Aku duduk di kursi Aula bersama dengan Chelsea. Dia telat? Pastinya. Dia telat 10 menit. Namun karna dia punya taktik entah itu taktik apa, dia bisa masuk ke aula ini dan duduk disebelahku.
Aku mendengarkan satu-persatu murid yang maju untuk perkenalan. Saat entah itu urutan keberapa, aku melihat sesosok Ryan memperkenalkan dirinya di depan sana. Kalian belum mengenal Ryan kan? Oke aku akan menceritakannya.
Ryan adalah tempat SMPku. Dia sekelas denganku ketika kelas 7. Baru beberapa minggu aku dan dia masuk kelas 7, dia sudah sangat terkenal bak artis yang sedang naik daun. Dia sangat famous, sangat. Dia terkenal akan ketampanannya yang menurutku biasa saja, tak bisa mengalahkan ketampanan Bagas saat itu. Pada hari Kamis, tepat jam olahraga, dia menarik pergelangan tanganku, menghindar dari beberapa murid yang sedang asyik berolahraga sesuai kesukaannya. Ryan menarikku ke taman sekolah. Dan kau tahu, dia menembakku. Aku sangat kaget waktu itu, dia mengungkapkan rasa yang ada di dalam hatinya dengan sangat romantis. Dia memberikanku coklat dan mawar merah. Dia memberikannya padaku. Ketika aku ingin menerimanya, kulihat Bagas sedang menoleh kearahku dan Ryan. Dan seketika aku buang jauh-jauh niat untuk mengambil coklat dan mawar itu. Ryan tak marah ketika aku menolaknya di hari itu. Dia terus-menerus mengejarku dan pada kelas 9 aku mengakui bahwa aku menyukai Bagas seorang, bukan dirinya. Semenjak hari pengakuanku itu, aku tak pernah melihat dia lagi. Aku dan dia memang beda kelas ketika kelas 9, tapi biasanya aku melihatnya duduk manis di bangkuku menunggu kehadiranku. Dan semenjak hari itu, dia menghilang bak ditinggal bumi.
"Jangan ngelamun Vy. Habis gini giliran loe" ucap Chelsea membangunkanku dari lamunan masa lalu. Aku tersenyum dan menganggul sebagai respon dari ucapan Chelsea. Setelah 2 orang maju untuk memperkenalkan dirinya, kini aku maju untuk memperkenalkan diriku. Ada rasa gugup dan takut ketika aku sudah naik di atas panggung aula itu. Aku mengedarkan pandanganku dan menemukan Kak Albert melambai-lambaikan tangannya padaku. Aku tersenyum dan mulai berbicara.
"Hay, namaku Shilvy Alyssa Hood. Aku berasal dari International Junior High School Pandawa. Senang bertemu dengan kalian semua." Aku tersenyum dan akan turun dari panggung itu. Tapi sebuah tangan menyegatku agar tidak turun dari panggung itu. Aku membalikkan badanku untuk kembali seperti semula.
Ternyata itu salah satu kakak seniorku. Aku awalnya menghadapinya dengan santai, namun aku hampir mengeluarkan mataku ketika dia menembakku terang-terangan di hadapan lebih dari 216 pasang mata. Aku menjadi salah tingkah sendiri. Kakak senior yang berada di hadapanku itu hanya terkekeh melihatku salah tingkah. Aku mengedarkan pandanganku, dan orang yang pertama kali aku lihat adalah Bagas Adikara Robinson. Pacarku ohmygod. Aku lihat dia memandangku dengan tatapan dingin yang lebih dingin daripada biasanya. Muka nya memerah melebihi merah yang tadi ketika aku menemuinya di koridor.
Aku ingin segera turun, namun dengan cepat kakak senior ini memelukku. Aku berusaha melepaskan tubuhku, tapi kakak senior ini malah lebih erat memelukku. Aku melihat Bagas pergi dari Aula dengan tangan yang dikepalkan. Dan akhirnya pelukan itu terlepas ketika Kak Albert memarahi temannya ini yang diketahui bernama Syahputra. Aku tak mempedulikan lah siapa nama kakak senior itu. Yang aku pedulikan saat ini, kemana hilangnya Bagas? Aku keluar dari aula tanpa pamit ke Chelsea. Aku yakin Chelsea pasti mengerti apa yang aku inginkan saat ini. Aku memutari seluruh gedung sekolah ini, tanpa ada satu ruangan pun yang tersisah.
Pada akhirnya aku menemukan Bagas di gudang belakang. Gudangnya sangat rapi, aku suka. Aku menghampiri Bagas, aku bisa melihat mukanya merah dan tangan yang mengepal. Awalnya aku takut, tapi aku telah mengumpulkan keberanianku untuk menghadapinya.
Aku berjalan mendekat kearahnya. Ketika aku sudah berada di dekatnya, aku memegang pundak Bagas. Dia mendongakkan kepalanya kepadaku, dan aku sangat kaget melihat dia menangis? Kenapa dia menangis?.
"Kau kenapa Bagas?" Ucapku waspada. Bagas langsung bangkit dari duduknya dan berdiri sambil menatapku tajam. Aku takut dengan tatapan Bagas jika seperti ini. Bagas terus berjalan maju kearahku. Aku yang takut terus mundur dan akhirnya aku terhenti karna ada sebuh tembok kokoh berdiri di belakangku. Aku mengerutuki tembok ini yang tak bisa di ajak kompromi sekarang. Bagas masih setia berdiri didepanku. Aku melihat dia dengan ketakutan. Bagas berdiri dengan nafas yang terengah-engah.
Aku sangat kaget ketika tangan Bagas meninju tembok tepat disebelahku dengan sangat keras. Aku tahu itu sangat sakit. Tapi Bagas bersikap seperti biasa. Mata hazelnya masih senantiasa menatap mata hitamku. Aku terlonjak kaget ketika Bagas membentakku. Hey, kenapa Bagas seperti psicopat gini? Dengan takut aku meraih lengan Bagas. Aku mengelusnya lembut. Bagas tak menolak aku perlakukan seperti ini. Tapi aku masih sangat takut dengan Bagas. Dan aku kaget ketika......
-------------------
Hay. Love kalian semua yang sempat baca ceritaku ;*
Maaf ya kalo tambah lama tambah absurd. Ikutin saja ceritanya. Mungkin nanti tambah seru. Hehe^_^Di baca terus yaa. :*
![](https://img.wattpad.com/cover/29256520-144-k691655.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boyfriend
Teen FictionWARNING!! [CERITA ABSURD. KALIAN BISA BACA CERITAKU YANG LAIN] Mempunyai pacar adalah keinginan setiap manusia. Menurut beberapa orang, mempunyai pacar itu tak memandang apapun. Dia gak ganteng, dia gak kaya, dia gak pinter, yang penting rasa sayang...