"MANA MUNGKIN RENJUN MAU MENJALIN HUBUNGAN DENGAN SEORANG BAJINGAN SEPERTIMU!" Kemarahan dan rasa akan takut kehilangan dalam diri Sungchan memberinya tenaga luar biasa sampai bisa mengeluarkan suara selantang itu pada orang yang sudah mengintimidasinya saat ini.
Hanya dengan melihat matanya saja, semua orang, baik sesama pembunuh bayaran ataupun orang biasa, pasti terasa tercekik dengan aura yang dimiliki oleh Jaemin. Begitu kuat dan level itu tidak akan mungkin bisa digapai oleh Sungchan meski ia hanya tersisa tulang-belulang.
Jaemin menatap bocah di hadapannya datar. Ia sama sekali tidak menunjukkan rasa terkejut baik karena sudah direndahkan dan dicaci maki oleh Sungchan. Gertakan seperti ini bukanlah apa-apa untuk dirinya yang sudah melalui banyak derita; meninggalkan untuk melindungi Renjunnya yang tercinta.
Dalam hitungan detik saja, Jaemin dan Sungchan yang tadinya berada di tengah ruang tamu, kini merapat pada tembok. Tangan tuan Na mencekik Sungchan dengan tenaga tertahan. Jaemin sama sekali tidak takut dengan lelaki di hadapannya ini.
Tatapan mata yang diberikan terselimuti oleh rasa benci dan dengki. Benci karena Sungchan adalah pria yang selama ini memiliki Renjun dan dengki karena orang yang dicintainya masih memikirkan untuk menikahi Sungchan.
"Arkh! Le-lepaskan aku!" Sungchan meronta, memukul lengan Jaemin bertubi namun tak mengendorkan cekikan sang pembunuh bayaran pada lehernya.
Rasanya perih, menarik nafas sangat sulit, butuh tenaga besar hanya untuk mengeluarkan suara saja. Namun Sungchan tidak gentar. Meski harus bertaruh nyawa, ia akan melakukan apapun agar Renjun tidak meninggalkannya.
Sungchan masih tidak percaya pada perkataan Jaemin tentang hubungan lelaki itu dengan Renjun. Namun ketika memikirkan kembali tentang hubungan mereka selama ini, ada sesuatu yang tidak bisa Renjun tinggalkan, hubungan masa lalu Renjun yang tidak bisa dokter itu selesaikan,
terutama tempat istimewa Jaemin di hati Renjun yang tidak akan pernah bisa Sungchan gantikan.
Setelah bertemu dengan Jackson, Sungchan merasakan ada perubahan dari diri Renjun. Ia menjadi sedikit lebih ceria, lebih hidup dan lebih terbuka akan apa yang dirasakannya. Meski selama ini Renjun memang suka bercerita dan ekspresif pada rekan kerja, Sungchan masih merasa ada yang ditutupi oleh tunangannya itu.
dan Jaemin adalah jawabannya.
"Jaemin hyung, lepaskan dia. Kau akan membangunkan Renjun." Haruto yang muncul dari dapur dengan Jackson dalam gendongan punggungnya, memperingatkan tuan Na.
Satu tangan dari pembunuh bayaran asal Jepang itu memegangi kaki Jackson yang menggantung di belakang, sedang yang lain membawa sebuah nampan berisi dua cangkir teh. Baru saja ia buatkan.
Jaemin menoleh pada Haruto, melihat Jackson yang menatap ayahnya penuh keheranan. "Papa, uncle Sungchan salah apa?" tanya si kecil polos.
Hanya itu yang mampu menghentikan Jaemin. Alunan lembut dari mulut kecil sang putera, yang mampu melarang Jaemin untuk melakukan apa saja bahkan saat sang ayah dihadapkan oleh pekerjaan, jika Jackson mencarinya, Jaemin akan segera pulang.
Perlahan, Jaemin melepaskan cekikannya dari Sungchan, meninggalkan koass tersebut terbatuk-batuk dan menormalkan kembali nafas. Ia berjalan menuju Haruto, mengambil secangkir teh lalu mendudukkan diri di sofa.
Tangan kanan tuan Na kemudian berjalan menuju Sungchan dan menawarkan kembali teh dalam nampan. "Uncle Sungchan, maafkan Papa ya," ucap Jackson dengan pandangan memelasnya.
Rasa dendam Sungchan masih tidak bisa luntur meski Jackson mengatakan hal itu. Hatinya masih menangis pedih. Kenapa harus Jackson? Dari sekian banyak manusia, kenapa harus anak kecil berumur 8 tahun yang membunuh Shotaro?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Son ✦ Jaemren
FanfictionRenjun hanya ingin hidup bahagia, normal selayaknya orang-orang pada umumnya. Namun kehadiran seorang anak laki-laki asing berumur 8 tahun secara tiba-tiba, membawa Renjun harus bertemu kembali dengan Jaemin. BOOK 2 FROM THE STUDENT TRILOGY Copyrigh...