Saya bangga memilikinya, tapi pesta kelulusannya bukan untuk saya. Meskipun waktu telah berlalu, dia telah melupakan tentang Butch. Sifat keras kepalanya sangat mirip dengan saya.

Setelah lulus, dia mendapatkan perkerjaan di VOX Corps. Dia diterima karena nilai-nilainya di sekolah dan rekomendasi kepala sekolah. Dia cukup banyak membantu proyek di sana. Hobinya semasa remaja memang berhubungan dengan teknologi. Dia bahkan pernah menciptakan voice translator gadget tanpa membutuhkan orang yang menerjemahkan. Alat yang sangat ringan dan mudah di bawa ke mana-mana.

Suatu saat dia menjadi peserta untuk mencoba proyek baru, yaitu Celibrox generasi pertama. Saya tidak menyukai ide proyek itu yang menghubungkan otak manusia dengan komputer. Bentuk dasar pertamanya adalah helm. Itulah saat ketika saya mulai melihat mimpi buruk. Sebelum meninggal, dia berkata, “Kematian itu pemberian dari Tuhan. Manfaatkan semasa kamu hidup.” Itu kata-kata yang pernah saya ucapkan saat dia kehilangan Butch. Dia meninggal dengan tersenyum.

Saya tidak mengerti apa yang ada di dalam pikirannya. Saya menangis dan tidak tahu apa yang saya katakan. Saya merasa saya telah menyalahkan diri saya sendiri. Bukan hanya dia yang menyalahkan saya, istri saya juga. Akibat kematian Elizabeth, istri saya meninggalkan saya seorang diri tanpa memberi kabar apa pun.

Itulah sebabnya sekarang saya hanya terpaku dengan pekerjaan saya untuk menghilangkan rasa sedih dan menghabiskan waktu luang saya.

Malam hari saya bermimpi melihat pemandangan bunga lavender, semua berwarna ungu. Saya melihat Elizabeth dan istri saya sedang duduk di taman, sedang membaca buku sambil menikmati makanan. Mereka terlihat sangat gembira dan mereka memanggil saya untuk piknik bersama.

Mimpi itu terlihat sangat indah. Menurut saya itu mimpi yang sangat indah. Saya rasa saya berada di surga.

Elizabeth melihat saya dan ingin mengucapkan kata-kata dari jarak yang sangat jauh. Ia tidak bersuara, tapi kata-kata itu dikatakan lewat pikiran saya.

Kejar dan tangkap Kancil yang nakal.

Elizabeth menunjuk ke sesuatu di belakang saya. Saya melihat kancil sedang berdiri sangat jauh dari saya.

Setelah saya membalik dan melihat mereka lagi, Elizabeth berdiri di depan saya dan tiba-tiba dia menusuk saya.

Mulai dari situ, saya terbangun dan membayangkan kata-kata yang diucapkan oleh Elizabeth dalam mimpi.

Kancil dalam BonekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang