Aku duduk sendiri di bangku kantin. Hari ini Chelsea tidak masuk sekolah karna dia sedang terserang demam. Mulai tadi aku hanya mengaduk minumanku karna aku lagi malas menjalankan hidup di hari ini.
"Hay Vy." Ucap seseorang yang membuatku mendongak. Ternyata itu Ryan.
"Hay." Ucapku singkat.
"Chelsea mana?"
"Sakit."
Lalu keheningan melanda kita berdua. Aku sesekali melihat ke penjuru kantin agar menemukan sosok Bagas. Tapi kenapa aku tidak menemukannya?
"Ehm Vy, gue balik dulu ya." Ucap Ryan yang mengagetkanku. Aku menganggukan kepalaku tanda meng-iyakan.
**
Aaah, hari ini benar-benar sangat menyebalkan! Bagaimana tidak? Selama istirahat tadi, ternyata Bagas lebih memilih latihan basket daripada menemaniku makan di kantin. Chelsea juga, kenapa dia harus sakit di hari ini?
Cling
Suara handphoneku itu mengagetkanku dari lamunan. Dengan segera aku merogoh handphoneku.
Loe dimana? Kenapa Bagas nyariin loe di gue sih? Gue kan lagi gak masuk!- Chelsea
Bagas nyari aku? Bukannya Bagas sedang latihan basket? Kenapa sekarang malah nyari aku? Mau nya apa sih?
Bilang aja kamu gak tahu aku dimana. Aku lagi malas hari ini. -Shilvy Alyssa Hood
Setelah membalas pesan dari Chelsea, aku meletekkan hpku di nakas dan aku tertidur. Aku tak mau lagi melihat hari yang kelam ini. Yang aku butuhkan hanya istirahat. That's true!
Aku terbangun ketika handphoneku berdering dengan kerasnya. Dan terdengar suara ringtone panggilan. Hey, panggilan? Sama yang menelfonku?
Aku mengambil handphoneku. Disana tertera nama Bagas dan fotonya saat tersenyum memeluk piala kemenangan basket Jeyung School. Dengan segera aku geserkan layarku ke arah yang berwarna hijau *ya itu dah ya :3
"Hallo?.." ucapku.
"………………"
"Iya saya Shilvy. Ini dengan siapa?"
"………………"
"Bagaimana bisa? Hey, anda jangan bercanda ya!"
"………………"
"Okeoke saya kesana."
Dengan perasaan gelisah, aku menggantikan baju. Mendengar berita barusan, membuatku merasa takut. Bagaimana tidak? Seseorang yang bernama Pak Miel yang aku tidak tahu siapa, berbicara bahwa Bagas kecelakaan di pertigaan Jalan dekat dengan sekolah.
Tanpa pamit kepada siapapun, aku pergi menuju RS yang tadi sudah di beritahu oleh Pak Miel. Aku berjalan menuju halte komplek dengan tergesa-gesa. Sesekali aku melihat handphoneku. Dan ternyata ada banyak notif panggilan tak terjawab dari...... Bagas? Astaga Bagas! Aku berjalan sambil menangis, kenapa aku tidak menjawab panggilan Bagas? Kenapa aku malah tidur?! Bodohnya aku!
Dan disinilah aku berada, di Rumah Sakit. Tempat yang sangat aku benci! Aku menangis melihat Bagas dari balik pintu ICU. Bagas, aku sangat menyesal. Aku menyesal! Nangisku pun semakin deras. Aku tak peduli dengan siapapun yang melihatiku. Yang aku takutkan adalah nyawa Bagas. Bagas, maafkan aku, maafkan aku! Aku membuka handphoneku, membuka pesan Bagas yang tadi aku abaikan.
Shilvy kamu sudah dirumah kan? Kamu baik aja? Angkat telfonku Shilvy. Kau ini selalu menyusahkanku saja! -Bagas Adikara Robinson
Ya Tuhan, aku jahat! Aku jahat! Aku tak bisa memaafkan diriku sendiri. Bagas, sadarlah aku mencintaimu.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Arrogant Boyfriend
Teen FictionWARNING!! [CERITA ABSURD. KALIAN BISA BACA CERITAKU YANG LAIN] Mempunyai pacar adalah keinginan setiap manusia. Menurut beberapa orang, mempunyai pacar itu tak memandang apapun. Dia gak ganteng, dia gak kaya, dia gak pinter, yang penting rasa sayang...