Bagas POV

28.7K 961 1
                                    

Tiada yang lebih indah, dari apa yang dia punya. Tiada yang lebih indah, dari kesempurnaannya. Aku mencintainya tulus dari hatiku. Melihatnya terluka, melihatnya sedih, apalagi itu karnaku, membuatku seperti penjahat yang siap menerkam korbannya.

Shilvy Alyssa Hood. Seorang wanita childish yang merubah segala aspek dari dalam diriku. Tanpa ada dirinya, aku akan menjadi apa sekarang? Lelaki yang gentle atau lelaki yang buruk, melebihi buruknya mafia? I think that's not good.

Sudah setahun berlalu sejak kejadian yang memilukan itu. Kejadian dimana Shilvy dengan terang-terangnya menolakku. Aku merasa sakit hati saat itu, tapi aku pikir, Shilvy merasakan sakit lebih dari apa yang kurasakan.

Masa SMA kini lebih terasa nyaman. Tahun esok, aku akan pergi dari sekolah ini. Bukannya kabur, tapi aku masuk kelas aksel. Ya, aku harus meninggalkan SMA satu tahun lebih cepat, dan yang paling menyedihkan, aku akan meninggalkan Shilvy.

Awalnya aku akan membatalkan kelas akselku. Tetapi, Shilvy melarangku melakukannya. Dia malah menyemangatiku.

Hari demi hari berlalu. Bulan demi bulan berlalu. Dan sekarang, aku akan menghadapi Ujian Nasional. Hari ini aku sangat bersemangat mengikuti UN. Karna kau tahu, tadi pagi Shilvy mencium pipiku, ya walaupun aku tahu dia sangat malu. Tapi, aku sangat bahagia akan itu.

Sejenak aku merebahkan tubuhku di sofa milik paman di kantor sekolah. UN hari ini memang tidak berat, tetapi, entah kenapa aku pusing karnanya.

Cling

Gimana UN nya? Ciee yang lagi UN. Semangat terus ya! Love you :* -Shilvy Alyssa Hood

Senyumku mengembang. Dia sangat perhatian belakangan ini. And, i like it. Aku memejamkan mataku, berharap Shilvy akan menjadi bunga tidurku.

**

Aku berjalan menuju rumah Shilvy. Malam ini, aku telah berjanji padanya, bahwa aku akan belajar di kamarnya. Ya kalian tahu kan? Chelsea kini sedang berbahagia ria dengan Ryan. So, Shilvy bareng sama aku.

"Hay Vy." Aku menutup pintu kamarnya lalu berjalan menuju kearahnya.

"Bagas?" Dia berlari lalu memelukku. Aah, dekapannya begitu hangat.

"Sejak kapan datang? Sudah makan? Mau minum? Biar aku ambilin?" Dia mendongak menatapku. Aku tersenyum lalu menggeleng.

"Aku hanya menginginkanmu menemaniku." Dia tertawa lalu memukul pelan lenganku.

"Ayo buruan belajar. Calon arsitek itu harus pintar!" Dia menarik tanganku menuju meja belajarnya.

"Kalau udah ngantuk, bilang ya Vy." Ucapku lalu aku membuka buku pelajaranku. Dia mengangguk sambil tersenyum.

"Cepetan belajar." Ucapnya. Aku pun belajar dengan serius. Tapi, sesekali aku menggodanya dengan mengelitiki pinggangnya.

**

Tak terasa ini sudah hari terakhir aku UN. Setelah ini, aku tidak akan pernah bebas. Karna mendaftar univertas, tidak semudah dengan mendaftar SD. Aku harus giat belajar!

Waktu UN berjalan begitu lambat. Aku yang telah selesaikan mengerjakan UN merasa gerah. Aku ingin segera pulang, mandi, lalu pergi menemui Shilvyku yang sekarang entah sedang asyik melakukan apa.

Setelah bel berdering dengan keras, aku berlari menuju parkiran sekolah. Menancap gas, lalu pergi dari sekolah ini.

Malam ini, Shilvy begitu mempesona. Tubuh mungilnya dibalut dengan dress tanpa lengan berwarna peach. Rambutnya di gerai. She look so perfect!

Malam ini, aku dan Shilvy akan pergi menuju pernikahan teman Mamaku dan Mamanya. Ryo, sudah menghilang sejak tadi. Entahlah, dia baru masuk remaja, mungkin sedang asyik bermain dengan temannya.

Selama perjalanan menuju gedung pernikahan, Shilvy tak henti-hentinya menatapku. Sebenarnya aku risih, tetapi aku juga sangat bahagia. Berada dekat bersamanya, dan melihat senyuman manisnya. She always amazing!

**

Kini Shilvy sedang menangis di dekapanku. Aku berusaha melepasnya, namun dia tidak menginginkan itu terjadi. Aku lulus UN, dan yang membuat dia sedih, aku melanjutkan kuliahku di Jerman. Aku menginginkan sekolah disana, tapi aku tidak menginginkan aku pergi jauh dari Shilvy.

Shilvy melepaskan pelukannya. "Kalo kamu mau study disana, it's okay." Ucapnya sesenggukan. Aku tak rela, tapi ini demi kebaikanku dan kebaikannya juga.

"Look at my eyes. Aku janji, aku bakal balik dan akan melamarmu." Dia kembali menangis dalam dekapanku. Aku membelai punggungnya.

"Aku akan menunggumu." Ucapnya dalam pelukanku.

Okay, aku akan menjadi sukses, dan akan menikahi Shilvy. Memilikinya sekarang, esok, dan selamanya!

My Arrogant BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang