JENO membawa Renjun ikut serta dengannya. Rumah sakit sudah tidak menjadi tujuan lagi. Membuat perhitungan dengan Sungchan sudah ia kesampingkan. Mereka berdua sudah menyeberang perbatasan Seoul dan tiba di Samcheok. Entah berapa lama waktu berlalu, Renjun tertidur cukup lama di mobil.
"Aku penasaran kenapa orang seperti ini bisa menduduki peringkat tertinggi Lion List." Mr. Diamond yang ternyata keberadaannya masih satu mobil bersama Jeno dan Renjun, bersuara mengagetkan sang dokter.
"Kau hanya dokter biasa kan, anak muda?" tanya Mr. Diamond pada Renjun.
Ketakutan dan rasa ragu menyelimuti hatinya. Renjun yang baru bangun selama perjalanan itu menoleh pada Jeno seolah minta ditenangkan dan dijelaskan siapa sosok asing di belakang mereka ini. Ia tidak pernah bertemu dengannya. Namun hanya dengan melihat dan mencium bau parfum mahalnya saja, Renjun tau urusan Jeno dan orang ini bukan lagi ranahnya.
Mereka berkendara menyusuri kota Samcheok yang penuh kemegahan hotel-hotel berbintang itu. Pantai-pantai yang bertebaran di sepanjang mata memandang membuat Renjun juga sedikit tenang. Setidaknya pemandangan malam itu bisa membuat rasa takutnya berkurang.
"Mr. Diamond, orang ini adalah orang yang dilindungi oleh Tuan Na dan juga seluruh asosiasi pembunuh bayaran di seluruh dunia. Aku harap kau tidak merencanakan sesuatu yang tidak-tidak terhadapnya." Jeno berkata dengan tegas, sambil menyetir ia mengulas senyum pada Renjun.
"I know. I know." Mr. Diamond terlihat agak kesal karena kedudukan Renjun yang terlihat biasa saja itu bisa mengalahkan prioritasnya dalam dunia pembunuh bayaran. "Tapi aku penasaran, apa yang sudah anak muda ini kontribusikan pada dunia sehingga semua assassin melindunginya."
"You guess." Jeno terkekeh memperlihatkan pada Renjun bahwa dirinya dan Mr. Diamond bisa dikatakan cukup dekat, sehingga cara berkomunikasi mereka juga terdengar lugas di telinga Renjun.
"Not helping at all." Mr. Diamond kembali mengacuhkannya, lalu menoleh ke sisi jendela dan memberi arahan pada Jeno untuk berbelok kesana.
Sebuah hotel dengan bangunan tinggi menjulang dan penjagaan ketat oleh puluhan anak buah Mr. Diamond di setiap titiknya. Jeno sampai berkata bahwa pemandangan disini begitu indah sampai-sampai dia ingin mengambil jalan memutar dan menunjukkan pada Renjun jika lingkungan disini tidak seburuk dalam pikirannya.
"Kalau kau ingin berkencan dengannya aku bisa beri kalian waktu, asal kau tidak kabur," ucap Mr. Diamond.
"Tidak. Aku hanya memberikan momen yang menyenangkan saja selama kita menyusuri pantai. Tempat terisolir seperti ini mungkin membawa kenangan buruk untuk Renjun," kata Jeno.
Renjun tersenyum getir, membenarkan sahabat sejak kecilnya itu bahwa tempat-tempat megah namun terisolir dari keramaian seperti ini membuatnya mengingat kenangan buruk akan traumanya. Ia paham bahwa Jeno mencoba menunjukkan bahwa disini tidak berbahaya seperti tempat yang didatanginya dulu.
Tak lama setelah meninggalkan rute tersebut, mereka sampai di hotel pencakar langit yang dimaksud. Lantai tertinggi menjadi tujuan mereka. Renjun dikawal oleh dua orang berbadan kekar yang merupakan anak buah Mr. Diamond, menuju ke kamarnya.
"Aku jamin keselamatanmu." Itu pesan Mr. Diamond dengan senyum kapitalisnya pada Renjun, sebelum ia dan Jeno pergi ke bar dan bicara empat mata disana.
Ketika sampai di kamar yang sudah disediakan untuknya, Renjun ditinggalkan disana sendiri. Hidangan makanan mulai dari masakan timur tengah, asia tenggara hingga masakan barat tersedia di dalam ruang makan yang ada di kamar tersebut. Bahkan kamar hotelnya ini lebih luas daripada apartemennya di Seoul. Sementara itu, di bar, Jeno dan Mr. Diamond mulai membicarakan urusan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Son ✦ Jaemren
FanfictionRenjun hanya ingin hidup bahagia, normal selayaknya orang-orang pada umumnya. Namun kehadiran seorang anak laki-laki asing berumur 8 tahun secara tiba-tiba, membawa Renjun harus bertemu kembali dengan Jaemin. BOOK 2 FROM THE STUDENT TRILOGY Copyrigh...