Bacanya hati-hati. Chapter ini ngga boleh dilewatin detailnya sedikitpun.
RENJUN kembali ke unitnya dengan hati dongkol dan perasaan tidak terima. Dengan fokus yang masih terarah di ponsel, panggilan dokter itu ke nomer kontak tunangannya sendiri tak kunjung diangkat. Seesekali salah satu kaki menghentak lantai apartemen dan mulut mungilnya mengeluarkan decakan.
Jaemin yang melihat gerak-gerik gelisah Renjun lantas bertanya, "ada apa?"
Melirik sekilas kekasihnya, Renjun masih tidak mau menjawab. Ia masih kesal dan marah karena Tindakan Jaemin pada sahabatnya, yang seperti biasa seenaknya sendiri. Harusnya sekarang ini mereka bertiga bisa saling bicara dan menjelaskan rahasia masing-masing.
Alasan kenapa Jaemin pergi. Kenapa Haechan berpacaran dengan Jeno dan cerita di balik pertunangan Renjun dengan Sungchan.
Gara-gara Jaemin yang mengacau, pembicaraan itu harus tertunda. Mungkin untuk waktu yang lama, Renjun tak tau durasinya. Sebab Jaemin bukan tipe orang yang mudah ditemui dan diajak bicara. Sejak SMA, dia suka datang dan pergi seenaknya sendiri.
Renjun tidak tau apakah dia benar-benar mengenal Jaemin yang sekarang atau tidak. Terlalu banyak rahasia yang Jaemin simpan dan hal itu tetap saja menumbuhkan banyak keraguan dalam benaknya.
"Masih tidak mau bicara juga padaku? Kita belum ada kata putus Injunnie, jangan diam terus." Jaemin terus mengejar Renjun, mengabaikan getaran ponselnya yang merupakan panggilan dari Chenle, Jeno, Jaehyun dan Mr. Diamond bergiliran.
Kesal karena nada sambungan pun tak terdengar dari panggilan ponselnya kepada Sungchan, Renjun akhirnya kembali memasukkan ponselnya ke saku celana. Ia berjalan mendekat pada Jaemin dan berdiri melipat tangan disana. Kecemasan masih menggelayuti raut wajahnya.
"Kenapa memukul Haechan? Kalian sembunyikan apa dariku?" tanyanya penuh selidik.
"Apa? Aku tidak menyembunyikan apa-apa tuh?" Jaemin menjawab santai.
"Lalu kemana saja kau selama ini Na Jaemin?!" bentak Renjun.
Simpul tangannya lepas, mengepal keras sambil menghentak ke lantai. Jangan lupakan raut wajahnya yang tak sengaja mengerucutkan bibir ketika merajuk pada yang tersayang.
Melihat Renjun marah seperti ini, Jaemin malah tersenyum seperti orang bodoh. Renjun benar-benar merindukannya. Diam-diam ia bersyukur bahwa sang kekasih sudah mulai tenang dari traumanya. Pikiran tentang Jisung sepertinya sudah mulai mengabur.
"Selama ini aku kerja. Kemana lagi?"
Jawaban Jaemin memang tidak salah. Tidak ada kebohongan disana. Tapi sikapnya tetap membuat Renjun kesal. Kekasihnya saat ini memasang senyuman lebar penuh keterpanaan padanya, dengan salah satu jari tangan menggosok-gosok pangkal hidung.
"Kenapa tidak pernah menghubungiku sama sekali?"
"Kau ganti nomer kan? Aku tidak tau nomer ponselmu." Kalau yang ini, Jaemin bohong.
Ayah satu anak itu masih menyimpan nomer ponsel Renjun meski dokter itu sudah berganti-ganti puluhan kali, Jaemin tetap tahu. Tapi pilihan yang mengharuskan ia tidak menghubungi Renjun adalah sebuah kewajiban.
"Kenapa tidak tanya Haechan? Bukankah selama ini kalian masih berhubungan?" Logika Renjun yang sudah mengetahui bahwa Haechan dan Jeno menjalin hubungan di belakangnya, membawanya mencurigai bahwa Jaemin juga melakukan hal yang sama.
Jaemin menarik kepalanya ke belakang. Ia tertawa renyah lalu menepuk kedua paha dan berdiri, berjalan mendekat pada Renjun untuk menarik pinggang kekasihnya, merapatkan tubuh bagian depan mereka dan mendaratkan sebuah ciuman cukup lama di bibir Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Son ✦ Jaemren
FanfictionRenjun hanya ingin hidup bahagia, normal selayaknya orang-orang pada umumnya. Namun kehadiran seorang anak laki-laki asing berumur 8 tahun secara tiba-tiba, membawa Renjun harus bertemu kembali dengan Jaemin. BOOK 2 FROM THE STUDENT TRILOGY Copyrigh...