PENJELASAN yang diberikan oleh Jeno sama persis dengan apa yang diceritakan oleh Mr. Diamond padanya. Semua kelicikan Jaehyun sudah Jaemin duga sebelum semuanya terlambat. Untuk sekarang, dia sedikit tenang karena Renjun aman dan Jaehyun sudah berada dalam kurungan.
"Kurasa urusanku selesai disini. Aku akan pulang membawa Renjun lalu menceraikan Ryujin." Jaemin menjulurkan tangan satu per satu seiring salah satu anak buah Hanbin memakaikan kembali jasnya.
"Apa tidak terlalu cepat untuk hal itu, Tuan Na? Bercerai dengan nyonya di saat kalian belum memiliki pewaris yang mumpuni untuk generasi selanjutnya," komentar Hanbin.
Dalam gerakan kilat, Jaemin melesat cepat menusuk rekannya itu. Beruntung refleks Hanbin juga tak kalah cepat, meski dia spesialisasi sniper, kepala keluarga Watanabe itu masih bisa menahan serangan Jaemin dengan lengannya. Alhasil dadanya tak jadi tertusuk dan rembesan darah menetes dari lengan pria itu.
Jeno sampai menahan nafas karena aura marah Jaemin memenuhi ruangan. Ia bahkan tak berani memandang sahabatnya yang masih memelototi Hanbin dan tidak menarik belatinya dari lengan pria itu.
"Katakan sekali lagi dan akan kubunuh kau disini." Jaemin mendesis, membuat Hanbin lantas membungkuk dan meminta maaf. Ia membiarkan luka tusukan Jaemin pada lengannya semakin panjang tanpa mengeluh kesakitan.
Darah yang menetes ke lantai yang tadinya hanya sedikit jadi semakin banyak karena Jaemin tidak berniat melepaskan tusukan itu.
"Sudah jadi rahasia umum bahwa Jackson akan dieksekusi oleh ayahmu dalam waktu dekat. Aku hanya memberi sara-"
"DIAM! JANGAN KATAKAN APAPUN LAGI TENTANG PUTERAKU!" Jaemin membentak luar biasa keras hingga akhirnya dia pergi dari ruangan itu dengan langkah cepat dan tergesa-gesa. "Jeno-ya! Ikuti aku!" serunya yang langsung dituruti oleh sahabatnya tersebut.
Mereka berjalan keluar hingga sampai di beranda, di bawah kamar yang kini ada Renjun di dalamnya. Jaemin mengeluarkan bungkus rokoknya yang entah sejak kapan itu tidak ia hisap. Sebuah korek api dengan ukiran kepala singa di atasnya dia gunakan untuk menyalakan sebatang rokok yang kini sudah diapit mulut.
Sebuah hembusan pekat ia tengadahkan sebelum menyerahkan rokok dan korek tadi pada Jeno. Sehingga sahabatnya bisa ikut melakukan hal yang sama.
"Apa yang harus kulakukan soal Jackson? Kau tau kalau aku tidak bisa menentang Appa." Jaemin memulai. Sorot mata yang tadinya diselimuti kemarahan perlahan melembut tergantikan kesedihan.
Jeno menghembuskan asap rokok ke bawah lalu diam sebentar. "Kau mau aku mengadopsinya?"
Sebuah solusi yang sangat tidak ingin Jaemin dengar. "Aku masih lebih dari mampu untuk merawat puteraku dan membesarkannya. Membuatmu mengadopsinya sama halnya aku membuang Jackson."
"Kita tidak ada cara lain. Meskipun aku tau kau tidak akan setuju, tapi nama Lee Jackson tidak begitu buruk kan?" Jeno memancing dan langsung mendapatkan geplakan keras di kepala belakangnya.
"Na Jackson yang terbaik. Na Renjun juga lebih baik daripada Huang." Jaemin tersenyum begitu lebar, dalam pikirannya kini ia membayangkan bagaimana kehidupannya nanti jika ia berhasil menikahi Renjun di masa depan.
"Aku pasti akan datang ke pesta pernikahan kalian meskipun banyak pekerjaan." Jeno seperti biasa, mendukung apapun yang membuat Jaemin bahagia. Dalam pandangannya, Renjun dan Jaemin berhak bersama.
Tatapan Jaemin yang bebinar kini kembali berubah sedih. Sebesar apapun keinginannya untuk menikahi Renjun dan hidup berdua sampai tua nanti bersama dokter itu, jalan hidup yang mereka pilih seolah mustahil untuk menyatukan cinta keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Son ✦ Jaemren
FanfictionRenjun hanya ingin hidup bahagia, normal selayaknya orang-orang pada umumnya. Namun kehadiran seorang anak laki-laki asing berumur 8 tahun secara tiba-tiba, membawa Renjun harus bertemu kembali dengan Jaemin. BOOK 2 FROM THE STUDENT TRILOGY Copyrigh...