Chapter 26

2.2K 255 43
                                    

RENJUN yang sudah berpakaian rapi, masih mencoba menyingkirkan tangan Jaemin yang menggerayangi selangkangannya. Pria satu anak itu tidak mau berhenti menggoda sang dokter yang saat ini tengah membantu Jaemin mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer. Mereka baru saja selesai mandi bersama, melanjutkan ronde kedua, ketiga, kelima lalu mandi lagi.

"Nana, kalau kau mengganggu terus nanti tidak akan selesai!" ketus Renjun yang harus segera ke rumah sakit meski sebenarnya tidak keberatan jika lebih lama lagi bersama sang kekasih.

"Aku tidak mengganggu, hanya menggerayangi pahamu."

"Sama saja!" Sekali lagi Renjun menampar tangan Jaemin yang meraba pahanya.

Sang dokter melanjutkan kembali kegiatannya dengan tenang saat Jaemin menyerah dan memilih memandangi sang kekasih melakukan pekerjaannya. Renjun dengan sangat telaten dan sabar membantunya merias diri. Beberapa skincare dioleskan ke wajah tuan Na yang kasar itu, berbeda jauh dari tekstur wajah Renjun.

Rambut Jaemin yang halus dikeringkan dalam waktu singkat tapi menjadi lama karena tuan Na terus menggodanya. Keduanya sama-sama tidak ingin berpisah pagi ini tapi pekerjaan Renjun tetap menanti. Saat sudah selesai merapikan rambut dan juga dasi Jaemin, Renjun berjalan mengambil koleksi parfumnya di meja rias.

Lirikan matanya terhenti pada sebuah bingkai foto berisi dirinya dan Sungchan saat mencari parfum. Ia tutup bingkai itu dengan penuh rasa bersalah dan mengambil apa yang ia cari dari tadi. Hatinya memang dalam genggaman Jaemin, tetapi Sungchan yang selama ini menemaninya membuat Renjun sulit memaafkan diri sendiri karena harus menyakiti putera tunggal keluarga Jung tersebut.

"No, Injunnie. Aku tidak pakai parfum." Jaemin menghalangi Renjun yang baru saja akan menyemprotkan parfum padanya.

"Kenapa?" Renjun mengernyit bingung, takut jika Jaemin tidak menyukai aroma salah satu koleksi parfum favoritnya itu.

"Aku tidak berbau dan harus tetap seperti itu."

Mengernyit tidak mengerti, Renjun kembali bertanya mengapa.

"Ya pokoknya jangan. Tidak perlu kujelaskan padamu."

Sang dokter menghela nafas panjang. Sejak dulu banyak yang tidak ia tau dari kehidupan kekasihnya sendiri. Jika ditanya apa makanan kesukaan Jaemin, Renjun akan menjawab tidak tau. Alamat rumah dari Jaemin saja Renjun tidak tahu, apalagi hal-hal spesifik seperti makanan kesukaan, warna favorit hingga hobi dari seorang Na Jaemin.

Ia terdiam lama menyadari itu semua. Jika diingat-ingat, Renjun memang tidak tau apapun tentang Jaemin dan kehidupannya. Namun di luar ketidak tahuannya itu, Renjun tetap bisa jatuh cinta padanya. Tidak butuh alasan apapun, Renjun sudah jatuh terlalu dalam. Dia tidak bisa membenci Jaemin dan hal itu berlaku sebaliknya.

Jaemin yang sejak awal merasa malu, merasa tidak pantas dan tidak mau Renjun ikut campur dalam kehidupannya itu, juga tidak akan membiarkan Renjun tahu lebih banyak lagi. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa seorang pembunuh bayaran tidak berbau karena membahayakan nyawa saat bertugas. Jaemin tidak akan mengatakan itu.

Tidak ada jalan tengah dan kecocokan dalam kehidupan keduanya. Renjun tumbuh sebagai anak baik-baik dan memiliki pekerjaan baik. Berbeda dengan Jaemin yang bergerak dalam bayangan. Jika langit cerah dan biru diibaratkan sebagai kehidupan lelaki Huang, maka Jaemin adalah bayangan hitamnya.

"Ya sudah kalau tidak mau bilang." Renjun menyerah dan merapikan pakaiannya sendiri.

Jaemin ingin menghiburnya agar tidak disangka banyak menyembunyikan rahasia atau mencoba kabur lagi dari Renjun. Tangannya yang hampir menyentuh pipi sang kekasih harus tertahan karena suara dobrakan pintu yang terbuka kencang.

The Son ✦ JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang