[Chapter 42] Kiss and doubt.

161 34 16
                                    

"Beomgyu, Om Taeyong sama Tante Jihyo bakal dateng kesini setengah jam lagi"

"Oh iya? Beom udah makan belum? Coba tanyain"

"Udah, kan tadi Beomgyu dari Sekolah langsung pulang buat siap siap kesini"

"Hm"

"Tunggu aja, aku temenin"

Taehyun menghela nafas, duduk di kursi yang sejajar dengan tinggi ranjang Seomgyu, menemaninya hingga keluarga tiri menjenguk.

Taehyun berkutat, menemani perasaan yang tak kunjung merela.

Bergelut dengan pikiran 'tuk mencari cara, bagaimana bisa lapang menerima dengan cepat, bila Seomgyu masih istimewa dalam hatinya.

Ingin merelakan tapi tak bisa ia tinggal, masih harus bersama meski tak bisa dimiliki selama umur masih diberi kehidupan.

"Seomgyu, bosen ya?" Sekitar tiga menit Taehyun menyimpan ponselnya diatas nakas, menyandarkan punggung pada kursinya.

"Iya" Seomgyu mengangguk lambat, lucu dipandang Taehyun sebagai satu satunya oknum yang menyaksikan.

"Biar gak bosen, aku kasih tugas buat kamu" Taehyun berdiri, lekas mengambil selembar kertas beserta penanya, juga papan dada untuk mengalasi kertas tersebut.

"Buat apa Taehyun?" Seomgyu menerima, walau tidak memahami.

"Ini kertas sebagai alat pelampiasan keluhan kamu, tulis sebanyak banyaknya..."

"...kamu belum bisa terima keadaan, kamu masih ragu untuk sehat, kamu masih suka putus asa, apapun itu... tulis disana"

Seomgyu diam selama Taehyun menjelaskan, ia menatap si kertas lalu beralih pada Taehyun saat ia berhenti berbicara.

"Taehyun, gak nulis juga?" Gadis itu memastikan, tau pasti jika Taehyun belum merelakan pula.

"Aku nulisnya di otak jadi kamu gak bisa baca" Taehyun berwajah usil, kembali duduk di kursinya lalu mengambil ponsel kembali.

"Ish nyebelin" gerutu Seomgyu cepat, mengalihkan pandangan dengan bibir yang terkerucut.

"Udah sana tulis, aku cuma mau kamu bisa tenang Seomgyu, aku gak suka kamu ngomong kayak tadi lagi" ucap Taehyun tanpa melihat lawan bicara, sibuk di dalam layar telepon genggam.

Seomgyu belum menulis sesuatu, diam sejenak meingeterupsi ucapannya yang dimaksud Taehyun.

"Emang Seomgyu ngomong apa?"

"Ngomongin capung biru sebelum anak anak pulang..."

"...aku gak suka kamu ngomong begitu. Siapa orang yang tau, kapan dia bakal mati? Gak ada, jadi jangan mikir begitu"

Seomgyu bungkam, menunduk sejenak lalu mengiyakan.

Tak ada yang bisa dibantah setelah Taehyun berkata demikian, ia mulai mengerjakan tugas yang pemuda itu berikan.

Selagi Taehyun sibuk bersama ponselnya, Seomgyu memupuk sepenggal pikiran yang akan dituang dalam selembar kertas.

Memikirkan urutan huruf perhuruf yang akan digoreskan kedalam sana.

Ditulis dengan sepenuh jiwa raga demi menghasilkan sedikit ketenteraman didalam dada.

Satu kalimat, dua kalimat, hingga satu paragraf dilanjut hingga tulisan memenuhi setengah dari kertas.

Tangannya yang menggerakan pena 'tuk menari diatas media tipis didorong oleh pikirannya yang membayang.

Seomgyu tenggelam dalam perasaan, hasil tangan yang ia baca berulang bertimbal balik kepada sesaknya rongga dada.

SEOMGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang