Singai dua segeragai. Dalam satu malam, keluarga Yeni dan Arka sudah menentukan tanggal pernikahan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat, juga keputusan untuk persiapan segalanya dan besok akan mendaftar ke KUA.
Mereka memutuskan untuk menikah tanpa resepsi, mengingat Nek Misti yang terbaring di rumah sakit. Tidak mungkin mereka mengadakan resepsi pernikahan, sementara yang meminta Arka segera menikah terbaring lemah di rumah sakit.
Dibawa ke tempat resepsi pun tak mungkin. Bagaimana jika Nek Misti meninggal di lokasi resepsi karena tidak kuat mendengar suara bising dari sound system yang memutar lagu dengan keras. Mereka tidak ingin menanggung risiko seberat itu.
Seperti biasa, sepulang kerja Arka menjenguk Nek Misti, sementara kedua orang tuanya akhir-akhir ini mulai sibuk dengan pekerjaan, membuat Arka terpaksa mengambil motornya di rumah beberapa hari lalu. Laki-laki itu duduk di kursi dekat ranjang rumah sakit, menggenggam tangan neneknya yang terasa dingin.
Mata Nek Misti terbuka, menatap cucunya sejenak lalu menyunggingkan senyum tulus. "Gimana? Lancar?"
Suaranya terdengar sangat lirih, Arka sampai terdiam beberapa saat kala mendengar kalimat neneknya. Nek Misti yang biasanya mengelus rambut Arka kini tangan keriputnya hanya terdiam di atas ranjang, sangat lemas.
Sebagai jawaban, Arka mengangguk sekali. "Lancar banget, Nek, minggu depan Arka mau nikah. Nenek cepet sembuh, ya, katanya mau lihat Arka nikah. Masa mau lihat Arka nikah, tapi Nenek sakit."
Senyum wanita tua itu tak kunjung luntur. Hatinya sedikit lega mendengar penuturan Arka tentang kelancaran rencana pernikahannya. Terlebih lagi, saat mengingat calon istri cucunya adalah gadis yang selama ini dia pantau untuk dijodohkan dengan Arka sendiri. Rasa senang yang dia dapat seolah bertubi-tubi.
Wanita itu mengangkat tangannya, berusaha mengelus kepala Arka, tetapi nihil. Tangannya sulit untuk digerakkan, membuat wanita itu menyerah. "Akhirnya, cucu kesayangan Nenek udah mau nikah. Jaga istri kamu baik-baik dan jangan lupain Nenek. Sering-sering ke tempat Nenek nanti."
Mendengar hal itu, Arka mengerutkan kening. Apa yang neneknya maksud? Ke tempat neneknya? Bukankah dia selama beberapa bulan ini sudah berada di tempat sang nenek? Tempat mana yang Nek Misti maksud? Jangan bilang ....
"Maksud Nenek apa? Selama ini, kan, Arka udah ada di tempat Nenek. Tempat yang mana yang Nenek maksud?"
Tanpa menjawab, Nek Misti tersenyum tipis. Sangat tipis, membuat Arka semakin merasa tak nyaman. Seperti tengah diberi senyuman perpisahan.
Dia paham apa yang neneknya maksud, tetapi hatinya belum rela jika melihat neneknya pergi. Mengingat sang nenek yang merawat, menjaganya, berpisah membuat Arka merasa sebagian jiwanya menghilang.
Dilihatnya sang nenek yang menutup mata, disusul dengan napas tak teratur. Mungkin tenaga wanita itu terkuras hanya untuk berbicara dengannya.
Dia langsung menunduk, tak berani menatap sang nenek. Setiap kali berbicara empat mata, Arka tidak pernah bisa menyembunyikan rahasia dari neneknya.
Neneknya terlampau pandai menebak karakter seseorang, terutama Arka. Cucu yang paling lama berada di sampingnya. Sedikit saja berbohong, jangan harap Nek Misti tidak mengetahuinya. Dia akan membuat Arka kehilangan kata-kata.
Wanita berkulit keriput itu membuka kembali matanya setelah terasa lebih baik. Pandangannya lebih sendu dari yang sebelumnya seolah-olah meminta Arka untuk berlapang dada jika dirinya pergi nanti.
Arka yang waktu itu mulai menatap neneknya lagi terpaksa harus kembali menunduk. Dia enggan melihat tatapan sendu menyakitkan itu.
"Jagain juga Yeni, dia cewek yang baik, walau kata warga sekitar dia cewek nakal. Mereka cuma bisa nilai, jadi kamu jangan percaya gitu aja. Nenek tahu kamu pasti bisa jadi pemimpin yang baik." Nek Misti menarik selimutnya lebih tinggi, berusaha memejamkan mata yang terasa panas. Sejenak, dadanya terasa sesak, seperti ditusuk-tusuk oleh jarum. Namun, dia enggan memberi tahu Arka. Biarkan saja berlalu, daripada membuat Arka panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Primbon Bersabda
ChickLitCerita inu dipersembahkan untuk event internal @PseuCom. IPEN AA Mau nikah, tiba-tiba ada primbon nyempil di tengah. Weton nggak cocok lah, arah rumah ngga bagus lah, hari kurang baik, ini, itu, blablabla. Terlalu percaya primbon, jangankan pikiran...