SUNGCHAN yang sedang mencerna makanan manis, menunggu Renjun bangun dan mendatanginya di ruang makan apartemen mereka. Puluhan pesan dari janji yang dibuatnya sudah menghujani ponsel. Ia gemetar karena tidak tidur seharian.
Baginya yang terbiasa begadang, terjaga selama dua hari bukanlah apa-apa dibandingkan perasaan sakit dari terkhianati. Cintanya terlalu besar untuk Renjun. Saking besarnya, ia terkadang tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut campur urusan kekasihnya.
Sejak awal mereka menjalin hubungan, Renjun memberikan banyak sekali batasan. Mulai dari tidak boleh mengenal teman-teman lamanya. Tidak boleh bertanya macam-macam tentang phobianya dan larangan lain yang kadang tidak bisa akal sehat Sungchan cerna.
Tapi nampaknya mencintai Renjun menjadi hal yang terlalu menyenangkan sekaligus menyiksa. Walau awalnya terasa menyebalkan sebab batasan-batasan yang sang submisif berikan, tapi setelah dijalani seiring waktu bergulir, Sungchan sudah terbiasa dengan hubungan seperti ini.
Meski Renjun menutup diri, Sungchan yakin ada secuil perasaan dalam diri Renjun yang benar-benar peduli dan menyayanginya. Jika tidak, kenapa Renjun mau menerima lamarannya dan berakhir terikat dalam hubungan pertunangan seperti sekarang ini.
Na Jaemin.
Nama itu benar-benar mengganggu kepala Sungchan. Bagian belakang tengkorak berdenyut sakit, membawa sang empu mendesis pelan menahan rasa itu. Gula-gula balok masih terus dikecap di mulut, membiarkan rasa manisnya menutup rasa pahit di dada.
Yang berakhir sia-sia.
Sungchan mencoba mencari di internet nama Na Jaemin. Tetapi yang muncul malah sejarah dan legenda Dinasti Joseon. Disana tertulis banyak teori tanpa bukti dan tidak konkrit bahwa keluarga Na adalah keluarga bangsawan yang melindungi raja dan keturunannya secara turun-temurun di dunia gelap.
"Pembunuh?" Sungchan menggumam pelan, mengunyah gula-gula balok dalam mulutnya sampai menimbulkan suara keras benda yang diremukkan gigi.
Ia meneruskan bacaannya dari forum diskusi website tidak resmi yang membicarakan tentang keluarga Na. Nama Na Jaemin tidak ditemukan disana tapi apa yang ditemukannya menggelitik rasa penasaran Sungchan.
Diteruskannya kegiatan membaca itu hingga sepasang mata cokelatnya menangkap lambang seekor singa. "Singa adalah lambang keluarga Na. Konon, lambang ini wajib diberikan di dada pemimpin keluarga Na sebagai sumpah setia pada raja."
Penjelasan yang baru saja ia dapatkan itu diteruskan membaca dalam hati. Singa melambangkan kekuatan, keberanian dan kebanggaan. Jika matahari adalah kejayaan negeri, maka singa adalah yang melindunginya.
Tak hanya disana, Sungchan bahkan mendapatkan alegori lain tentang singa. Seorang raja paling tersohor yang pernah ada, menggunakan kulit singa sebagai armor. Demi melindungi kesejahteraan rakyat tanah air, singa terus berkorban dan merelakan kulitnya untuk melindungi raja saat itu.
"Sedang membaca apa? Mana Jackson?"
Suara Renjun membuyarkan pekerjaan Sungchan yang sedari tadi berkutat dengan macbooknya. Ia menutupnya cepat saat suara lembut itu menyapa gendang telinganya dengan sopan. Dadanya kembali didera rasa sesak saat Renjun keluar dengan keadaan sudah mandi dan berganti pakaian.
Ia memakai turtleneck lengan panjang warna krem dan bawahan celana hitam ketat. Sebuah coat putih menggantung di lengannya yang ditekuk ke depan. Sungchan bisa melihat dengan jelas tunangannya berjalan kesulitan dengan wajah yang bersalah.
Sang dominan memandangnya sendu, tersenyum getir, melawan rasa sesak yang semakin menjalar.
"Jackson ada di kamarnya, tidur." Sungchan menjawab apa adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Son ✦ Jaemren
FanfictionRenjun hanya ingin hidup bahagia, normal selayaknya orang-orang pada umumnya. Namun kehadiran seorang anak laki-laki asing berumur 8 tahun secara tiba-tiba, membawa Renjun harus bertemu kembali dengan Jaemin. BOOK 2 FROM THE STUDENT TRILOGY Copyrigh...