Fifteenth

21.1K 906 0
                                    


Sinar matahari pagi mengusik tidurku. Aku terbangun lalu aku melihat ke arah sampingku. Kosong. Apa tadi malam aku hanya bermimpi Bagas menemuiku? Tapi, tidak. Aku tahu itu nyata.

"Shilvy." Suara Mama mengagetkanku dari lamunanku.

"Eh, ada apa Ma?" Tanyaku.

"Cepat mandi, lalu sarapan. Kita menunggumu." Mama mencium pucuk kepalaku, lalu pergi meninggalkan kamarku. Aku dengan segera beranjak dari ranjangku, lalu mandi.

Kini aku sudah siap dengan t-shirt bergambar beruang yang di balut dengan almameter, dan celana jeans yang menutup seluruh kakiku sampai mata kaki.

"Pagi" ucapku lalu duduk di kursi yang memang aku tempati dari kecil.

"Pagi" ucap Mama, Papa dan Ryo dengan kompak.

Tak lama kemudian, kita hanyut dengan keheningan. Aku dengan asyik memakan nasi goreng buatan mama yang super duper enak. Setelah makan, aku pamit ke Mama dan Papa, lalu berangkat menuju halte. Di halte aku melihat Bagas duduk manis sambil memakan sandwich.

"Bagas." Ucapku tersenyum lalu duduk di sebelahnya. Bagas menatapku sebentar, lalu melanjutkan makannya.

"Semalam aku seperti mimpi kau memelukku tidur Bagas." Ucapanku membuat Bagas tersedak. Dengan segera aku memberikannya botol minum yang sedang aku genggam.

"Are you okay?" Tanyaku khawatir. Kenapa tiba-tiba Bagas tersedak? Apa perkataanku ada yang salah ya?

Bus Jeyung School sudah terparkir indah di deoan halte. Bagas tanpa mempedulikan aku, langsung masuk kedalam bus. Hey, dia belum menjawab pertanyaanku! Dengan jengkel aku melangkahkan kaki mengikuti Bagas masuk ke dalam bus. Di dalam bus, aku melihat Ryan yang sedang duduk manis sambil membaca buku. Tumbenan dia ada disini? Aku memilih duduk di dekatnya.

"Tumbenan nih naik bus?" Ucapku meledeknya. Ryan lalu menyingkirkan bukunya, dan menatapku.

"Sekali-sekali Vy, hehe. Gue gak cocok banget ya naik mobil?" Ucapnya seperti salah tingkah. Atau emang dia salah tingkah? Aku tak peduli lah.

"Cocok kok. Malah lebih baik naik bus daripada naik mobil." Ucapku. Aku merasa tempat duduk disebelahku terguncang, karna memang tempat duduk yang aku duduki, muat untuk 3 orang. Aku melihat kearah sebelah, dan aku melototkan mataku terkejut. Bagas? Astaga, apa Bagas akan marah padaku?

Tak terasa bus sudah sampai di halaman sekolah. Bagas menarik pergelangan tanganku dengan cepat, hingga aku tak bisa berpamitan dengan Ryan. Bagas terus melangkahkan kakinya, hingga akhirnya dia menghentikan langkahnya, tepat di taman belakang sekolah.

"Kan aku sudah bilang---"

"Shilvy." Teriakan itu membuat aku dan Bagas menoleh kearahnya. Aku tersenyum. Akhirnya Chelsea datang untuk menyelamatkanku.

Chelsea sedikit berlari menghampiriku dan Bagas. Bagas sudah melepaskan tangannya dari pergelangan tanganku.

"Gue cariin ternyata loe ada disini. Berdua lagi. Oh kalian mau ngapel ya?" Chelsea mengedip-edipkan matanya berulang kali, membuat aku dan Bagas merinding sendiri.

"Yaudah, gue balik." Bagas pergi meninggalkanku dan Chelsea. Chelsea tertawa terbahak-bahak. Aku bingung. Aku takut. Apa jangan-jangan Chelsea kerasukan?

"Ka..kamu kenapa Chel?" Ucapku gugup. Dan seketika, Chelsea menghentikan tawanya.

"Loe kenapa kayak takut gitu? Loe pikir gue kesurupan apa?" Chelsea memutarkan kedua bola matanya.

"Aku pikir begitu." Aku lalu pergi meninggalkan Chelsea dari taman.

"Shilvy!" Teriak Chelsea, tapi aku tak menghiraukannya.

My Arrogant BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang