Seorang gadis dengan rambut hitam legam itu duduk di kursi teras, membaca buku yang sang ibu belikan beberapa waktu lalu.
Dia baru saja pulang bekerja shift pagi, langsung melanjutkan proses belajarnya yang tertunda. Gadis itu memutuskan untuk mempelajari pasal primbon, sesuai usulan ibunya.
Lagi pula, seperti kata Arka waktu itu, percaya primbon bukanlah hal yang aneh. Layaknya rebung tak jauh dari rumpun, jika Yeni mempelajari primbon, kepribadiannya sedikit berubah, tak jauh dari Sumiati. Paling tidak dia lebih waspada.
"Yeni, masuk dulu! Bapak sama Ibu mau bicara," Bustami yang baru saja pulang membeli pupuk, tiba-tiba mengajaknya masuk dengan raut serius.
Tanpa banyak bicara, Yeni hanya mengangguk, mengikuti langkah Bustami yang terlebih dahulu masuk ke dalam rumah.
Di ruang tamu, Sumiati, Yeni, dan Bustami berkumpul. Sumiati dan Yeni memasang wajah bingung, sementara Bustami terlihat gelisah. Seperti ada yang akan disampaikan, tetapi dia tak yakin untuk melakukannya.
Merasa tak ada pembicaraan, Sumiati yang dirundung rasa penasaran bertanya, "Ada apa, Pak? Kok, kita diajak kumpul di sini? Tumben banget."
Bustami mengusap wajahnya kasar. "Tadi pas beli pupuk Bapak ketemu sama Rudi, anaknya Nek Misti."
Masih hening. Yeni dan Sumiati belum merespons, masih menunggu kelanjutan kalimat yang akan Bustami sampaikan.
"Tadi dia bilang ke Bapak kalau hari Jumat minggu ini mau ngelamar Yeni untuk anaknya, Arka."
Sontak, Yeni membulatkan mata. Apa dia tidak salah dengar? Melamarnya untuk Arka? Jangan bercanda!
"Katanya Nek Misti yang minta Arka untuk cepat-cepat nikah, makanya ngelamarnya dadakan. Katanya Yeni ini Arka yang minta, dia yang minta untuk lamar Yeni. Rudi setuju sama permintaan anaknya. Jadi, nanti gimana? Bapak nggak akan putusin sendiri, yang jalani hidup ini Yeni. Kamu mau apa nggak, Yen?"
Gadis itu hanya menunduk, sesekali melirik Sumiati yang mematung, tak mengucapkan kata-kata. Sepertinya wanita itu kehabisan kata-kata.
Beberapa waktu hening, sebelum akhirnya Sumiati membuka suara, "Terus tadi Bapak jawab apa ke Rudi?"
Helaan napas terdengar, disusul Bustami yang menyandarkan punggungnya. "Bapak cuma bilang mau diskusi sama keluarga dulu soal ini."
Demi apa pun, Yeni belum bisa berkata apa-apa. Rasanya terlalu tiba-tiba. Melamarnya? Hari Jumat? Bukankah itu artinya tiga hari lagi? Jawaban apa yang akan dia berikan nanti?
Jika ditanya pasal hatinya, siapa yang akan menolak? Yeni sudah lelah digunjing tetangga karena tak kunjung menikah. Namun, dia masih bisa berpikir. Dia dan Arka jelas berbeda. Dilihat dari wajahnya saja bagai majikan dan pembantu. Yeni hanya berkulit putih, tetapi tidak cantik. Sementara Arka, dia benar-benar rupawan.
Lagi, apakah weton mereka cocok?
Eh? Yeni seketika terperanjat. Apakah dia baru saja memikirkan pasal primbon jawa? Dia sudah mulai percaya atau hanya karena syarat dari ibunya?
"Gimana, Yen?"
Yeni langsung mengerjapkan matanya berkali-kali karena suara Bustami yang mengangetkan. Di dekatnya, Sumiati terlihat memberi kode untuk berkata tidak.
Melihat arah pandang Yeni, Bustami hanya bisa menghela napas. "Yen, yang mau jalani hidup ini kamu, bukan ibumu. Jadi, kamu harus tentuin keputusan kamu sendiri, nggak usah tanya Ibu."
Dari hari ke hari, Bustami semakin lelah melihat tingkah istrinya yang terlalu mengatur anak, sampai-sampai Yeni belum menikah di usia 26 tahun. Lagi pula, Bustami berharap penuh pada Arka kali ini.
Untuk ke depannya, belum tentu ada laki-laki yang mau melamar Yeni. Lagi, Bustami tahu Nek Misti sudah seperti buku primbon berjalan. Jika Nek Misti setuju, artinya weton mereka cocok. Apa lagi yang perlu dikhawatirkan?
"Bapak, kok, ngomong gitu, sih? Gimana kalau Yeni punya mertua kayak istrinya Rudi itu? Si sombong itu! Ibu nggak suka, Pak. Ibu nggak mau punya besan kayak dia."
"Bapak nggak lagi nanya sama Ibu. Biar Yeni yang jawab, biar dia yang tentuin keputusannya sendiri. Nggak usah khawatir soal primbon, ibu nggak lupa siapa neneknya Arka, 'kan?"
Ah, itu dia! Yeni langsung mendongak. Dia baru saja terpikir ke sana. Nek Misti sejauh ini memang dikenal sebagai buku primbon berjalan. Kalau begitu artinya ....
"Iya, Pak, Yeni mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Primbon Bersabda
ChickLitCerita inu dipersembahkan untuk event internal @PseuCom. IPEN AA Mau nikah, tiba-tiba ada primbon nyempil di tengah. Weton nggak cocok lah, arah rumah ngga bagus lah, hari kurang baik, ini, itu, blablabla. Terlalu percaya primbon, jangankan pikiran...