JAEMIN menggeliat gelisah, sedikit mengerang karena merasakan ada seseorangyang menduduki dadanya. Berat untuk bernafas namun kedua matanya lebih berat untuk dibuka.
"Papa, wake up." Panggilan dari suara kecil nan menggemaskan itu mengalun lagi, kali ini kedua tangan mungilnya mengacak-acak rambut Jaemin yang sudah berantakan.
"Hmmm," gumam Jaemin sambil membawa tangannya merengkuh leher kecil sang anak lalu membantingnya ke samping, memeluknya seakan puteranya adalah sebuah guling.
"Papa, wake up!" Jackson berusaha melepaskan diri dari rengkuhan sang ayah, mendorong dada Jaemin dan menampar-nampar dadanya.
"Okay, okay, I'm up, sweetheart." Jaemin membuka matanya sebentar, melirik Jackson dan mencium wajah anaknya cukup lama. Lalu ia kembali menutup mata.
"Papa come on! I'm hungry!" pekik Jackson dengan suaranya yang menggemaskan. Hanya dengan ungkapan itu, Jaemin dengan instingnya sebagai ayah langsung membuka mata lebar-lebar dan mendudukkan dirinya.
Sang ayah membiarkan Jackson duduk dalam pangkuannya, masih dengan kedua tangan kecil mengacak-acak rambut Jaemin dengan mulut tertawa-tawa lepas.
"Sudah bangun, Nana?"
Ayah dan anak dalam kamar lantas menoleh bersamaan ke ambang pintu kamar. Disana berdiri Renjun menggunakan bathrobenya, ia baru saja selesai mandi. Rambutnya mencuat ke atas karena memakai sebuah bandana agar jidatnya terekspos.
"Papa sudah bangun sekarang, uncle Renjun!" pekik Jackson gembira, melompat dari pangkuan ayahnya lalu berlari memeluk Renjun.
"Good job, Jacksonaa." Renjun sedikit membungkuk untuk melakukan high five dengan putera dari orang yang dicintainya tersebut.
"Let's go eat! I am suuupeeer hungry!!!" Jackson menyeret Renjun untuk meninggalkan kamar, meninggalkan Jaemin yang mau tak mau menyusul keduanya menuju dapur.
Seingat Jaemin, Renjun adalah orang yang suka sekali menjaga kebersihan dan penampilan. Dokter itu selalu mandi lama dan kemudian menghabiskan waktu hampir berjam-jam untuk merawat diri di depan cermin.
Melihat Renjun sudah mengenakan bathrobe dan terlihat segar, ia yakin bahwa Renjun sudah bangun lebih dulu lalu segera mandi.
Baru saja ia akan berbelok ke dapur, suara bel apartemen Renjun (yang kini telah menjadi hak miliknya) menahan langkah Jaemin untuk mengikuti dua orang yang paling berharga di dalam hidupnya.
"Selamat pagi hyung," sapa Chenle yang ternyata adalah pelakunya.
"Oh, Haruto memberi tahumu kalo aku ada disini?" tanya Jaemin memastikan. Tangan kanannya menganggukinya dan melangkah masuk ke dalam.
"Aku rindu dengan Jackson. Masa latihannya belum selesai hyung." Chenle menghempaskan tubuhnya di atas sofa sambil melihat interior ruangan yang menurutnya rapi.
"Dia sedang memasak di dapur bersama dengan Renjun." Jaemin ikut menghempaskan tubuhnya di samping Chenle dan kemudian memeluk tangan kanannya itu untuk memejamkan mata kembali.
"Hyung, aku bukan guling." Chenle yang sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh bosnya hanya bisa memutar bola matanya malas.
"Aku masih mengantuk."
Chenle tertawa kecil, menduga-duga apakah Jaemin kelelahan karena suatu hal. "Oh, habis main berapa ronde memangnya tadi malam?" tanyanya yang memang sudah hafal dengan sifat Jaemin sejak dulu.
Jaemin mengangkat kepalanya, menatap Chenle datar lalu kemudian memukul kepala pria rasa Tionghoa itu. "Main kepalamu. Mana bisa aku melakukannya jika ada Jackson."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Son ✦ Jaemren
FanfictionRenjun hanya ingin hidup bahagia, normal selayaknya orang-orang pada umumnya. Namun kehadiran seorang anak laki-laki asing berumur 8 tahun secara tiba-tiba, membawa Renjun harus bertemu kembali dengan Jaemin. BOOK 2 FROM THE STUDENT TRILOGY Copyrigh...