15. Bagai Inai dengan Kuku

34 8 0
                                    

Pukul 7 malam, Arka masih mengendarai mobil di jalanan desa yang sepi. Dia baru saja pulang bekerja. Lagi-lagi lupa waktu. Tanpa sengaja netranya menangkap sosok seorang gadis yang terlihat gelisah memandangi motornya.

Niat hati ingin bersikap abai, saat mengetahui siapa gadis itu Arka langsung menghentikan mobil, menghampirinya walau ada rasa sedikit canggung.

"Yeni? Motornya kenapa?"

"Eh?" Yeni menoleh, mendapati Arka yang tersenyum tipis ke arahnya. Dia pikir siapa menyapanya malam-malam di jalan sepi begini.

"Motornya kenapa?" Arka mengulangi pertanyaannya, sementara Yeni masih bergeming sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sangat canggung.

Eh? Tunggu dulu! Yeni memperhatikan lagi wajah Arka. Benar! Ini Arka cucu Nek Misti yang bertemu dengannya saat mengantar kue waktu itu.

Tanpa sadar Yeni menghela napas. Detak jantungnya perlahan normal, rasa takut dan terkejutnya perlahan menghilang.

Yeni menggeleng pelan. "Ng ... nggak tau, tiba-tiba aja mogok, padahal bensin baru aku isi sebelum pulang barusan."

Gadis itu memperhatikan Arka sejenak sambil menggigit bibir bawah. Rasanya sedikit aneh.

"Aku coba cek, ya. Tolong nyalain flash HP kamu, biar aku bisa lihat apanya yang salah," pinta Arka yang langsung dituruti Yeni. Sebelumnya, Arka menuju mobil untuk mengambil obeng.

Menuruti permintaan Arka, Yeni menyalakan flash dengan tangan bergetar, menyorot bagian yang Arka pinta. Tidak heran jika motornya tiba-tiba mogok. Selain karena barang second, saat membeli waktu itu penjual sudah memberi tahu bahwa motor ini cukup lama tak dipakai, sekitar 4 sampai 7 bulan.

"Businya minta diganti." Arka berdiri, menatap Yeni yang masih menyorotkan lampu flash ke arah motor. Dari wajahnya dapat ditebak, gadis ini bingung hendak memberi respons seperti apa.

"Di sana itu toko onderdil, 'kan? Kamu bisa tanya, siapa tau di sana ada busi."

"Em ... busi itu bentuknya kayak apa?"

Astaga, Arka kira tadi Yeni tidak paham harus melakukan apa, ternyata dia tidak tahu bentuk busi.

Arka berdeham sekali sambil mengalihkan pandangan. "Kamu bilang aja ke tokonya beli busi, nanti dikasih, kok."

Gadis itu mengangguk sebelum akhirnya melangkah meninggalkan Arka, menyeberang jalan menuju sebuah toko onderdil di seberang jalan.

Tak butuh waktu lama, Yeni kembali, membawa benda kecil sepanjang jari telunjuk yang dibungkus dalam kotak. Arka menerimanya lalu memperbaiki motor Yeni.

Sebenarnya memasang busi bukanlah hal yang rumit. Namun, keadaan yang mulai gelap, hanya diterangi flash ponsel membuat Arka harus beberapa kali menyingkir saat sinar flash tertutup kepalanya. Dia tidak mungkin meminta Yeni ikut berjongkok di dekatnya. Selain menghalangi, gadis itu belum tentu mau.

Beberapa menit setelahnya, Arka berdiri, menyalakan motor Yeni. Dalam satu kali percobaan, motor matic hitam itu menyala.

Senyum tipis terukir di bibir Arka. "Selesai."

"Wah, makasih. Maaf, tangan kamu jadi kotor." Yeni mencicit saat melihat telapak tangan Arka sedikit kotor hingga kemeja putih yang Arka kenakan pun terdapat sedikit noda.

"Nggak masalah. Mau diantar?"

Mendengar itu, Yeni langsung melotot. "Eh, nggak usah. Aku bisa sendiri. Lagi pula, kan, lebih jauh rumah aku. Masa kamu harus bolak-balik."

Lebih tepatnya Yeni takut pada tatapan Sumiati di rumah nanti. Bisa mampus dia jika Sumiati menatap tajam, menanyakan hal yang bukan-bukan, menilai kelahiran Arka dan lain sebagainya. Lagi, pasti jika ada ibu-ibu penggosip yang melintas, besok pagi hidupnya akan menjadi bahan pembicaraan.

Akhir-akhir ini, antara Yeni dan gosipan ibu-ibu sangat sulit dipisahkan. Bagai inai dengan kuku.

Arka mengangguk sekali. "Ya udah, kamu jalan duluan aja, aku ikuti di belakangmu. Tenang, aku jaga jarak biar ibu-ibu itu nggak gosip besok."

Mata Yeni membulat. Ternyata Arka tahu sebagian yang dia pikirkan. Lagi-lagi dia hanya meringis sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Ya udah, aku duluan. Makasih sekali lagi, Ka."

"Iya. Oh, iya, setelah ini nggak usah sungkan lagi, ya. Ada sesuatu, kamu bisa minta bantuan aku." Kali ini bukan senyum tipis. Arka menampilkan deretan gigi beserta gingsulnya membuat Yeni sedikit terkesiap sebelum akhirnya buru-buru menaiki motor hendak pulang diikuti Arka yang masuk ke dalam mobil.

Ketika Primbon BersabdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang