SEPERSEKIAN detik setelah Jaemin berusaha menggerakkan lengan, menekuk siku dan menanyai pertanyaan lebih lanjut pada Shotaro, sosok dokter bersnelli panjang tadi berjalan cepat-cepat menuju ke stasiun jaga UGD dan memposisikan diri di samping Jaemin, mengarahkan wajahnya pada sang koass polos dengan senyuman manis tersungging.
"Hay, aku dokter Phon yang akan menggantikan dokter Jungwoo di stase jantung nanti."
Dokter perempuan bermata sipit, berambut panjang pirang bergelombang seperti Alice in Wonderland itu memiliki wajah yang sangat manis. Ia saling menunduk hormat dengan Shotaro lalu menoleh dengan anggun pada Jaemin yang masih berusaha mengkoordinasi kesadaran pada otak dan pos-pos tubuh yang lain.
"Selamat malam tuan, ada yang bisa dibantu?" sapa dokter itu begitu ramah pada Jaemin.
Otak Jaemin serasa konslet, menyebabkan terhambatnya perintah-perintah dari otak kepada otot-otot dan jaringan sarafnya. Ia masih terpaku pada perkataan Shotaro tadi, membawa si koass bersangkutan dan dokter di depannya saling pandang dengan sang junior, melempar pandangan bingung kenapa Jaemin malah melamun.
"Tuan?" ulang dokter Phon.
Acara jelajah di otaknya bersambung. Jaemin diseret kembali ke dunia nyata untuk berhadapan dengan si dokter perempuan berdada rata, tubuh kecil dan lebih pendek darinya.
"Aku sedang mencari seorang anak bernama Jackson dan juga dokter yang bertanggung jawab dengannya," ujarnya dengan susah payah, namun kalimat yang keluar sangat lancar, kontras dengan hatinya yang porak poranda.
"Nama dokternya siapa kalau boleh tau? Mungkin saya bisa membantu," tawar si dokter cantik.
"Hu ... Hua ..." Bahkan untuk mengucapkan namanya saja, lidah Jaemin terasa kelu. Otaknya tidak bisa berkoordinasi dengan baik dengan mulutnya.
"Huang Renjun?" koreksi dokter Phon yang kemudian diangguki oleh Jaemin pelan.
Bulir-bulir keringat sebesar biji jagung sudah melelehi dadanya di balik pakaian yang dikenakan pria itu. Sama halnya dengan yang terjadi pada wajah tampannya. Hanya mendengar nama lengkap Renjun disebut saja, efeknya begitu besar untuk Jaemin.
"Oh, dokter Renjun mungkin—"
"Dokter Renjun hari ini tidak datang dan pasien yang kau cari tidak ada lagi di bangsal itu." Kalimat dokter Phon dipotong dengan cepat oleh sosok dokter senior lainnya yang memakai setelan sama dengan perempuan itu.
"Kau?" Jaemin mengernyit lagi, namun kali ini keterkejutannya tak separah kali pertama saat Shotaro menyebutkan nama sang mantan kekasih.
Huang Hyunjin, mantan teman seangkatannya di SMA dulu adalah dokter senior itu, yang baru saja datang karena ingin mengecek Sungchan. Ternyata koass pemalas itu terlambat datang lagi. Ia menyaksikan percakapan Jaemin dan dokter Phon dari kejauhan, sempat berhenti memastikan pengelihatan dan berjalan cepat untuk tiba di hadapan sang mantan teman.
Sayangnya dialog antara Jaemin dan Shotaro di awal tadi tidak ia dengarkan. Hanya dialog Jaemin dan dokter Phon saja yang berhasil Hyunjin curi dengar.
Jaemin bisa melihat ada raut ketakutan dari wajah Hyunjin ketika dihadapkan lagi dengannya. Rahang pria bermarga Hwang itu mengeras sedikit dengan deru nafas berat yang berhembus dari lubang hidungnya. Hyunjin sendiri memang cukup takut bahkan sangat takut ketika melihat seorang pembunuh bayaran profesional berada di rumah sakit tempatnya bekerja.
Banyak pertanyaan yang ingin Hyunjin tanyakan pada Jaemin. Tentang kebenaran tentang pekerjaannya, bagaimana hidupnya setelah berhasil mencampakan Renjun dan hampir membuat temannya gila, dan kenapa Jaemin tidak datang di pemakaman Mark Lee 10 tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Son ✦ Jaemren
FanfictionRenjun hanya ingin hidup bahagia, normal selayaknya orang-orang pada umumnya. Namun kehadiran seorang anak laki-laki asing berumur 8 tahun secara tiba-tiba, membawa Renjun harus bertemu kembali dengan Jaemin. BOOK 2 FROM THE STUDENT TRILOGY Copyrigh...