Pagi ini, aku berangkat sekolah bersama Kak Albert. Ya, kak Albert yang memaksaku untuk berangkat bersamanya. Alasannya simple 'Gak mau kamu kenapa-kenapa'. Tapi aku kan bukan anak kecil lagi kan? Dengan mata yang masih terpejam, aku berjalan menuju kamar mandi. Aku tahu sekarang sudah jam 06.10, tapi aku tak peduli. Ini semua gara-gara Chelsea yang menelponku semalaman. Chelsea mengkhawatirkanku, sangat mengkhawatirkanku. Aku hanya bisa pasrah menjawab dan mendengar semua rentetan perkataan Chelsea semalam. Dan akhirnya, aku tertidur jam 02.00. Chelsea memang biadab.
"Kak, Kak Albert sudah nunggu di meja makan. Cepetan ya." Ucap Ryo. Dia sekarang menjadi anak yang manis. I Love Him Much.
20 menit berlalu. Aku menuruni anak tangga menuju meja makan. Di meja makan terlihat Mama, Papa, Ryo dan Kak Albert. Aku melangkah ke meja makan, dan duduk tepat di sebelah Ryo atau dihadapan Kak Albert. "Pagi" ucapku.
"Pagi Sayang"
"Pagi Kak"
"Pagi Vy"
Itulah jawaban mereka berempat. Aku hanya tersenyum manis mendengar jawaban mereka berempat.
"Sayang, kamu kurang tidur semalam?" Ucap Mama sambil mengambilkanku nasi dan lauk.
"Iya Ma. Semalaman Chelsea menelponku." Ucapku sambil memakan makanan yang ada di hadapanku.
"Lain kali jangan diulang" ucap Mama. Aku hanya mengangguk mengerti.
**
Aku dan Kak Albert baru memasuki kawasan sekolah. Sedari tadi, aku tak menemukan batang hidung Bagasku. Aku sebal, dari kemarin sepulangnya dia dari rumah sakit, Bagas tak menemui, dan tak menghubungiku lagi. Kak Albert baru memarkirkan sepedanya. Aku baru tersadar jika para wanita menatap Kak Albert seakan menggoda, dan menatapku sinis. Astaga, dasar wanita!
Aku berjalan di koridor sekolah menuju lokerku, sekaligus mencari seseorang yang kemarin membuatku tertidur pukul 2 dinihari.
Aku membuka lokerku, dan mengambil jadwal pelajaran apa yang harus aku tempuh di jam pertama.
"Dor!" Ucap seseorang mengagetkanku. Reflek aku menoleh ke orang itu, dan ternyata Chelsea. Aku mendengus sebal dan memproudkan bibirku.
"Ih, kenapa sih cuyung?" Tanya Chelsea dengan logat alaynya.
"Kamu, jam pertama pelajaran?" Tanyaku.
"Emh. Fisika. Kamu?" Ucapnya. Wah, hari ini aku fisika jam setelah istitahat, dan itu tandanya aku tidak sekelas dengan Chelsea.
"Kok gak samaan sih. Aah males sekolah deh kalo gini." Ucapku sebal.
"Iih, masa harus sekelas terus? Emang kamu jam pertama pelajaran apa?" Tanya Chelsea.
"Sejarah, and i'm so lazy"
"Your boyfriend?"
"Maksudnya?"
"Hufft, Bagas. Maksudku Bagas jam pertama pelajaran apa?"
"Aku akan kelokernya sebentar. Kau jangan menghilang okay?" Aku berjalan melangkah menuju loker Bagas. Sebenarnya aku tidak tahu yang mana lokernya, tapi dugaanku, Bagas berada di lokernya. Aku berjalan di koridor lantai 2, dan aku menemukan orang yang aku cari. Aku berlari menuju Bagas.
"Bagas" ucapku saat aku telah berjalan sejajar dengannya.
"Hmm." Balasnya dengan deheman.
"Kamu jam pertama pelajaran?" Tanyaku tak lupa dengan senyuman khasku.
"Fisika." Jawabnya singkat tanpa melihatku sedikitpun. Aku mendengus sebal dan pergi meninggalkan Bagas.
Ketika aku menuruni tangga, aku tak sengaja menabrak bahu seseorang. "Sorry" ucapku. Seseorang yang aku tabrak, menatapku, dan ternyata itu Ryan!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boyfriend
Teen FictionWARNING!! [CERITA ABSURD. KALIAN BISA BACA CERITAKU YANG LAIN] Mempunyai pacar adalah keinginan setiap manusia. Menurut beberapa orang, mempunyai pacar itu tak memandang apapun. Dia gak ganteng, dia gak kaya, dia gak pinter, yang penting rasa sayang...