Twenty

19.9K 888 0
                                    

Aku tertidur di kursi yang berada tepat di samping ranjang rumah sakit yang ditempati oleh Bagas. Semalam aku harus mengerjakan tugas yang sangat banyak, milik Bagas. Sebenarnya Bagas tak menyuruhku, dan dia melarangku, tapi aku tetap memaksanya.

Aku terbangun ketika ada tangan yang mengusap rambutku lembut. Dan ternyata itu tangan Bagas.

"Sudah bangun?" Tanyaku sambil mengucek (?) mataku.

"Hmm." Gumaman Bagas, yang berarti 'iya'.

"Aku panggil suster ya? Kamu harus sarapan." Ucapku bangkit dari dudukku, namun pergelangan tanganku di genggam erat oleh Bagas.

"Jangan pergi lagi. Gak inget yang buat aku kayak gini siapa?"

"Tapi kamu harus sarapan Bagas!" Aku mencoba melepas genggaman Bagas, tapi semakin aku berusaha melepas, semakin kuat Bagas menggenggam pergelangan tanganku.

"Please Bagas, kamu harus makan." Akhirnya aku menyerah, aku lebih memilih kembali duduk daripada harus berdebat dengan Bagas.

"Kenapa sih kamu ini. Nanti kalo kamu sakit lagi gimana?"

"Aku cuman mau kamu disini Vy." Suara Bagas mengecil, tapi aku tetap bisa mendengarnya.

"Yaudah deh terserah."

**

Sudah seminggu Bagas kembali dari rumah sakit. Sepulangnya dia dari rumah sakit, aku jarang melihatnya keluar rumah. Motor kesayangannya sudah kembali dari perbaikan. Mungkin dia selalu pergi sangat pagi ketika liburan membawa motornya, tapi aku tak peduli.

"Kak, kita jalan yuk."

"Kakak males Yo." Aku menelungkupkan wajahku di tanganku.

"Kakak kenapa sih? Kenapa sepulang dari rumah sakit seminggu yang lalu, kakak jadi gini?" Ryo mengambil tempat duduk disebelahku.

"Gini gimana? Perasaan biasa aja deh."

"Pokoknya kakak berubah gitu. Apa aku butuh panggilin kak Bagas?"

"Kok Bagas sih? Aku beneran gak papa."

Ryo tak kembali berbicara. Aku kembali memfokuskan diriku melihat ke arah balkon rumah Bagas. Ryo tetap duduk di sampingku, dan ternyata dia sedang asyik meminum jus kesukaannya.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah jalanan yang sepi itu. Sebentar, itu Bagas kan? Kenapa dia bersama perempuan? Apa yang sedang dia lakukan?

"Tuh cewek siapa Yo?" Aku menunjuk cewek yang sedang asyik mengobrol bersama Bagas.

"Mana? Oh yang itu? Namanya Kak Lilly. Dia tetangga baru kita, sekaligus teman sekolah kakak." Tetangga baru? Kok aku baru tahu? Teman sekolah? Apa mungkin dia yang sedang di gosipkan semua anak di sekolah?

"Kenapa kak? Sejak beberapa hari yang lalu, mungkin sekitar 4-5 hari yang lalu, kak Bagas memang dekat dengan Kak Lilly."

"Tapi kok bisa? Berarti selama ini Bagas gak hubungin aku gara-gara tuh cewek?"

Ryo mengangkat bahu acuh. "Maybe."

Astaga, Bagas tega banget sih? Apa aku sudah tidak di anggap olehnya? Apa karna aku yang menyebabkan tangannya retak itu? Iya? Kenapa Bagas se-jahat itu?

Aku bangkit dari dudukku. Karna besok hari Senin, aku lebih memilih menginap di rumah Chelsea saja. Aku mau mencurahkan apa saja yang ada di dalam pikiranku!

"Mau kemana kak?"

"Mau kerumah Chelsea."

Aku merogoh handphoneku yang berada di saku celanaku.

Shilvy Alyssa : Aku mau menginap di rumahmu. Jemput aku ya?

Chelsea T. : Ada apa? Kok tumben?

Shilvy Alyssa : Please Chel, nanti aku ceritakan semuanya.

Chelsea T. : Oke, tunggu ya. Bye

Shilvy Alyssa : Oke

Aku mengambil tasku, membawa semua perlengkapan sekolah yang aku harus bawa pada hari Senin besok.

"Kakak mau kemana? Kok bawa baju gitu?"

"Mau pergi."

"Beneran kak? Mau kemana? Nanti Ryo gak ada temennya?"

"Mau menginap di rumah Chelsea Yo."

"Kenapa menginap di rumah Kak Chelsea?"

"Sudahlah, kakak mau berangkat dulu."

Aku menuruni anak tangga dengan perlahan. Dapat kulihat Mama dan Papa sedang asyik menonton televisi. Aku mendekat ke arah mereka.

"Pa, Ma."

"Hmm?" Papa dan Mama kini mengalihkan pandangannya dari televisi, menghadap kepadaku.

"Shilvy menginap di rumah Chelsea ya? Kangen sama masakannya aunt Selena nih."

"Iya, tapi jangan lupa loh jaga kesehatan." Ucap Mama. Aku mengangguk. Tak lama kemudian, Chelsea datang. Aku pamit kepada Papa dan Mama, lalu mencium sekilas puncak kepala Ryo.

Aku beriringan dengan Chelsea berjalan ke arah depan rumah. Betapa senangnya jika aku dapat bebas seperti ini.

Sudah sejam yang lalu aku dan Chelsea duduk di balkon kamar Chelsea. Aku sudah menceritakan semua yang ada di pikiranku. Aku merasa sedikit lega sekarang.

"Vy gue ngantuk nih. Gue tidur dulu ya?"

Aku pun mengikutinya tidur di sebelahnya. Aku malas dengan hari ini. Aku berharap besok bisa lebih baik daripada hari ini!

My Arrogant BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang