[Chapter 10] Sweet candy.

203 75 80
                                    

Catatan.

Waktu gua umur 5 tahun, Papah gua meninggal karena ada tabrakan di jalan raya, sampai sekarang gua cuman tau itu aja gak lebih.

Mamah gua bilang gak ada pelaku dari tabrakan itu, mamah gua juga ngelarang gua untuk bahas tentang kematian Papah lebih lanjut, karena mamah gua takut trauma gua makin menjadi.

Gua gagap karena kejadian ini Seomgyu, gua terlalu deket sama Papah gua dulu dan kebetulan di umur 4 tahun kebawah gua belum terlalu lancar bicara, baru bisa baca tulisan sama angka aja.

Di saat umur 5 tahun gua syok berat karena kejadian pamitnya Papah gua.

Papah gua yang selalu ngasih tau gua tentang apa itu rasa kasih sayang yang sebenarnya, dia yang ngajarin gua baca, tulis, hitung kalau Mamah lagi sibuk.

Papah gua terlalu baik buat gua sampai gua gak rela dia pergi.

Karena syok gua jadi depresi sampai bicara juga susah begini, gua udah coba di ajarin orang lain tetep aja gak mempan, gua masih gagap sampai sekarang.

Tapi hal ini gak bikin gua jadi nyalahin Papah karena udah bikin gua gagap, ini kesalahan gua sendiri yang gak rela Papah pergi.

Setelah dibaca, Seomgyu mengelus pundak Taehyun, berterimakasih karena telah menbuka hati—menceritakan kisah duka yang lama terpatri.

Juga meminta maaf, karena Taehyun menjadi murung karena berkisah.

"Sampai sekarang, Taehyun masih gak rela Papah pergi?"

Tak terjawab, wira memejamkan matanya, malu kalau terlihat cengeng didepan seorang anak perempuan.

Tapi buruknya, tangis sudah membendung. Taehyun hanya mengangguk, menunduk, tak lama meringis.

"Taehyun... hei, jangan nangis."

Usapan lembut si gadis terasa nyaman berada dipundaknya, lekas yang bersimpuh duka menolehkan, memeluk.

Mengalungkan tangannya dipundak Seomgyu, menutupi wajahnya tepat dipundaknya.

"Jangan nangis Taehyun, Taehyun masih punya Tante Dahyun."

"Udah ya? Jangan nangis, Taehyun harus bisa nerima kepergian Papah."

Sunyi kembali bersenandung ketika Seomgyu hanya bergeming menunggu Taehyun tenang, tak lama tangisnya mereka.

"TAEHYUNNNNN SEOMGYUUUUU!"

Sial, seseorang berteriak dari luar rumah membuat Taehyun dan Seomgyu melepas rengkuhan satu sama lain.

"Beomgyu emang gila!" Gerutu Seomgyu berdecak sebal, sudah tau pasti sumber suara itu berasal dari Beomgyu.

Selang beberapa detik Beomgyu memunculkan diri dari pintu ruang tamu.

Wajahnya yang tampak polos serasa cuek berjalan santai mendekati si tuan rumah dan si gadis kembarnya.

"Taehyun? Kenapa lu? Habis di pukul Seomgyu ya?" Tanya Beomgyu, masih berdiri memandangi Taehyun dan Seomgyu yang terduduk di sofa.

Beomgyu memincingkan matanya kepada Taehyun yang wajahnya terlihat sembab, matanyapun masih merah dan berkaca.

"BEOMGYU!"

"Kenapa Seom? Makanya jangan asal pukul, kasiankan Taehyun?" Beomgyu berjalan dua langkah mendekati sofa, duduk di antara Seomgyu dan Taehyun.

Keduanya yang hanya berjarak sedikit langsung bergeser karena ada Beomgyu yang menghalangi mereka.

"Kenapa pada diem?" Tanya Beomgyu, merasa aneh dengan tingkah keduanya, melirik Taehyun dan Seomgyu bergantian.

Taehyun semakin sulit bicara, yang ada hanya suara Beomgyu yang bersautan sendiri.

SEOMGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang