[Chapter 25] Panggilan.

134 38 40
                                    

Sepasang kekasih muda menempati lahan tempat bagian atas dari gedung Sekolah, keduanya bersembunyi dari jadwal kelas untuk bersenang senang menyantap sekotak bekal masakan rumahan.

Seomgyu mengunyah lembut sesuap nasi di sertai potongan daging sapi panggang, tak lupa dengan sayuran rebus yang menjadi pelengkap.

"Mau lagi?"

"Gak"

"Ah masa? Cuma tiga suap mana cukup" Seomgyu mengulum bibir atasnya, sekilas menengok pada pemuda yang menemaninya lalu menyuap nasi kembali.

"Sisanya buat kamu aja. Aku laper gapapa, kalau kamu jangan" Taehyun tersenyum, sekilas melirik kotak bekalnya yang sudah habis setengah di dalam pegangan Seomgyu.

"Gak gitu, Taehyun laper juga jangan"

"Kamu lebih jangan"

"Taehyun lebih jangan"

"Kamu"

"Taehyun"

"Kamu"

"Aish, semua orang! Biar adil"

"Hahahaha"

Menyuap kembali, pipi kanan Seomgyu diisi dengan makanan penuh.

Taehyun terkekeh setelah beradu kecil bersama Seomgyu, menikmati terpaan angin yang sangat sejuk di sertai pemandangan dari atas Sekolah yang nampak elok.

"Tante Dahyun belajar masak dari mana sih Hyun? Enak banget" Seomgyu bertanya selang beberapa menit, baru saja usai menghabiskan makanan.

"Youtube, baca buku resep, tapi dulu Papah juga gak jarang ngajarin Mamah masak" jawab Taehyun, menengok beberapa saat.

"Woah, Papah bisa masak?" Mengangkat dua alisnya sekilas, Seomgyu menutup tempat bekal Taehyun dengan rapat, menyimpan kotak tersebut di antaranya dan Taehyun.

"Sedikit, gak jago jago banget" jawabnya masih, pemuda itu teringat kembali hingga terpaksa menampili senyum sedikit miris.

"Hebat banget!" Puji Seomgyu terkesima, tersenyum senang melirik Taehyun beberapa saat.

"Papah dulu suka bikin ketoprak, rasanya seenak orang yang jual di pinggir jalan" jelas Taehyun, masih memandangi objek di hadapannya, membayangkan sosok sang Papah yang masih samar.

Perginya sang Papah saat Taehyun masih berumur lima tahun, menyebabkan sebagian kenangannya sudah mulai lenyap.

Sangat di sayangkan karena Taehyun belum mampu menyimpan banyak memori sebanyak memori orang dewasa saat itu.

Hal yang unik, Taehyun ingat betul bagaimana sosok sang Papah namun tidak dengan raganya.

"Papah Taehyun dulu pedagang?"

"Bukan, katanya sih dulu jualan obat obatan kayak di Apotek. Tapi, aku belum pernah ke tempat kerja Papah" Tatapan Taehyun kian mendatar, belum berniat membalas arah mata Seomgyu kepadanya.

"Papah bisa masak cuma karena hobi" sambungnya lagi sebelum Seomgyu membuka suara.

"Papah Taehyun orang hebat. Bisa masak padahal pekerjaannya gak ada hubungannya sama masak" tersipu, Seomgyu menuturi arah mata Taehyun.

Bukan sekedar hebat, Papah itu pahlawan Seom.

Pemuda itu mengangguk pelan, sangat menyetujui pernyataan Seomgyu yang di anggap afdol.

Dipikiran Taehyun kini, tetiba muncul seputar rasa rindu kepada pahlawannya yang sudah lama terpendam, entah kapan terbalas.

Satu satunya cara mengatasi rindu ialah berziarah, sederhana bukan?

SEOMGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang