Fifth

27.9K 1.3K 5
                                    

Sekarang adalah hari pertamaku bersekolah di Jeyung School. Aku telah siap dengan dress selututku dan dibalut almameter Jeyung School. Hari ini aku berniat untuk berangkat sekolah naik bus bersama Bagas. Jadi, aku sudah siap sepagi ini. Aku keluar dari kamar menuju meja makan. Aku tak mendengar suara Ryo sedikitpun. Jika begitu, dapat disimpulkan bahwa adik kecilku itu masih tertidur pulas. Aku melihat Mama sedang asyik memasak, dan Papa yang sedang asyik berkutat dengan laptopnya itu.

"Pagi Ma, Pa." Mama mengalihkan pandangannya dari wajan menatapku sambil tersenyum. Papa pun juga begitu, dia mengalihkan dari laptopnya itu dan tersenyum menatapku.

"Pagi sayang." Ucap mereka kompak. Aku berjalan mendekat papa. "Cie yang anak Jeyung School, pagi-pagi udah siap." Ledek Papa.

"Biarin pa. Sekali-sekali kan berangkat pagi. Lagian jika tak berangkat pagi, nanti Shilvy bisa-bisa tak mendapatkan bus." Ucapku. Papa dan Mama hanya terkekeh dengan jawabanku. Aku menyalakan television yang berada tepat di depanku. Aku mencari channel yang bagus, dan berhenti ketika melihat spongebob sudah ditayangkan.

"Anak Mama cantik banget hari ini?" Ucap Mama berjalan menghampiriku dan Papa. "Iya Ma, cantik banget anak Papa hari ini." Papa ikut berbicara walaupun pandangannya masih tertuju pada laptopnya.

"Lah, Shilvy kan udah cantik dari sana nya Ma." Ucapku tertawa. Papa dan Mama juga ikut tertawa mendengar jawabanku.

"Pagi-pagi sudah ramai saja." Aku, Mama dan Papa menghadap ke arah suara serak itu berasal. Kulihat adikku satu-satunya itu mengucek-ucek matanya. Rambutnta sangat berantakan bak terkena tornado.

"Kau telat bangun sih. Kita kan lagi asyik bercanda." Ucapku. Mendengar suaraku, membuat mata Ryo melotot seketika. "Kak Shilvy?" Ucapnya setengah berteriak.

"Ada apa?" Ucapku.

"Kok bisa udah bangun jam segini? Ini masih jam.." Ryo mencari-cari jam dinding yang bisa lihat dari arahnya berdiri. "ASTAGA, MASIH JAM 06.45? KEAJAIBAN DUNIA!" ucap Ryo tak percaya jika aku sudah sangat rapi dan cantik ini, hehe.

"Biasa sajalah, sana kau cepat mandi dan pakai seragammu. Kita menunggumu di meja makan. Jangan lama ya!" Ucapku. Ryo menurut, dan kembali kekamarnya.

15 menit berlalu. Ryo sudah turun dengan seragamnya itu. Kini di meja makan sudah lengkap, tinggal berdo'a dan makan sepuasnya.

Makan pagi sudah selesai sekitar 10 menit yang lalu. Aku melihat jam pada jam tanganku. Pada jam segini, biasanya Bagas sudah menaiki bus. Dengan langkah tergesa-gesa aku menuju halte. Aku berdo'a semoga Bagas belum menemukan busnya itu, atau Bagas duduk disana untuk menungguku. Sesampainya di halte, senyumku tercetak sangat lebar ketikaku melihat seorang Bagas Adikara Robinson masih duduk manis disana. Aku menghampiri Bagas dengan senyumku ini. Bagas yang merasa ada kehadiran seseorang, mendongakkan kepalanya dari bukunya. Aku tersenyum sangat lebar padanya, namun dia menatapku hanya dengan tatapan datarnya itu. Aku mendengus sebal dan memilih duduk disebelahnya.

"Tak bisakah kau tersenyum manis padaku sehari saja?" Ucapku. Aku bosan dengan perlakuan sifat Bagas terhadapku, tetapi entah mengapa aku masih saja mencintainya.

"Jika aku begini, memangnya ada masalah?" Ucapnya dingin. Aku sebal sekali dengan jawaban dia dari perkataanku. Ya jelas masalahkan, seorang pacar tak pernah senyum terhadap pacarnya sendiri.

"Yayaya terserah." Jawabku tak peduli. Biarkanlah dia seperti itu, aku tak peduli. Dia tak meresponku sedikitpun, dugaanku berarti benar 100%.

Bus Jeyung School berhenti tepat di depan halte yang sedang aku duduki bersama Bagas. Aku berjalan dahulu menuju bus itu, tak menghiraukan Bagas akan menyamakan langkahnya denganku atau tidak. Aku duduk di bersama Bagas di dalam bus. Aku sebal, kenapa aku harus duduk dengan dia? Padahal aku ingin duduk bersama teman baru. Bagas tak menghiraukanku sama sekali. Padahal aku ingin sekali mengobrol dengannya, tetapi tidak ada bahan obrolannya yang pantas untuk di obrolkan mengingat siapa Bagas Adikara Robinson itu.

Bus berhenti di depan gerbang sekolah Jeyung School. Bagas turun duluan meninggalkanku. Aku mengedarkan pandanganku ketika aku sudah berdiri di gerbang sekolah, berharap aku bertemu Chelsea kesayanganku itu. Namun hasilnya nihil. Sepertinya kebiasaan telat sejak SMP dulu tidak bisa dia hindarkan. Aku berjalan masuk menuju gedung-gedung sekolah ini. Aku melihat banyak sekali siswa yang sangat cantik dan menawan dengan baju yang dia kenakan. Aku tertarik pada salah satu wanita yang memakai dress berwarna peach itu, dia sangat cantik. Pantas saja semua lelaki memandangnya seperti itu. Aku ingin mencari Kak Albert, karna dia sekolah disini sebagai seniorku. Kak Albert telah memberitahukanku semalam bahwa dia akan menjagaku setiap waktu. Di Jeyung School ini tidak mengadakan acara MOS seperti sekolah lainnya. Hari pertama masuk di Jeyung School hanya perkenalan bersama di Aula.  Aku tetap mencari Kak Albert dan menemukannya berdiri diantara 4 lelaki, mungkin itu seniorku semua. Aku berjalan mendekatinya. Aku belum menyapanya, namun Kak Albert telah menyapaku duluan. Semua temannya pun melihatku seperti Kak Albert yang melihatku. Aku hanya bisa tersenyum membalas sapaan Kak Albert.

"Siapa Al? Gak biasanya deket sama cewek. Cantik lagi."

"Pacar loe Al?"

"Ciee Albert. Cantik banget nih cewek Al."

Kira-kira begitulah tanggapan teman Kak Albert ketika melihatku. Kak Albert hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "She's my cousin" ucap Kak Albert. Dan seketika senyuman manis terlihat di ketiga teman Kak Albert. Mereka semua memberikan tangannya padaku sebagai tanda perkenalan.

"Gue Alvin"

"Hay Kak. Aku Shilvy."

"Hay, gue Arnold."

"Hay, aku Shilvy."

"Shilvy kan? Nama yang bagus seperti orangnya. Aku Gio."

"Iya kak. Makasih."

Setelah berkenalan dengan ketiga kakak kelas ini, aku mengedarkan pandanganku mencari Chelsea. Namun aku tak menemukannya, tetapi aku menemukan Bagas yang menatapku tajam dan muka merah. Hey, ada apa dia menatapku seperti itu? Apa yang salah denganku? Aku hanya mengerutkan keningku tanda tak mengerti mengapa dirinya marah padaku.

My Arrogant BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang