Twenty Seventh

19.6K 835 2
                                    

Hari Minggu yang menyebalkan! Masa mulai tadi kerjaannya cuman makan-mandi-nonton tv-nyemil. Mana Chelsea lagi pergi! Huaa Bad Day Ever!

Aku hampir saja memejamkan mataku. Tetapi, teriakan mama membatalkan pejaman mataku. Dengan langkah gontai aku berjalan menuju mama.

"Ada apa Ma?" Ucapku. Mataku tidak bisa terbuka sempurna, karna aku sudah mengantuk sekali.

"Ini loh ada Bagas." Bagas? Entah mengapa, mengantukku seketika hilang. Mataku melotot dengan sempurna.

"Hay." Ucapnya tersenyum. Senyum? Just a fake smile!

Aku hanya diam tak berniat membalas panggilannya itu. Siang-siang datang ke rumah orang. Ganggu aja!

"Kok gitu sayang?" Tanya Mama.

"Apanya sih Ma?" Ucapku. "Cuman Bagas kan. Mungkin mau bertemu dengan Ryo. Shilvy mau kembali aja ke kamar." Sambungku.

"Shilvy kok gini sih. Kamu sana cuci muka, nemenin Bagas jalan sana. Dia sudah bela-belain datang ke rumah loh." Mama masih saja membujukku. Padahal aku tak mau bertemu dengan Bagas!

"Bela-belain Ma? Rumah Bagas cuman di depan rumah kita. Deket kan? Toh jalan kaki aja gak sampe 1 kilo." Ucapku sewot.

"Pergi cuci muka sekarang!" Mama ngebentakku! Astaga. For the first time in forever.

"Mama?" Mataku mulai berkaca-kaca. Sedikit lagi mungkin air mataku akan turun.

"Please Shilvy. Jangan buat mama marah."

Dengan segera aku pergi ke kamar. Ya mau tak mau aku harus menuruti perintah Mama. Bagas kurang kerjaan banget sih. Kenapa gak main ke rumah Lilly aja? Kenapa harus kerumahku?

Sekarang aku sudah siap. Aku hanya menggunakan baju santai. Tak lupa dengan tasku. Karna di dalam situ banyak isinya yang aku butuhkan. Padahal sih cuman handphone :3

"Shilvy pergi dulu Ma." Aku mencium kedua pipi Mama.

"Bagas pamit tante." Bagas nyelonong duluan. Aku hanya membuntutinya dari belakang.

"Naik." Bagas menyuruhku menaiki ducati kesayangannya. Apa-apaan? Ngapain dia bawa motor?

"Tunggu nappa sih!" Aku sebal banget melihat dia ada di rumahku. Aku dengan perlahan menaiki ducatinya itu.

Penuh perjuangan juga karna jujur aku baru pertama kali menaiki motor. Papa memiliki motor seperti Bagas, tapi papa tidak pernah memakainya. Entahlah mengapa Papa begitu.

"Maaf." Ucap Bagas saat aku dan dirinya tengah di perjalanan entah kemana.

"For?" Tanyaku. Perasaanku, dia tidak punya salah apa-apa kecuali, aha. Dia selingkuh!

"Untuk semuanya." Ucapnya.

"Emang loe punya salah?" Tanyaku membuat dia penasaran. Yang aku mau sih membuatnya penasaran, tetapi sepertinya dia tidak penasaran? Atau dia sedang penasaran sekarang? Entahlah, hanya dia yang tahu.

"Please jangan panggil aku dengan kata loe. Please i want you like the past." Ucapnya menatapku melalui spion sepeda motor. Dengan segera aku mengalihkan pandanganku.

"Yaudah, kamu maunya kayak gimana sekarang? Oh iya, kamu gak lupa kan sama pacar barumu?" Ucapku cuek.

"Pacar? Maksud kamu Lilly?" Tanyanya.

"Yap." Jawabku. Sebenarnya sih malas deh kalau lagi ngomongin Lilly. Tapi aku penasaran, siapa sih dia?

"Oh." Just OH? Berarti dia beneran pacaran sama Lilly? Rasanya pingin pingsan sekarang juga!

Motor Bagas berhenti. Kok berhenti disini? Pertama kalinya deh Bagas mau mengajakku bermain di festival seperti ini. There something huh?

Setelah memakirkan motornya, aku dan Bagas memasuki kawasan festival ini. Dan yang bikin aku seneng, sejak tadi Bagas menggandeng tanganku. Hey, dia menggandeng tanganku. Seketika aku lupa kalau aku sedang marah dengan dirinya. Tapi, yasudahlah. Aku terlanjur bahagia sekarang.

Hari sudah mulai gelap. Aku sudah kelelahan karna sejak tadi Bagas membawaku ke wahana yang dia inginkan. Sepertinya Bagas juga sedang kelelahan. Kini aku dan Bagas tengah duduk di bangku kosong yang jauh dari kerumunan manusia, tetapi masih satu kompleks dengan tempat festival itu. Sejak tadi Bagas tidak berbicara sedikitpun kata. Dia hanya diam, seperti orang bisu saja!

Aku melihat jam tangan yang terletak indah di pergelangan tanganku. Sekarang sudah jam 17.00, rasanya waktu berjalan begitu cepat.

"Ehm, Bagas." Ucapku gugup. Entahlah mengapa bisa sekarang aku gugup, padahal tadi aku tidak merasa gugup sama sekali berbicara dengan Bagas.

"Iya?" Mati aku, kini dia sedang menatapku. Mata hazel itu, aduh, aku tidak bisa berkata-kata. Kenapa sih kau mempunyai mata hazel yang indah itu Bagas?

"Shilvy?" Ucapnya. Setengah alisnya mengangkat sempurna. Ohmygod, he so amazing!

"Ehm.. So-sorry. A-aku ma-mau.." Ucapanku tak sengaja aku gantung. Aku sebenarnya tidak tahu mengapa aku memanggil Bagas.

"Mau apa?" Tanyanya.

"Nothing." Aku lebih memilih mengalihkan pandanganku saja. Jika tidak begitu, aku bisa mati karna tatapan yang sendu itu.

"Udah malem, ayo pulang." Bagas bangkit dari duduknya lalu menarik pergelangan tanganku.

Kini aku dan Bagas dalam perjalanan pulang. Tapi aku heran, kenapa Bagas bukan masuk ke komplekku dan kompleknya? Ini komplek daerah rumah.. Lilly? Bagas ingin menemui Lilly? What the Heck? Apa maunya coba?

-----

Maaf baru next part. Suer deh, minggu ini full schedule! Petugas adiwiyata yang katanya mau datang hari Jum'at minggu  ini eh malah datangnya Jum'at minggu depan. Maunya apa coba? Apalagi tadi di suruh kerja bakti kelas-,-

Terus besok aku harus datang ke sekolah karna jadi panitia OLIM. Suer deh, aku next part ini itu nyari waktu yang nyaman. So, ya agak lama gitu. Maaf ya. Yang penting sekarang udah di next. Vommentsnya ya!!

My Arrogant BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang