[Sequel 2] Surat.

63 22 20
                                    

Semilir udara tertiup pelan ditengah hamparan tanah yang menyimpan raga suci Seomgyu, terasa begitu dingin meski sebenarnya hangat.

Ketiga insan memanjatkan do'a dari lisan mereka masing-masing yang terulum.

Sore ini ketiganya berziarah, Beomgyu terpaksa untuk kali ini meluangkan waktu berharganya, menemui tempat peristirahatan Seomgyu yang tenang.

Semakin lama Beomgyu semakin dewasa dan sibuk, bagaimanapun ia harus bisa mengatur waktu kuliah dan waktu bekerjanya—sebagai pengurus inti BNN pusat.

Karenanya, sudah tiada lagi rutinitas berziarah ke makam Seomgyu sepekan sekali seperti dulu.

Beomgyu sudah jarang bertemu dengan teman Sekolahnya, sibuk dengan semua urusan yang belum juga berujung.

"Hyun, gua balik duluan ya?" Desir Beomgyu menyambar keheningan, Taehyun mengangguk sementara Raehyun bergeming.

Keduanya membiarkan Beomgyu pergi meninggalkan makam, langkahnya sedikit gontai bersama pikiran yang masih memendam banyak keperluan.

Kesedihan Beomgyu sudah mengering.

Tak ada lagi tangis ketika merindu.

Tak ada lagi penyesalan ketika wajah Seomgyu terlintas pada kenangan yang mengelabu.

Mulai mengabaikan berapapun banyaknya capung biru yang selalu hadir ketika ia datang kepemakaman di gadis.

Meski demikian, Beomgyu tak pernah berhenti menyimpan selembar surat diatas tanah itu.

Yap, ada saatnya Beomgyu bisa menerima keadaan bukan?

Sang wira telah berhasil membiasakan diri atas ketidakhadiran Seomgyu didalam rumah.

Tak perlu di tangisi berulang kali karena tak akan mampu merubah pola takdir menjadi mundur ataupun maju semau kita.

"Tae, surat Beomgyu mana?" Raehyun bertanya kecil sembari meluaskan pandangan kesekitar makam Seomgyu.

"Bu-bu-bu-buat a-a-a-ap-ppa?"

"Buat gua baca."

Raehyun menjawab singkat, tadi diperjalanan dari rumah kepemakaman Raehyun bercerita tentang mimpinya tadi malam seperti biasa.

Taehyun menggeleng, tak berani mengusik semua surat Beomgyu yang sudah lama ia simpan di makam Seomgyu, ia menjawab bisu.

Jangan dibaca katanya dengan gerakan bibir tanpa suara.

"Lu masih gak percaya sama mimpi gua? Ini Seomgyu yang minta."

Raehyun menekan intonasi, menekuk tajam tatapannya kepada Taehyun 'tuk memberikan pengertian yang tidak main-main.

"Sampai kapan sih lu gak percaya sama gua? Kalau lu gak mau bantu gak apa-apa, biar gua yang cari suratnya nanti, gua mau bantuin Seomgyu."

Usai Raehyun bercakap jengkel, ia bangkit diikuti Taehyun dibelakangnya.

Mereka pulang bersama, meninggalkan pemakaman yang selalu sepi, keduanya masing-masing beradu argumen pada pemikiran sendiri.

Antara percaya mimpi atau tidak, hanya Raehyun sendiri yang merasakan.

Bertemu Seomgyu secara nyata namun didalam dimensi lain yang terkesan hanya hayalan semata.

Keliru jika manusia yang masih berada didunia meragu akan kedatangan Seomgyu disetiap malamnya Raehyun.

Karena itu benar, berupa kenyataan.

Seomgyu sungguhan datang menemui Raehyun.

Atas ijin Tuhan, ia hanya bisa bertemu kepada Raehyun seorang lewat dunia tidur yang lelap, meski begitu, Seomgyu disana merasa amat bersyukur.

SEOMGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang